Jumat, 22 Oktober 2021

Sokrates

 Apakah Sokrates Pernah Hidup?

Banyak orang yang meragukan apakah benar sosok seorang Sokrates yang sangat dikagumi oleh Platon itu pernah ada di atas muka bumi ini? Seperti mereka mempertanyakan Yesus, demikian bapak filsafat ini terus dipertentangkan apakah benar beliau tokoh historis? Alasan mempertanyakan historisitas Sokrates dipengaruhi oleh ilmu positive saat ini yang selalu menuntuk bukti fisik minimal sediit peninggalan yang bisa meyakinkan orang bahwa Sokrates memang tokoh sejarah. 

Persoalan ini lalu diangakat dalam acara Komedi, bersama Rocky Gerung. Beliau mempertahankan pendapatnya, jika kita percaya pada Platon maka tentu juga kita percaya bahwa Republik adalah karynya. Jika kita percaya bahwa Platon pernah hidup, kita membaca karyanya dan tentu kita percaya bahwa Sokrates memang tokoh sejarah dan guru Platon, sebab Platon menulis tentang diskusi-diskusi Sokrates.

Sokrates menamai dirinya sebagai bidan. Metode filsafatnya adalah metode kebidanan. Sebab seperti bidan yang membantu seorang ibu untuk melahirkan bayinya dengan baik dan selamat. Filsuf bagi Sokrates adalah seperti bidan berusaha membantu orang lain untuk melahirkan pengetahuan-pengetahuan yang cemerlang dari dalam dirinya. Yah filsuf tidak pernah mengajarkan suatu doktrin kebenaran defenitif. Segala sesuatu selalu dianggap salah bagi seorang filsus sejati. Sebab pengetahuan yang pasti hanyalah 'tahu bahwa saya tidak tahu', kata Sokrates.

Bagi saya pertanyaan tentang apakah Sokrates pernah hidup, tidak terlalu penting. Yang paling penting adalah apa sumbangan terbaik Sokrates dalam mengukir sejarah hidupnya dan orang-orang sekitarnya. Seperti Sokrates kitapun hidup, ada dan mengalami banyak hal serta mengetahui segala sesuatu. Tetapi apakah itu penting? Tidak itu justeru tidak sangat penting, yang paling peting sebenarnya adalah apa sumbangan kita kepada kehidupan ini? Mampukah kita seperti Sokrates yang rela menjadi bidan pengetahuan? 

Suatu kepiluan saat ini adalah ketika terlalu banyak orang yang bangga dengan pengetahuannya, sehingga itu menjadi basis untuk merendahkan orang lain. Pengetahuan adalah kekuatan (Knowledge is power). Satu tangisan bagi mereka, jika dengan pengetahuan tidak membantu orang lain. Ibu saya selalu mengingatkan saya akan Filsafat padi, semakin berisi semakin merunduk. Sokrates tokoh yang sangat ideal untuk menjadi teladan dalam pengetahuan. Teladan dalam filsafat hidup. Yang terpenting adalah bukan apa yang kita ketahui, tetapi bagaimana mengaplikasikan pengetahuan tersebut. Sebab ada banyak orang yang mengetahui banyak hal tetapi salah mengaplikasikannya. Pilu. Derita dan memalukan. Serta justeru dirinya menjadi bahan tertawaan, ceracaan serta hinaan untuk orang lain. 

Sokrates, tokoh historis yang sangat luar biasa. Pencinta kebijaksanaan sejati. Dan orang bijak yang pernah ada di muka bumi ini. Sokrates bapak filsafat. Aku tidak akan pernah mengabaikan semua ajarannya, walaupun belum semua yang aku  pahami, tetapi yang sudah aku pahami akan aku terapkan dalam kehidupan. Bukan supaya dunia melihat, tetapi supaya tidak diketahui oleh dunia bahwa aku tahu banyak hal. Bukan aku semakin sombong tetapi supaya aku semakin rendah hati dan semakin merunduk serta terus memiliki dahaga yang besar untuk mencari tahu. Sebab pengetahuan itu berkembang terus seperti Herraklitos katakan. Pantha Rei, sungai itu mengalir. Belajar tidak pernah puas, dan mengajar tidak pernah bosan, kata Konfusius.

Terima kasih Sokratesku….


Sintuz Bezy,

Kupang, Selasa 22/01/19


Epikurus

 

Tuhan Lemah dan Jahat!!!

Hehehe, bagi sebagian orang mungkin pernyataan ini hanyalah lelucon yang keluar dari mulut orang yang kurang kerjaan. Bagaimana tidak? Sebab dia mengatakan bahwa Tuhan itu jahat. Apakah dirinya tidak pernah tahu bahwa kehidupan yang baik ini adalah anugerah Tuhan.? Ini tentu pernyataan yang hanya mengundang lucu… 

Namun jika ini hanya pernyataan lelucon, buktikan bahwa Tuhan itu kuat, buktikan bahwa Tuhan itu ada, buktikan bahwa kehidupan kita dikendalikan oleh-Nya. Bukankah hal itu mustahil? Kita tidak cukup kuat untuk mengafismasi bahwa Tuhan itu eksis. Metafisika kuno hanyalah khayalan akan eksistensi Tuhan. Nietzsche sudah membunuh Tuhan. Tuhan sudah mati, dan memang Tuhan sebenarnya tidak ada. Surga hanyalah utopis, lanjut Marx. Mengapa kaum agama begitu yakin terhadap sesuatu yang tiak ada? Mengapa mereka menyembah, proyeksi dirinya sendiri? Feuerbach melengkapi.

Adapun toko bernama Epikurus, dia seorang pencinta kebijaksanaan, sudah sejak awal mempertanyakan keberadaan Tuhan. Bagi agama-agama Tuhan itu dilihat sebagai sosok yag sangaat kuat, mahakusa dsb. Epikurus mempertanyakan tentang keyakinan ini. Ia komparasikan dengan pengalam pendeeritaan manusia. Fakta bahwa ada banyak orang yang menderita, banyak yang megalami kesusahan. Banyak yang kalah dalam hidup. Banyak yang mati bodoh, karena beriman kepada Tuhan. 

Dimanakah Tuhan, hingga Dia tidak meolong orang-orang malang ini? Dimanakah kekuasaaNya ? Epikurus lalu menyimpulkan, mungkin Tuhan mau menghapus penderitaan tetapi Dia tidak mampu. Tuhan macam apa yang tidak mampu menghapus penderitaan? Lemahkan Dia? Pasti kekuasaan-Nya tidak benar-benar ada. Atau mungkin Tuhan mampu menghapus penderitaan ini tapi Dia tidak mau. Mengapa sejahat itu Tuhan, Dia tetap membiarkan penderitaan terjadi pada manusia padahal manusia adalah pengikut setia Diri-Nya. Mungkin saja Tuhan mau dan sanggup menghapus penderitaan manusia, tapi mengapa sampai sekarang belum Ia lakukan? Berarti Tuhan tidak ada.!

        Perpus OCD Jogja, Jumad 22/10/21

Sintuz Bezy 

 

Reformasi Protestan

REFORMASI PROTESTAN DAN GERAKAN EKUMENISME

Pengantar

            Fakta bahwa Gereja saat ini terdiri dari banyak aliran dan denominasi. Hal ini terjadi karena ada gerakan pembaharuan (reformasi) dalam tubuh Gereja itu sendiri. Gerakan pembaharuan ini kebanyaakan membawa perpecahan yang kemudian munculah gereja-gereja seperti yang ada saat ini. Namun apakah semua orang Kristen tahu mengapa ada perpecahan dan apa usaha penyatuan kembali yang pernah dilakukan? Kami kelompok merasa terpanggil untuk membagi sedikit pengetahuan kami tentang jawaban-jawaban atas pertanyaan di atas, maka presentasi berikut akan membahas secara singkat dan padat tentang fakta perpecahan tersebut serta usaha ekumenismenya.

Kami akan memulai degan membahas konsep reformasi yakni tentang arti kata reformasi dan reformasi dalam gereja, kemudian dilanjutkan dengan ulasan tentang latar belakang reformasi, konteks, tokoh, dan inti pokok ajaran yang dikembangkan. Pada akhirnya kami menyajikan suatu fakta usaha ekumenisme yang pernah dilakukan Gereja. Artikel singkat ini akan diakhiri dengan kata penutup sebagai suatu kesimpulan sementara.  

Reformasi, Fakta Dan Data Historis, Serta Usaha Ekumenisme

a.      Refromasi Dalam Gereja

Kata reformasi artinya perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau Negara.[1] Dalam konteks Gereja, reformasi adalah suatu gerakan untuk mengadakan pembaharuan dalam Kekristenan Barat yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17, hendak mengembalikan Kekristenan kepada otoritas Alkitab, dengan iman kepercayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Wahyu Allah. Dalam Gereja terdapat Reformasi Protestan yang dipelopori oleh Martin Luther, Ulrich Zwingli dan Yohanes Calvin dan juga Reformasi Katolik dengan tokoh-tokoh yang menonjol seperti St. Pius V, St. Ignatius Loyola, St. Teresa dari Avila, St. Yohanes dari Salib, St. Fransiskus dari Sales.

b.     Fakta Gerekan Reformasi Dalam Gereja

1.       Marthin Luther (1484-1546)

Martin Luther adalah seorang Imam Katolik Roma dan biarawan Agutinian juga pengajar di Universitas Wetenberg-Jerman.[2] Beliau memberontak dan mengadakan reformasi dalam Gereja oleh sebab adanya beberapa fakta kehidupan Gereja yang menyimpang dari ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip Wahyu Allah seperti; jual-beli surat-surat indulgensi. Hal ini memperlihatkan seolah-olah dosa bisa dihapus dengan membeli surat indulgensi tersebut, selain itu adanya supremasi Paus atas seluruh aspek kehidupan umat beriman. Luther kemudian menyatakan sikap dengan mencetak 95 tesis sebagai bentuk protesnya yang disebarkanya di berbagai pintu Gereja di Wittenberg.[3]

Inti ajaran Luther ialah bahwa keselamatan dan konsekwensinya, kehidupan kekal tidak diperoleh dengan perbuatan-perbuatan baik, namun diterima oleh orang percaya sebagai anugerah bebas dari rahmat Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai penebus dosa, (sola fide/hanya iman, sola gratia/hanya anugerah, sola scriptura/hanya Kitab Suci).[4]  Tahun-tahun kemudian Luther mendapat banyak dukungan dari pengikutnya maupun dari pangeran-pangeran di Jerman, sedangkan dari pihak Gereja Katolik terbit suatu bulla berjudul Exurge Domine oleh Paus Leo X untuk meminta Luther menarik beberapa ajarannya yang dianggap sesat. Luther menolaknya dan diekskomunikasi oleh Gereja Katolik, Luther kemudian mendirikan suatu aliran Kristen yang disebut Lutheran.

Teologi Perjamuan Kudus menurut Luther

Salah satu hal yang ditolak oleh para reformator dalam pembaruan ajaran Gereja adalah konsep  Gereja  Katolik  seperti  yang  dijelaskan  di  atas  yaitu  doktrin transubstansiasi. Dapat dikatakan bahwa Luther adalah  orang pertama yang menentang ajaran ini. Ada  banyak tulisan- tulisan dan pemikiran Luther yang menguraikan tentang Perjamuan Kudus. Di mulai dari maksud  perjamuan  Kudus,  Luther  mengartikan  Perjamuan  Kudus  bertolak  dari  kata-kata  penetapan yaitu  sebagai  firman  Allah,  peraturan,  dan  perintah-Nya.Perjamuan  Kudus  ditetapkan  oleh Kristus sendiri, bukan hasil pikiran manusia.Jadi Perjamuan Kudus adalah tubuh dan darah yang benar dari Kristus, yaitu tubuh dan darah yang diberikan kepada kita anggota-anggota jemaat di dalam  dan  di  bawah  roti  dan  anggur  untuk  dimakan  dan  diminum  menurut  firman  dan penetapan  Kristus.  Firman itulah  yang  membuat Perjamuan  Kudus  menjadi Perjamuan  Kudus dan firman-lah yang membedakannya, supaya Perjamuan Kudus bukanlah roti dan anggur biasa melainkan  tubuh  dan  darah  Kristus. 13 Ini  untuk  menolak  kepercayaan  Gereja  Katolik  yang menanggap  bahwa  sakramen  memiliki  posisi  yang  tinggi  dan  dapat  membawa  keselamatan dibanding firm firman.

Pandangan Luter tentang perjamuan kudus, Ia menolak ajaran gereja katolik apalagi tentang konsep transubstansiasi bahwa roti dan anggur yang kita terima setelah dikonsekrir itu menjadi tubuh dan darahKristus, baginya yang membuat roti itu kudus adalah semata-mata karena firman. Ia mengajarkan konsep konsubstansiasi, jadi roti dan anggur itu sama-sama didiami oleh tubuh dan darah kristus. Ajaran gereja, transubstansiasi (roti dan anggur substansinya berubah menjadi tubuh dan darah kritus) tapi Luter konsubstansiasi roti dan anggur tidak berubah namun, substansi tubuh dan darah kristus mendiaminya.

2.      Ulrich Zwingli (1484-1531)

Ulrich Zwingli mengadakan reformasi di Swiss dan mendirikan Gereja reformasi Swiss. Beliau adalah seorang pakaar Alkitab dan sarjana humanis.  adapaun beberapa hal yang ditolak Swingli dari tradisi Katolik yakni ; percaya terhadapa santo-santa, selibatis, thabisan imam, gambar-gambar kudus, dan lain-lain. Penekanan Zwingli pada Kitab Suci, maka beberapa praktek keagamaan Katolik yang tidak berlandas pada Kitab Suci ditolaknya. Ia menolak pemakain musik dalam ibadat, pandangannya tentang sakramen, baginya sakramen adalah semacam sumpah untuk membuktikan kerelaan dirinya mendengarkan dan menaati firman Allah. Maka Zwingli oleh karena banyak dukungan dari para politisi saat itu berhasil membenuk suatu gereja reformasi. [5]

Swingli menekankan doktrin pneumatology dan menekankan namanya pendidikan, dan doktrin dan hidup kristiani.  Secara menonat. Anabaptis (klpk yg menerima baptisan ulang) alkitab adalah satu2nya sikap iman dan prilaku demi kesalamtan dan prilaku manusia bukan untuk teologi yg ruwet.

3.      Yohanes Calvin (1509-1564)

Beliau adalah seorang lawyer (hakim) berkebangasaan Prancis. Terinspirasi dari semangat reformasi di Geneva yang dipimpin oleh Guillaume Farel. Oleh karena dukungan politik dan posisi yang baik serta banyak menulis maka Calvin mendapat tempat, Ia sebenarnya sangat menekankan pada pembacaan Kitab Suci secara literer artinya apa yang tertulis dalam Kitab Suci itulah yang harus dilakukan. Konsekwensinya semua praktek atau ajaran yang tidak bersumber pada Kitab Suci secara eksplisit ditolaknya. Ia menyarankan bahwa Kitab Suci juga diterapkan untuk semua aspek kehidupan umat baik dalam menggereja maupun bermasyarakat. Teologi Calvin yang mencolok adalah ajarannya tentang predestinasi bawasanya orang selamat itu karena sudah ditentukan oleh Allah sejak semula. Hidup moral yang keras sebagai bukti keselamatan.[6]

Maka kita tidak dapat terlepas dari lima pokok Calvinisme yang dikenal dengan T-U-L-I-P; Total Depravity (Kerusakan rotal), Unconditional election (Pemilihan tak bersyarat), Limitet atonement (Penebusan terbatas), Irressistible grace (Anugerah yang tak dapat ditolak) dan Preseverance of the saints (Ketekunan orang-orang kudus), yang mendasarinya iala ajarannya tentang kedaulatan Allah, dan kebobrokan manusia. Penekannya pada Kitab Suci, semua yang diajarakan oelh Kitab Suci itulah juga yang diajarkan oleh Calvin seperti tentang Trinitas, keilahian Kristus, anugerah perjanjian, pembenaran karena iman, penyucian, kedatangan Kritus yang kedua, ketidaksalahan Alkitab. (Berbagai aliran)

Mengenai pandangannya tentng sakramen , Calvin mnyetakan bahwa sakramen itu adalah pertma sabagai tanda eksternal bahwa Tuhan memeteraikan kepada kita janji-janinya akan kehendak yang baik kepada kita demia menopang kelemahan kita,, dan sebgai tanda yg kelihatan dari perkara yang suci, maka sakramen itu dilihat sebagai akomodasi Allah akan kelemahan manusia. Tentu semua para reformataor termasuk Calvin hanya menerima dua sakramen yakni baptis dan ekaristi.  (siprianus), lateran semua org yg ada dlm gr katolik itu slamat. (Agustinus-Latheran), extra eccleseia (yhudi, islam). Jabatan dalam gereja menurut calvin (pendeta, penatua, pengajar, daikon). Thomas Aquinas dalam himne ekaristi.

4.      Gereja Anglikan

Gereja Inggris memisahkan diri dari Paus dan Gereja Katolik Roma. Hal ini terpengaruh dari berbagai gerakan reformasi Protestan di seluruh Eropa. Fenomena lain seperti kemerosotan feodalisme, kebangkitan nasionalisme, penemuan mesin cetak dan pencerahan. Perpisahan ini pertama-tama oleh masalah politik lalu diikuti dengan  urusan teologi. Persoalan pertama sebenarnya berasala dari Raja Henry VIII yang ingin menceraikan pernikahannya dengan Chatarina dan mau menikah lagi dengan Anne Bolyen. Tapi hal itu tidak disetujui oleh Paus Klemens VII saat itu karena bertentangan dengan hukum Gereja.[7]

Anglikan, soal scriptura (problem penafsiran), akal budi (bukan hnya telog dan iman tapi semua org)

c.      Ekumenisme

Gereja saat ini memang sudah terpecah dan memunculkan banyak aliran serta denominasi yang masing-masing memiliki teologi dan praktek iman yan berbeda. Namun hal itu tidak menandakan bahwa Gereja tidak bisa bersatu, buktinya ada semangat untuk mengupayakan persatuan didorong oleh kesadaran bahwa Orang Kristen adalah satu di dalam Kristus melalui baptisan bersama mereka dalam Kristus, dan meski gereja` dalam berbagai bentuknya tetap menjadi satu tubuh dalam Kristus. Gerakan ekumenis berusaha untuk membuat kesatuan itu lebih terlihat dan efektif dalam kehidupan gereja-gereja itu sendiri, dan dalam kesaksian bersama mereka dan pelayanan kepada dunia. Dalam dekade 80-an yang lalu, himbauan bagi persatuan gereja begitu gencar dikumandangkan. Khususnya sejak Sidang Raya Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD; WCC - World Council of Churches) yang keenam pada bulan Juli 1983 di Vancouver, B. G., Kanada, semangat untuk menciptakan gereja yang bersatu semakin diupayakan.

Gerakan ekumenis pada dasarnya mengidamkan terciptanya satu Gereja yang universal dalam satu kesatuan (unity) yang terdiri dari berbagai ras dan bangsa. Tekanannya adalah pada upaya terciptanya suatu Gereja yang satu iman dan satu tata ibadah maupun organisasinya. Tujuan utamanya adalah supaya terwujud suatu Gereja yang Esa berdasarkan Yohanes 17:21. Alasannya, oleh karena Tuhan dari Gereja adalah Satu (Efesus 4:4-6), maka Gereja adalah satu. Argumentasi seperti di atas tidak selalu diterima oleh setiap kalangan, karena, Keesaan Gereja tidak tergantung kepada pengertian kita yang subjektif atau kemauan kita untuk "merasa diri satu", bukan juga melalui usaha manusia di lapangan ekumenis, melainkan Keesaan itu pada dasarnya telah diberikan kepada Gereja yaitu orang-orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus. Ketika orang percaya bersatu dalam iman kepada Yesus Kristus, mereka memiliki kuasa dan jangkauan pengaruh dalam menghadapi dunia seperti halnya Allah Bapa dan Allah Anak bersatu menghadapi dunia ini.[8]

Sejak tahun 1990 gagasan tentang koinonia (persekutuan) telah menjadi pusat diskusi ekumenis tentang eklesiologi. Penekanan ekumenisme yaitu BEM (Baptis, ekaristi, dan ministry/pelayanan).  Berasal dari Perjanjian Baru, istilah ini menunjukkan baik orang percaya hubungan individu dengan Kristus dan hubungan gereja satu sama lain, keduanya secara spiritual dan praktis. Ekspresi klasiknya berasal dari Majelis Ketujuh WCC di Canberra pada tahun 1991 dan Konferensi Dunia Kelima tentang Iman dan Tata Tertib diadakan di Santiago de Compostela pada tahun 1993.

Kesatuan dan kehidupan sakramental umum yang dimasuki oleh seseorang baptisan dan dirayakan bersama dalam satu persekutuan ekaristi; kehidupan bersama di mana anggota dan kementerian saling diakui dan didamaikan; dan misi bersama bersaksi kepada semua orang tentang Injil kasih karunia Allah dan melayani seluruh ciptaan. Tujuan pencarian persekutuan penuh terwujud ketika semua gereja mampu mengenali satu sama lain gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik dalam kepenuhannya.

Penutup

Sekalipun Gereja sekarang ini terpecah-pecah, namun kelak pada akhir zaman kesatuan akan menjadi kenyataan. Singkatnya, perpecahan di dalam Gereja agaknya tidak dapat dihindari, oleh karena keadaan Gereja yang sempurna di dunia ini tidaklah dapat dicapai berhubung dengan berkembangnya pemikiran manusia dan teologi Kristen yang menimbulkan perbedaan tajam dalam pemikiran. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kesatuan di antara orang percaya bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan kesatuan itu sendiri bertpjuan untuk pengembangan pelayanan di dalam tubuh Kristus serta untuk mendemonstrasikan kasih Kristus.

Penekanan ekumenisme adalah dialog dengan yang lain. Dalam usaha ekumenisme ditekankan tentang pentingnya kesaksian dan dialog orang Kristen, serta adanya himbauan supaya misi-misi yang dilakukan oleh orang Kristen tidak bersifat agresif atau menghakimi kepercayaan lain. Maka, orang Kristen tidak boleh berpikiran dikotomis, sebaliknya orang Kristen harus berpola pikiran injili dan ekumenis pada saat yang bersamaan, oleh karena kedua tekanan itu adalah saling melengkapi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amstrong, Karen. (2018). Sejarah Tuhan: Kisah 4.000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia, Terj. Zainul Am. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Urban, Linwood. (2003). Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakrta: BPK Gunung Mulia.

Fitzgerald, Thomas E. (2004). The Ecumenical Movement, An Introductory. USA: Preager. Tersedia dalam pdf.

 

 

Jurnal

Lukito, Daniel Lucas. (1991). Kecenderungan Gerakan Oikumene Dewasa Ini. 66. Diakses pada 5 September 2021 melalui link Themelios.net/artikel-jurnal.

 

Interner

 

Badan Pustaka Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d). Reformasi (Def.1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 3 September 2021, melalui https://kbbi.web.id/.

 

Nama Anggota Kelompok :

1.        Yohanes Lende          : Ft. 4071

2.      Kristoforus Leba       : Ft. 4069

3.       Yuventus Bere Seran : Ft. 4070

4.      Krisantus Yustus      : Ft. 4068



[1] Badan Pustaka Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d). Reformasi (Def.1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 3 September 2021, melalui https://kbbi.web.id/.

[2] Karen Amstrong, Sejarah Tuhan: Kisah 4.000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia Terj. Zainul Am, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2018), hlm. 413-436

[3] Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakrta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 368-369.

[4] Thomas E. Fitzgerald, The Ecumenical Movement, An Introductory, (USA: Preager, 2004), hlm. 47

[5] Ibid., hlm. 48

[6] Ibid., hlm. 48-49

[7] Ibid., hlm.50-51

[8] Daniel Lucas Lukito, Kecenderungan Gerakan Oikumene Dewasa Ini, 1991, hlm. 66, Themelios.net/artikel-jurnal, diakses pada 5 September 2021

Kamis, 21 Oktober 2021

Analisis Daniel 7:1,13-14,16

 

DANIEL 7:1,13-14,16, SUATU ANALISIS

Teks Daniel 7:1,13-14,16 bagi saya adalah satu jenis sastra naratif apokaliptik historis. Pertama mesti memahami terlebih dahulu apa itu apokaliptik.  Apokaliptik dipahami sebagai suatu ketersingkapan, terbuka dari sesuatu yang tersembunyi. Kisah-kisah apokaliptik biasanya bukan cerita dari pengalaman nyata manusia tetapi dari sesuatu yang lain, hal ini kita temukan ketika kita mendengar tokoh-tokoh dalam cerita apokliptik semuanya bukan tokoh yang real/nyata. Tetapi membaca kisah apokaliptik tentu kita tidak boleh memahami secara literer seperti yang tertulis namun melihat maksud dibalik cerita tersebut.

Jenis sastra dipahami sebagai suatu kategori atau bentuk tertentu yang dipakai untuk menggolongkan beraneka ragam sastra, maka hal ini mempermudah pembaca untuk mengklasifikasikan teks-teks bacaannya ke jenis yang sesuai. Daniel 7:1,13-14,16 termasuk ke jenis sastra apokaliptik, sebab hal ini terlihat dari kisah yang disajikan. Dalam Dan 7:13-14 tokoh yang bernama Daniel yang adalah pencerita dari kisah itu mengalami penglihatan dalam mimpinya, “seorang seperti anak manusia”,  berarti bukan manusia tetapi mirip manusia, hal ini tentu bukan tokoh yang nyata. “Ia datang dengan awan-awan dari langit”. Orang yang seperti mansia ini datang dengan awan-awan dari langit menunjukan bahwa Ia bukan tokoh dari dunia ini tapi dari dunia seberang. Dalam ayat ke 14 dikisahkan bahwa anak manusia yang datang dengan awan-awan dari langit itu menuju ke orang yang lanjut usianya, menandakan bahwa ada seorang lain juga di sana yang sudah tua yang memiliki kekuasaan atas segala bangsa di bumi ini, lalu kerajaanya diserahkan kepada Ia yang seperti anak manusia tersebut dan kerajaannya tidak akan berkesudahan.

Dari sini saya merefleksikan bahwa teks ini memang adalah suatu jenis sastra apokaliptik sebab disana ada kisah tentang penglihatan. Tokoh Daniel yang mengalami penglihatan tersebut. Daniel adalah tokoh terhormat di masa lalu, hal ini menunjukan suatu ciri khas dari satra apokaliptik, lalu dari kisah terbut juga Daniel melihat sosok yang adikodrati dan Dia menanyakan arti penglihatan tersebut dari tokoh adikodrati juga (Dan 7:16), dalam sastra apokaliptik memang penglihatan itu selalu dialami oleh tokoh terkenal dan memahami isi penglihatan berdasarkan penjelasan dari tokoh adikodrati juga. Daniel menanyakan penglihatanya kepada salah seorang yang ada dalam penglihatannya tersebut.

Bagi saya Daniel 7:1,13-14,16 ini bisa digolongkan ke sautu kisah naratif apokalipsis historis. Naratif sebab isi kisahnya runut dan diceritakan secara naratif, apokalipsis historis menandakan bahwa kisah tersebut berisi tentang penglihatan dan hal ini menggambarkan sesuatu yang akan terjadi di akhir zaman. Dalam Dan 7:1 muncul tokoh bernama Belsyazar sebagai raja Babel saat itu. Menunjukan bahwa ada seorang raja nyata yang sedang memerintah lalu Daniel bermimpi tentang seorang raja lain yang akan datang tetapi bukan dari dunia ini dan dia akan memerintah bukan hanya satu bangsa namun semua bangsa dengan kepemerintahanya tidak pernah berakhir. Bukankah ini adalah kisah tentang dunia lain, atau dunia akhir zaman? Sebab bagi saya akan sulit sekali kita menerapkan bahwa akan ada raja yang benar-benar nyata dan datang lalu bisa memerintah selauruh dunia ini, hal tersebut mustahil. Maka jika ini dikisahkan dalam Daniel itu menunjukan suatu visi yang akan datang.  

Wawasan Nusantara Dan Saya

 

RELEVANSI WAWASAN NUSANTARA BAGI DIRI SAYA,

SEBUAH REFLEKSI.

Wawasan Nusantara bagi saya secara personal adalah suatu pandangan atau juga kesepakatan tentang bagaiamana Nusantara ini didefenisikan. Lebih jauh lagi bahwa dengan wawasan Nusantara maka semua warga sadar tentang identitas negaranya dan bagaiaman negara ini harus dijalankan serta seperti apa pemerintah dan warga menghidupu kehidupan sebagai masyrakat Nusantara ini.

Adapun relevansi wawasan Nusantara bagi saya ialah, pertama-tama saya mengetahui seperti juga jutaan warga lainya tentang identitas bangsa ini, saya sadar bahwa Nusantara ini dibangun diatas suatu ideologi Pancasila yang mana di dalamnya terkandung nilai filosofis yang dalam yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Nasionalisme, Demokrasi dan Keadilan Sosial. Ini tentu suatu ideologi yang tidak sectarian, tidak memihak kepada kelompok atau suku/ras bahkan agama tertentu. Ideologi ini bermanfaat bagi semua warga masyarakat. Dengan wawasan Nusantara saya juga memahami bahwa Indonesia itu agalah suatu bangsa politis dalam artian bahwa Nusantara terdapat warga masyarakat, tanah air (geografis), dan juga pemerintahan. Berbicara tentang Nusantara dalam artian negara maka saya paham bahwa hal tersebut merujuk pada orang Indonesia, Tanah Air Indonesia dan pemerintahan Indonesia. Selain daripada itu saya tahu bahwa berbicara tentang wawasan Nusantara menandakan juga berbicara tentang bagaiaman tata kelola perekonomian dalam negeri, pertahanan, serta kehidupan sosial budaya yang memang adalah fakta.

Pada bagian kedua ini saya merefleksiakan bahwa relevansi wawasan Nusantara ini tidak hanya sekedar untuk pengetahaun personal semata, tapi berimbas pada praktek nyata. Dengan wawsan Nusantara saya seperti juga warga yang lain tetap menjujung tinggi ideologi pancasial sebagai dasar negara kita sehingga jika ada tawaran Ideologi lain misalnya dari agama yang tidak memberi keutungan bagi seluruh rakyat maka saya mesti melawannya dengan cara tidak mau menganut ideologi tersebut. Dalam arti politik saya harus bangga disebut sebagai orang Indonesia yang mana saya memang terlahir di Indonesia dan hidup di tanah Indonesia serta memakai bahasa Indonesia maka jika ada penjajahan dalam bentuk apa saja yang merusak tanah Indonesia, menghancurkan orang Indonesia atau bahkan memporakporandakan pemerintahan Indonesia saya mesti melawannya, bukan dalam artian perlawanan fisik tetapi melalui dialog, diskusi dan lain-lain. Wawasan Nusantara memang sangat relevansi bagi saya dalam hal-hal praktis kehidupan sehari-hari. Saya mesti menghargai orang dari suku atau agama lain, sebab kita sebagai orang Indonesia memang plural secara kultur, agama, suku dan ras. Itu adalah fakta yang mesti diterima. Semua pikiran, perkataan saya yang bisa menyinggung orang dari suku, agama, ras lain mestinya saya tiadakan demi kehidupan yang harmonis.

Sebagai penutup saya menyimpulkan bahwa wawasa Nusantara sangat relevan bagi kehidupan saya teristimewa dalam bidang kesadaran dan juga teristimewa aplikatifnya di masyarakat Indonesia.

 

 

Persoalan Kenegaraan Aktual

 

Persoalan Kewarganegaraan Aktual

            Pengertian negara dalam refleksi saya megikuti apa yang ditulis ditulis oleh Wilson M.A. Therik dan juga dari hasil bacaan saya tentang Etika Politik karya Frans Magnis Suseno. Negara didefenisikan sebagai pertama, masyarakat atau wilayah yang merupakan suatu kesatuan politis dan kedua, negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah itu. Dalam konsep kedua inilah saya baru memahami tentang trias politika (legislatif, eksekutif, yudikatif) dari negara demokrasi moderen, dan juga dasar refleksi saya tentang hubungan negara dan warga masyarakat.

            Persoalan aktual yang sering kita dengar adalah tentang ketidakhadiran negara bagi masyarakatnya dalam satu sisi dan atau juga negara benar-benar hadir dalam sisi yang lain, seperti yang dikisahkan oleh Bapak Willy Sudjono pada video di atas. Ketidakhadiran negara bisa dipahami sebagai absenya pemerintah saat masyrakatnya membutuhkan. Contoh sederhana pada masa Orde Baru, terlihat bahwa masyarakat sangat membutuhkan kebebasan, tapi itu tidak dijamin oleh karena pemerintahnya yang otoriter. Saat itulah negara (pemerintah) absen. Pada era reformasi saat ini, terlebih khusus dibawah pemerintahan Jokowi, banyak yang merasakan kehadiran negara (pemerintah) melalui bantuan dan lain sebagainya.

            Saya menyimpulkan bahwa negara benar-benar hadir jika pemerintahnya tampil sebagai subsidier (ada di pihak rakyat).

Nietzsche, Benarkah Tuhan Sudah Mati?

 

Benarkah Tuhan Sudah Mati?

Pengatar

    Saya memberi judul refleksi filosofis-teologis ini dengan kalimat tanya ‘benarkah Tuhan sudah mati’. Mendengar ungkapan Tuhan sudah mati tentu kita langsung berpikir tentang filsafat Nietzsche. Ungkapan ini menandakan suatu penolakan terhadap adanya Tuhan (ateisme). Ateisme itu sendiri dalam sejarah  filsafat sebenarnya sudah popular sejak zaman Yunani dengan tokohnya ialah Epikurus. Epikurus megkomparasikan antara Tuhan dan penderitaan, karena penderitaan tetap ada dimuka bumi ini maka Tuhan tidak ada.[1]  Ada juga tokoh-tokoh popular lain yang menolak keberadaan Tuhan seperti David Hume dengan filsafat empirisnya dan juga Imanuel Kant serta beberapa lainnya.

        Nietzsche tentu tokoh moderen paling popular. Filsafatnya sangat mempengaruhi banyak pemikir sesudahnya termasuk Jean Paul Sartre yang juga seorang pemikir ateis. Nietzche bahkan dijuluki sebagai orang yang menjungkir-balikan metafisika barat. Magnis Suseno dalam bukunya yang berjudul 13 Model Pendekatan Etika, bahkan memberi judul untuk artikelnya tentang Nietzsche adalah “Friedrich Nietzsche: Dekonstruksi Kemunafikan”.[2] Hal ini menandakan bahwa filsafat Nietzsche tidak boleh diremehkan. Tulisan berikut ini adalah hasil refleksi saya atas filsafat Nietzsche sebab saya menganggap konsepnya tetang Kematian Tuhan dan Nihilisme sangat perlu untuk diketahui tentu juga sebagai suatu kritik pedas terhadap agama Kristiani dan itulah yang mendewasakan iman orang Kristiani.

        Saya memulai refleksi ini dengan ulasan sederhana atas dua konsep Nietzsche yakni tentang kematian Tuhan dan Nihilisme lalu menjawabi pertanyaan tentang apa pengaruhnya bagi agama lalu diakhiri dengan tawaran bagaimana orang beragama mesti menyikapinya. Tentu ini bukan suatu analisis akademis yang kaku tetapi hanya sebagai rangkuman dari hasil bacaan pribadi saya.

Kematian Tuhan Dan Nihilisme

        Bagi saya secara personal gugatan yang paling mendewasakan iman dan sangat mendesak untuk ditindaklanjuti oleh teologi adalah dari Friedrich Wilhem Nietzsche, melalui pemikirannya tentang Tuhan Sudah Mati dan  nihilisme. Banyak orang menggunakan konsep ini untuk menyerang agama. Tuhan sudah mati menjadi suatu pukulan keras terhadap inti keberimana orang beragama sebab bagaimana mungkin suatu agama bisa eksis tanpa Tuhan. Sulit dibayangkan jika Tuhan yang adalah sumber dan arah tujuan hidup manusia itu ternyata tidak ada. Ini adalah tantangan bagi orang beragama. Tentang nihilisme itu sendiri yakni situasi dimana tidak ada nilai sama sekali. Moralitas menjadi hampa bisa menimbulkan chaos. Nitzsche justeru menciptakan konsep yang menghasilkan nihilisme.

Tuhan Sudah Mati

        Dikisahkan tentang seorang sinting yang memasang lenteranya di siang hari lalu lari ke pasar dan berteriak tanpa henti ‘aku mencari Tuhan’ tentu Ia ditertawakan oleh orang-orang di pasar sebab bagi Nietzsche tentu orang-orang tersebut tahu bahwa Tuhan memang tidak ada, si Sinting mengatakan bahwa kitalah yang membunuhnya. Setyo Wibowo dalam bukunya yang berjudul Gaya Filsafat Nietzsche menuliskan bahwa bukan Nietzsche yang membunuh Tuhan tetapi kita semua. Nietzsche hanya mengafirmasi saja bukan pelaku tunggal.[3]

        Menarik bahwa kita disadarkan tentang inti keberimanan kita, Tuhan seperti apa yang menjadi pegangan kita. Tuhan antropomorfik yang sangat diwarnai oleh pandangan manusia?

Nihilisme

    Jika Tuhan mati maka hukum moral tidak ada lagi, kita menjadi bebas-sebebasnya. Bukankah ini adalah awal dari nihilisme. Kekosongan atau ketiadaan pegangan hidup akan menjadikan manusia menciptakan pegangan sendiri, sehingga saat ini banyak orang yang jatuh pada hedonisme, bahkan juga pada radikalisme agama yang bagi saya secara personal tentu hal itu adalah hasil dari tafsiran manusia yang kaku akan teks-teks agamanya. Nihilisme juga menjadikan orang ateis, apatis dengan kehidupannya, ada beberapa yang memilih untuk agnostik tidak peduli akan keberadaan Tuhan. Pada intinya nihilisme juga menjadi tantangan berat bagi agama.

Langkah Mendasar Yang Perlu Dilakukan

        Langkah mendasar yang perlu dilakukan dalam tulisan saya ini bukan semata-mata adalah suatu antithesis dari dua konsep di atas namun ini sebagai reaksi progresif yang mesti teologi Kristiani atau orang beriman tanggapi setelah ditelanjangi oleh Nietzsche. Bagi saya dua konsep di atas sangat mempengeruhi teologi Kristen. Teologi adalah ilmu tentang Tuhan, orang bertanya, mereflesikan secara rational tentang Eksistensi Tuhan, pengaruh Tuhan bagi kehidupannya dan hasil karya Tuhan. Tuhan dalam teologi Kristen dilihat sebagai sesuatu yang melampaui diri manusia, tetapi juga Ia yang personal dan menjelma menjadi manusia. Tuhan Kristen begitu agung sekaligus begitu dekat dengan manusia.

        Pernyataan Tuhan sudah mati, membangunkan orang beragama dari tidur dogmatisnya, mereka sadar dan tergerak untuk mencari tahu lebih dalam apa yang dimaksudkan dengan Tuhan sudah mati, mengapa Nietzache mengungkapakannya, Tuhan seperti apa yang Nietzsche maksudkan, maka pemikiran seorang beragama semakin luas, hal ini seperti yang telah diulas oleh Magnis Suseno dalam bukunya yang berjudul Menalar Tuhan. Bagi Magnis Suseno, Nietzsche melihat Tuhan secara negatif sebagai penampung orang-orang lemah, agama yang adalah intitusi yang dibangun oleh orang-orang beriman dilihat sebagai tempat pelarian dari berbagai tanggun jawab kehidupan, tameng berbagai nafsu manusia yang begitu rendah, agama sebagai saluran kebencian kerdil dan lain sebagainya.[4]

        Lanjutan dari tulisan Magnis Suseno, bahwasannya Nietzsche mengabaikan banyak hal positif dari kepercayaan akan adanya Tuhan, seperti pengorbanan untuk berbuat baik bagi orang lain atas nama Tuhan, kegembiraan dan sukacita oleh karena keberhasilan yang semata sebagai berkat Tuhan, bahkan orang beragama Kristen juga terbuka terhadap Nietzsche itu sendiri, masukan yang mendewasakan dan lain sebagainya.[5]  Usulan saya secara personal bagi perkembangan iman dan teologi Kristen tentu adalah “perbaikan akan nilai bahasa religius”. Saya tentu mengafirmasi tulisan Dr. Theo Huijbers dalam bukunya yang berjudul Mencari Allah. Baginya bahasa religius memang masih kurang dalam mengungkapkan Allah, inilah yang perlu diperhatikan, sebab Allah selalu lebih dari apa yang orang ungkapkan tentang-Nya. Meski kita mengungkapkan bahwa Allah itu baik, tetapi realitas Allah lebih dari itu.[6]

        Tidak ada kata penutup, tetapi hanya suatu usulan personal bagi perkembangan teologi saat ini mesti lebih memperbaiki tentang bahasa religius, hal ini bisa membuktikan bahwa kritikan Nietzsche juga bermula dari bahasa religius yang antropomorfik, maka persoalan Tuhan sudah mati dan nihilisme bisa diluruskan dan punya jawaban yang progresif dari pihak agama.

 PART ONE!

PART TWO......


[1] Internet Encyclopedia of Philosophy, https://iep.utm.edu/epicur/. Diakses pada 16 Oktober 2021, jam 10.00 am.

[2] Frans Magnis Susenoa; 13 Model Pendekatan Etika, Bunga Rampai Teks-Teks Etika dari Plato Sapai Dengan Nietzche, (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm. 219

[3] A. Setyo Wibowo, Gaya Filsafat Nietzsche, (Yogyakarta: Kanisius, 2017), hlm. 349

[4] Frans Mgnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta : Kanisius, 2018), hlm. 81-82

[5] Ibid., hlm. 83-85

[6] Dr. Theo Huijbers, Mencari Allah, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 285-298

 

Syarat-syarat do'a menurut St. Teresa Avila

 

Syarat-Syarat Do’a Menurut St. Teresa Avila

Renungan Novena st Teresa avilla hari 1, rabu 6/10/21

Hari ini adalh hari pertama novena st Teresa dari Yesus pembaharu dan pendiri ocd. Sejak hari ini hingga Sembilan hari kedepan kita bersama akan membongkar dan bermenng serta merefleksikan kekayaan spiritualittas yg Teresa wariskan. Maka, adlh sngat rugi klw kita melewatkan seharipun dari 9 hari permenungan ini.

            Nah para saudara kita mungkin mendapat bayak Imput pengetahuan ttg spiritualitas st Teresa ini, dan yg masih fresh adalah dari 6 kelas/webinar st Teresa pada semester lalu bersama para pater pemateri yg sangat mumpuni.  tapi juga kita para frater mungkin dari tulisan2 pter allo di daly reflection, tulisan ptr Yonis, juga kotbah para pater ttg st Teresa di samping penelusuran kita secara personal ke berbagai buku pengatar maupun buku asli st Teresa.

Baiklah para saudara pada hari pertama ini refleksi sy hna bersifat pengatar saja. Permenungan  secara spesisfik ttg ajaran Teresa akan kita degar di hari2 berikutnya.  Mari kita mulai. St Teresa dikenal sbgai pembaharu dan pendiri ocd, pembaharu bukan dlm artian menciptakan suatu hal baru yg lebih spektakuler tapi sebenarnya adalah suatu usaha untuk kembali ke semangat asli para pertapa atau karmelit awal. Persis dlm buku kesempurnaan bab 4 artikel 1-4 yg adalah acuan refleksi sy ini, st Teresa  mengatkan itu, kepada para susternya,  “ Aku tdk meminta sesuatu yg baru daripadamu putri-putriku, sy cuman minta supaya kita memenuhi kaul2 kita yg seperti juga panggilan kita, kita wajib melakukannya kendati ada banyak cara menjalankannya. Bila kita berusaha menepati  regula dan konstitusi kita dalam arti sepenuhnya, dan dgn cermat, maka kuharap dlm tuhan bhwa dia akan mengabulkan permohonan kita.” st Teresa Pokok-pokok ttg doa yg tdk henti-henti.  St Teresa adalah guru doa, bnyak org mnerimanya dan meyakininya. Nah para saudara pada hari pertama ini kita akan bermenung bersama ttg 3 hal pokok yg mesti org lakukan agar doanya otentik. Yakni cinta satu dengan yang lain, penyangkalan diri dan kerendahan hati yg benar.

Puasa = Usulan para pater dan sudah menjadi program migguan sejak litbul 1 kemarin. Apa pentingnya puasa, yah sederhana supay kita bisa tahu bagaiaman hidup irit, sederhana, dan berbela rasa degan org yg memang tidak memiliki apa2. Sy sengan karena kita sepakat untuk berpuasa lauk selama satu hari, lebih sengan lagi kalua, puasa dua atau tiga hari. Semoga litbul berikut tidak jadkan program pusa seminggu…

Disiplin= tidak sebatas dispilin waktu, tetapi juga sikap teristimewa kata2, pilihhan kata yg bisa merugikan dan melukai perasaan orag lain dikurangi.  Panggil org dgn nama binatang, anjing babi, bahkan kucing kadang2. Ada yg panggil temannya tikus juga yg dlm bahasa bajawa sebut deke, atau degu.. nani bisa konfirmasi dg fr fanci. Jg sampai org tersebut yg bntaang itu. Ada satu pepatah bhsa inggris bilang,, tell me who your friends are and I will tell you who you are, siapa temanmu, itulah yg membentuk siapa diriumu, nah sy menduga org yg sering panggil kucing mungkin dia sll bergal dgn kucing saja… atau org yg panggil nama org lain sellau dengan makian, maki perempuan atau laki2. Teman sy dulu biasa menami org2 yg suka maki ini dalah manusia selngkangan, memang agak kasar, tapi ini  mungkin melngkapi pepatah tadi, who your friends are I will tell you who you are, jg sampai temann2, atau refresnsi yg dia lihat, denganr, tonton seputaran itu…. Maka para saudara st teresa mengajak kit untuk disiplin. Disiplin waktu juga mungkin, jam kerja umum ,kerja, jam nonton bareng nonton, jam olah raga-oralh raga, seperti jam makan kita makan, waktu bayar hutang, bayar sudah sehingga itu yg bisa disebut disiplin. Yah mungkin bukan hanya utang materi, uang atau barang, sehingga butuh debt collector lagi untuk tagih, tapi uga utang janji, penting ini, biasanya laki2 , ketua dan wakil berjanji,, syukur ketua kita yg baru tidak memberi janji banyak. yh ini keahlian para politisi bengkok,  janji manis tetapi setelah itu lupa semua.

Silensium = klw masih online seetelah jam 10 mlm ke atas berarti kita masih berada di luar komunitas, masih belum hening, Opa.

Para saudara yg terkasih, st tersa juga dikenal sbgi guru doa,,, bagi Teresa doa adalah suatu Namun sebelum ke sana kita mesti melihat apa itu doa menurut st Teresa.

Nah inilah dalam artikel keempat buku jln kesempurnaan St Teresa lalu merangkum ke dalam tiga hal yg menurutnya sangat penting tentu bagi para susternya yg adalah tuuan tulisan ini ditulis tapi juga bagi semua kita para pembaca karya Teresa dan pengikutnya. Tiga hal inilah yg sangat membantu, sebelum orng berusaha menjalin persahabatn dengan Tuhan, sebelum orang masuk ke dalam doa.

Tiga hal yag penting yakni:

a.     Amor unas con otras/Love for one another (saling mencintai satu sama lain). Bahasa biblis sering kita dengar, bagaimana kita bisa mencintai Tuhan yg tdk kelihatan sementara kita tidak cinta akan manusia yg ada depan mata. Jika kamu akan membawakan persembahan kepada tuhan tetapi masih ingat akan kesalahnmu akan saudaramu maka tinggalkan persembahanmu, berdamailah dahulu dengan saudaramu itu. Labih jauh kasih ini buka hanya sesama kita, bahkan kasihi mush kita juga. Menarik bacaan kemarin kita dengar saat org bertanya kepada Yesus siapakah seamaku? Yesus memberikan  perumpamaan ttg org samaria yg baik hati. Kasih itu memang mesti praktis, nyata, Imam dan org Levi itu mungkin tahu atau berkotbah ttg bagaiaman mengasihi tapi tidak melakukannya berarti sia-sia.

 

b.     Desasimiento de todo lo criado /Detachment from all created things (kelepasan dari segala ciptaan). Bukan sekedar lepas dari barang-baragn duniawi, tapi lepas dari ideologi-ideologi yg menyimpang, dari filsafat yg kosong. Dan juga dari kebiasaan2 yg merugikan diri dan sesama. Tuhan yesus merangkum semua isi taurat ke dalam satu hukum yakni hukum cinta kasih.

 

c.      Verdadera humildad/ True  humality, (kerendahan hati yg sejati). St teresa mengatakan ini mungkin berangkat dari pengalamannya bahwa ada org yg rendah hati tapi terselubung maksud. Serigala berbulu domba, sehingga kita tdk disebt “homo homini lupus”, manusia adalah serigala bagi sesama. Om tomas hobbes, . sy ingat ada satu buku judulnya homo homini humor, ini mengajak kita untuk sering menyelipkan humor dalam pergaulan kita, bahkan untuk kritik pedas dengan nada humor juster lebih enak. Sehingga hidup tidak kaku, kejang dan kering…seolah dunia ini harus selalu diisi dengan hal-hal yg penting, pikiran-pikiran yg besar, padahal dunia ini hanya panggung sandiwara. Kerendahan hati bukan berarti bersembunyi dari hal-hal yg mesti kita lakukan, atau mencri gampang untuk segala pekerjaan dan tanggung jawa yg mesti kita emban, tapi kerendahan hati yakni ketika pendapat anda benar dalam perdebatan tapi anda mengalah, atau mungkin anda bisa melakukan dengan sangat sempurna tetapi memberi kesempatan kepada org yg ingin berkembang. Ini kerendahan hati.

Para saudara dlm refleksi sy sbgai pengatar ini sbg rangkuman kecil,

St teresa sebenarnya memulai bab 4 buku jln kesempurnaanya ini dgn pertanyaan, menurut pendapatmu, seperti apa seharusnya kita ini, bila kita tidak ingin dianggap terlalu berani oleh Allah dan dunia?

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...