Henri Bergson[1]
Biografi:
Henri
Bergson seorang filsuf prancis lahir di Paris 18 Oktober 1859. Ayahnya adalah
seorang pemusik dan komponis yang mengungsi dari Polandia. Ibunya berasal dari
inggirs. Ayah dan ibunya penganut agama Yahudi dan Bergson dibesarkan dalam
suasana Yahudi. Ia tertarik kepada Gereja Katolik tetapi tidak dibaptiskan
sebagai bentuk kehormatannya terhadap komunitas Yahudi. Ia meninggal di Paris
1941. Bergson mendapatkan pendidikan yang bagus selama di Paris, Ia belajar
bersama Emil Durkheim dan Jean Jaures. Henri kemudian mengajar di Universitas
namun cepat pension oleh karena alasan kesehatannya.
Henri
Bergson dalam hal pemikirannya banyak dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin dan
juga pemikiran Herbert Spencer.
Karya-Karya Henri Bergson:
1. Essai sur les donnees immediates de la conscience
(1889: Waktu dan Kehendak Bebas).
2. Matiere et memoire (1896; Materi dan Ingatan).
3. Duree et simultaneite (1922; Lamanya dan Keserentakan).
4. L’evolution creatice (1907; Evolusi Kreatif)
Les deux sources de la morale et de la religion (1932; Kedua Sumber Moral dan Agama.
5. Dalam
bidang politik Bergson berperan, PD I: Mengabdi kepada negara sebagai utusan
pemerintah Prancis. Ketua Komisi Kerja Sama Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Terlibat
dalam persiapan pembaruan pendidikan di Prancis. Terpilih sebagai anggota Academie
Francaise (1914). Menerima nobel Kesastraan (1928).
Pemikiran:
a. Pemikiran
Bergson Tentang Moral dan Agama
1. Tentang
Moral.
Bergson membagi persoalan
moral ini menjadi dua bagian yakni moral tertutup dan moral terbuka. Moral
tertutup menandakan masyarakat
yang tertutup. Masyarakat tertutup bukan berarti karena keterbatasan ruang atau
hanya meliputi sebagian orang saja tetapi karena dikuasai oleh suatu moral yang
hanya berlaku dalam masyarakat tertentu saja atau tidak berlaku universal.
Prinsip dasar moral tertutup ialah kerukunan di dalam dan permusuhan di luar.
Dalam suatu negara, setiap warga memihak kepada sesama warga negara dan melawan
musuh. Sumber moral tertutup adalah desakan sosial atau desakan kerukunan yang
harus dimengerti sejalan dengan insting. Bagi Bergson kewajiban etis tidak
berasal dari rasio tetapi berasal dari desakan sosial untuk tetap
mempertahankan kehidupan dan kerukunan masyarakat. Sedangkan moral
terbuka menandakan masyarakat
terbuka. Moral terbuka bersifat universal dan mencari kesatuan antara seluruh
umat manusia. Moral terbuka juga bersifat dinamis akibat dari perubahan
masyarakat. Moral
terbuka berasal dari emotion creatrice atau emosi kreatif yang mendorong
individu melakukan suatu tindakan etis. Moral terbuka tidak didasarkan pada
kewajiban, melainkan imbauan dan aspirasi. Hal ini telah ditunjukkan
tokoh-tokoh dunia yang menggugah banyak orang untuk melalui tindakan mereka
yang mencanangkan cinta universal sebagai cita-cita dan diwujudkan dalam
kepribadian dan kehidupan mereka. Tindakan dari mereka yang memilik moral
terbuka menggugah orang lain bukan karena desakan sosial dan alasan-alasan
rasional tetapi karena keteladanan mereka.
2. Tentang
Agama
Bergson juga mengklasifikasikan
agama menjadi dua yakni agama statis dan agama dinamis. Agama statis menurutnya, sangat lah berguna dalam menunjang kesatuan sosial.
Dalam agama statis, penganut agama cenderung mengutamakan kepentingan diri
sendiri dan mengabaikan kepentingan masyarakat umum karena mempunyai intelegensi. Intelegensi adalah
kemungkinan bagi manusia untuk menggunakan dan menciptakan alat-alat buatan
sehingga dengan intelegensinya manusia berusaha menjalankan pengaruhnya atas
dunia material dan mengabaikan kepentingan umum. Oleh karena itu, akal budi
sangat lah kritis dan mendorong orang mementingkan diri sendiri. Menurut
Bergson, hal ini dapat mengancam kebersamaan dalam masyarakat. Pengaruh akal
budi perlu diimbangi oleh la function fabularitic (bisa dikatakan sebagai
mitos atau fantasi) yang dipandang berasal dari dewa-dewa yang berisi larangan
dan adat kebiasaan. Melalui pelaksanaan tradisi adat dan penghukuman atas
pelanggaran, para dewa dipandang telah menjaga susunan masyarakat dari
perpecahan. Sedangakan agama dinamis Agama dinamis menurut Bergson adalah mistik. Para
mistikus bersatu dengan usaha kreatif Allah (oleh Bergson disebut Elan Vital).
Para mistikus merasakan kesatuan dengan Allah secara tertentu. Menurut Bergson,
Tuhan adalah cinta dan objek cinta. Bergson mengatakan bahwa ada tujuan ilahi
dalam proses evolusi yakni usaha Allah agar setiap makhluk mendapatkan
kasihnya. Pengalaman akan kasih Allah tidak dapat dipahami oleh intelek, tetapi
hanya dapat dipahami melalui intuisi. Melalui intuisi manusia mencapai taraf
reflektif atau mencapai pengalaman mistik. Menurut Bergson Elan Vital (dapat
dikatakan sebagai Allah) dikomunikasikan orang-orang tertentu yang disebut
mistikus. Para mistikus mengalami kontak atau komunikasi secara intens dengan
Tuhan. Kaum mistik inilah yang berpartisipasi dalam kasih Tuhan bagi umat
manusia.
Menurut Bergson, dalam agama Kristen mistik mencapai
bentuknya yang paling lengkap karena di situ mistik disertai aktivitas dan
kreativitas. Dalam agama dinamis para menganut agama mengamalkan hal yang
dipercayai atau diimani dalam aktivitas dan karya. Pengalaman bersama Allah
diaktualisasikan dalam realitas hidup. Melalui pengalaman mistik manusia dapat
merasakan adanya energi kreatif yang bekerja dalam dunia yakni cinta. Sama
seperti moral terbuka, agama terbuka juga mengamalkan cinta universal untuk
semua orang, tidak hanya untuk kelompok tertentu saja.
b. Pemikiran
Tentang Dure dan Kebebasan
[1] Sebagian besar isi artikel ini saya salin dari materi presentasi kelompok, pada kelas Capita Selecta semester VII, Universitas Sanata Dharma tahun ajaran 2021/2022. Sebagian lainya adalah hasil pencarian saya secara personal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar