Jumat, 22 Oktober 2021

Reformasi Protestan

REFORMASI PROTESTAN DAN GERAKAN EKUMENISME

Pengantar

            Fakta bahwa Gereja saat ini terdiri dari banyak aliran dan denominasi. Hal ini terjadi karena ada gerakan pembaharuan (reformasi) dalam tubuh Gereja itu sendiri. Gerakan pembaharuan ini kebanyaakan membawa perpecahan yang kemudian munculah gereja-gereja seperti yang ada saat ini. Namun apakah semua orang Kristen tahu mengapa ada perpecahan dan apa usaha penyatuan kembali yang pernah dilakukan? Kami kelompok merasa terpanggil untuk membagi sedikit pengetahuan kami tentang jawaban-jawaban atas pertanyaan di atas, maka presentasi berikut akan membahas secara singkat dan padat tentang fakta perpecahan tersebut serta usaha ekumenismenya.

Kami akan memulai degan membahas konsep reformasi yakni tentang arti kata reformasi dan reformasi dalam gereja, kemudian dilanjutkan dengan ulasan tentang latar belakang reformasi, konteks, tokoh, dan inti pokok ajaran yang dikembangkan. Pada akhirnya kami menyajikan suatu fakta usaha ekumenisme yang pernah dilakukan Gereja. Artikel singkat ini akan diakhiri dengan kata penutup sebagai suatu kesimpulan sementara.  

Reformasi, Fakta Dan Data Historis, Serta Usaha Ekumenisme

a.      Refromasi Dalam Gereja

Kata reformasi artinya perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau Negara.[1] Dalam konteks Gereja, reformasi adalah suatu gerakan untuk mengadakan pembaharuan dalam Kekristenan Barat yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17, hendak mengembalikan Kekristenan kepada otoritas Alkitab, dengan iman kepercayaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Wahyu Allah. Dalam Gereja terdapat Reformasi Protestan yang dipelopori oleh Martin Luther, Ulrich Zwingli dan Yohanes Calvin dan juga Reformasi Katolik dengan tokoh-tokoh yang menonjol seperti St. Pius V, St. Ignatius Loyola, St. Teresa dari Avila, St. Yohanes dari Salib, St. Fransiskus dari Sales.

b.     Fakta Gerekan Reformasi Dalam Gereja

1.       Marthin Luther (1484-1546)

Martin Luther adalah seorang Imam Katolik Roma dan biarawan Agutinian juga pengajar di Universitas Wetenberg-Jerman.[2] Beliau memberontak dan mengadakan reformasi dalam Gereja oleh sebab adanya beberapa fakta kehidupan Gereja yang menyimpang dari ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip Wahyu Allah seperti; jual-beli surat-surat indulgensi. Hal ini memperlihatkan seolah-olah dosa bisa dihapus dengan membeli surat indulgensi tersebut, selain itu adanya supremasi Paus atas seluruh aspek kehidupan umat beriman. Luther kemudian menyatakan sikap dengan mencetak 95 tesis sebagai bentuk protesnya yang disebarkanya di berbagai pintu Gereja di Wittenberg.[3]

Inti ajaran Luther ialah bahwa keselamatan dan konsekwensinya, kehidupan kekal tidak diperoleh dengan perbuatan-perbuatan baik, namun diterima oleh orang percaya sebagai anugerah bebas dari rahmat Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai penebus dosa, (sola fide/hanya iman, sola gratia/hanya anugerah, sola scriptura/hanya Kitab Suci).[4]  Tahun-tahun kemudian Luther mendapat banyak dukungan dari pengikutnya maupun dari pangeran-pangeran di Jerman, sedangkan dari pihak Gereja Katolik terbit suatu bulla berjudul Exurge Domine oleh Paus Leo X untuk meminta Luther menarik beberapa ajarannya yang dianggap sesat. Luther menolaknya dan diekskomunikasi oleh Gereja Katolik, Luther kemudian mendirikan suatu aliran Kristen yang disebut Lutheran.

Teologi Perjamuan Kudus menurut Luther

Salah satu hal yang ditolak oleh para reformator dalam pembaruan ajaran Gereja adalah konsep  Gereja  Katolik  seperti  yang  dijelaskan  di  atas  yaitu  doktrin transubstansiasi. Dapat dikatakan bahwa Luther adalah  orang pertama yang menentang ajaran ini. Ada  banyak tulisan- tulisan dan pemikiran Luther yang menguraikan tentang Perjamuan Kudus. Di mulai dari maksud  perjamuan  Kudus,  Luther  mengartikan  Perjamuan  Kudus  bertolak  dari  kata-kata  penetapan yaitu  sebagai  firman  Allah,  peraturan,  dan  perintah-Nya.Perjamuan  Kudus  ditetapkan  oleh Kristus sendiri, bukan hasil pikiran manusia.Jadi Perjamuan Kudus adalah tubuh dan darah yang benar dari Kristus, yaitu tubuh dan darah yang diberikan kepada kita anggota-anggota jemaat di dalam  dan  di  bawah  roti  dan  anggur  untuk  dimakan  dan  diminum  menurut  firman  dan penetapan  Kristus.  Firman itulah  yang  membuat Perjamuan  Kudus  menjadi Perjamuan  Kudus dan firman-lah yang membedakannya, supaya Perjamuan Kudus bukanlah roti dan anggur biasa melainkan  tubuh  dan  darah  Kristus. 13 Ini  untuk  menolak  kepercayaan  Gereja  Katolik  yang menanggap  bahwa  sakramen  memiliki  posisi  yang  tinggi  dan  dapat  membawa  keselamatan dibanding firm firman.

Pandangan Luter tentang perjamuan kudus, Ia menolak ajaran gereja katolik apalagi tentang konsep transubstansiasi bahwa roti dan anggur yang kita terima setelah dikonsekrir itu menjadi tubuh dan darahKristus, baginya yang membuat roti itu kudus adalah semata-mata karena firman. Ia mengajarkan konsep konsubstansiasi, jadi roti dan anggur itu sama-sama didiami oleh tubuh dan darah kristus. Ajaran gereja, transubstansiasi (roti dan anggur substansinya berubah menjadi tubuh dan darah kritus) tapi Luter konsubstansiasi roti dan anggur tidak berubah namun, substansi tubuh dan darah kristus mendiaminya.

2.      Ulrich Zwingli (1484-1531)

Ulrich Zwingli mengadakan reformasi di Swiss dan mendirikan Gereja reformasi Swiss. Beliau adalah seorang pakaar Alkitab dan sarjana humanis.  adapaun beberapa hal yang ditolak Swingli dari tradisi Katolik yakni ; percaya terhadapa santo-santa, selibatis, thabisan imam, gambar-gambar kudus, dan lain-lain. Penekanan Zwingli pada Kitab Suci, maka beberapa praktek keagamaan Katolik yang tidak berlandas pada Kitab Suci ditolaknya. Ia menolak pemakain musik dalam ibadat, pandangannya tentang sakramen, baginya sakramen adalah semacam sumpah untuk membuktikan kerelaan dirinya mendengarkan dan menaati firman Allah. Maka Zwingli oleh karena banyak dukungan dari para politisi saat itu berhasil membenuk suatu gereja reformasi. [5]

Swingli menekankan doktrin pneumatology dan menekankan namanya pendidikan, dan doktrin dan hidup kristiani.  Secara menonat. Anabaptis (klpk yg menerima baptisan ulang) alkitab adalah satu2nya sikap iman dan prilaku demi kesalamtan dan prilaku manusia bukan untuk teologi yg ruwet.

3.      Yohanes Calvin (1509-1564)

Beliau adalah seorang lawyer (hakim) berkebangasaan Prancis. Terinspirasi dari semangat reformasi di Geneva yang dipimpin oleh Guillaume Farel. Oleh karena dukungan politik dan posisi yang baik serta banyak menulis maka Calvin mendapat tempat, Ia sebenarnya sangat menekankan pada pembacaan Kitab Suci secara literer artinya apa yang tertulis dalam Kitab Suci itulah yang harus dilakukan. Konsekwensinya semua praktek atau ajaran yang tidak bersumber pada Kitab Suci secara eksplisit ditolaknya. Ia menyarankan bahwa Kitab Suci juga diterapkan untuk semua aspek kehidupan umat baik dalam menggereja maupun bermasyarakat. Teologi Calvin yang mencolok adalah ajarannya tentang predestinasi bawasanya orang selamat itu karena sudah ditentukan oleh Allah sejak semula. Hidup moral yang keras sebagai bukti keselamatan.[6]

Maka kita tidak dapat terlepas dari lima pokok Calvinisme yang dikenal dengan T-U-L-I-P; Total Depravity (Kerusakan rotal), Unconditional election (Pemilihan tak bersyarat), Limitet atonement (Penebusan terbatas), Irressistible grace (Anugerah yang tak dapat ditolak) dan Preseverance of the saints (Ketekunan orang-orang kudus), yang mendasarinya iala ajarannya tentang kedaulatan Allah, dan kebobrokan manusia. Penekannya pada Kitab Suci, semua yang diajarakan oelh Kitab Suci itulah juga yang diajarkan oleh Calvin seperti tentang Trinitas, keilahian Kristus, anugerah perjanjian, pembenaran karena iman, penyucian, kedatangan Kritus yang kedua, ketidaksalahan Alkitab. (Berbagai aliran)

Mengenai pandangannya tentng sakramen , Calvin mnyetakan bahwa sakramen itu adalah pertma sabagai tanda eksternal bahwa Tuhan memeteraikan kepada kita janji-janinya akan kehendak yang baik kepada kita demia menopang kelemahan kita,, dan sebgai tanda yg kelihatan dari perkara yang suci, maka sakramen itu dilihat sebagai akomodasi Allah akan kelemahan manusia. Tentu semua para reformataor termasuk Calvin hanya menerima dua sakramen yakni baptis dan ekaristi.  (siprianus), lateran semua org yg ada dlm gr katolik itu slamat. (Agustinus-Latheran), extra eccleseia (yhudi, islam). Jabatan dalam gereja menurut calvin (pendeta, penatua, pengajar, daikon). Thomas Aquinas dalam himne ekaristi.

4.      Gereja Anglikan

Gereja Inggris memisahkan diri dari Paus dan Gereja Katolik Roma. Hal ini terpengaruh dari berbagai gerakan reformasi Protestan di seluruh Eropa. Fenomena lain seperti kemerosotan feodalisme, kebangkitan nasionalisme, penemuan mesin cetak dan pencerahan. Perpisahan ini pertama-tama oleh masalah politik lalu diikuti dengan  urusan teologi. Persoalan pertama sebenarnya berasala dari Raja Henry VIII yang ingin menceraikan pernikahannya dengan Chatarina dan mau menikah lagi dengan Anne Bolyen. Tapi hal itu tidak disetujui oleh Paus Klemens VII saat itu karena bertentangan dengan hukum Gereja.[7]

Anglikan, soal scriptura (problem penafsiran), akal budi (bukan hnya telog dan iman tapi semua org)

c.      Ekumenisme

Gereja saat ini memang sudah terpecah dan memunculkan banyak aliran serta denominasi yang masing-masing memiliki teologi dan praktek iman yan berbeda. Namun hal itu tidak menandakan bahwa Gereja tidak bisa bersatu, buktinya ada semangat untuk mengupayakan persatuan didorong oleh kesadaran bahwa Orang Kristen adalah satu di dalam Kristus melalui baptisan bersama mereka dalam Kristus, dan meski gereja` dalam berbagai bentuknya tetap menjadi satu tubuh dalam Kristus. Gerakan ekumenis berusaha untuk membuat kesatuan itu lebih terlihat dan efektif dalam kehidupan gereja-gereja itu sendiri, dan dalam kesaksian bersama mereka dan pelayanan kepada dunia. Dalam dekade 80-an yang lalu, himbauan bagi persatuan gereja begitu gencar dikumandangkan. Khususnya sejak Sidang Raya Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD; WCC - World Council of Churches) yang keenam pada bulan Juli 1983 di Vancouver, B. G., Kanada, semangat untuk menciptakan gereja yang bersatu semakin diupayakan.

Gerakan ekumenis pada dasarnya mengidamkan terciptanya satu Gereja yang universal dalam satu kesatuan (unity) yang terdiri dari berbagai ras dan bangsa. Tekanannya adalah pada upaya terciptanya suatu Gereja yang satu iman dan satu tata ibadah maupun organisasinya. Tujuan utamanya adalah supaya terwujud suatu Gereja yang Esa berdasarkan Yohanes 17:21. Alasannya, oleh karena Tuhan dari Gereja adalah Satu (Efesus 4:4-6), maka Gereja adalah satu. Argumentasi seperti di atas tidak selalu diterima oleh setiap kalangan, karena, Keesaan Gereja tidak tergantung kepada pengertian kita yang subjektif atau kemauan kita untuk "merasa diri satu", bukan juga melalui usaha manusia di lapangan ekumenis, melainkan Keesaan itu pada dasarnya telah diberikan kepada Gereja yaitu orang-orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus. Ketika orang percaya bersatu dalam iman kepada Yesus Kristus, mereka memiliki kuasa dan jangkauan pengaruh dalam menghadapi dunia seperti halnya Allah Bapa dan Allah Anak bersatu menghadapi dunia ini.[8]

Sejak tahun 1990 gagasan tentang koinonia (persekutuan) telah menjadi pusat diskusi ekumenis tentang eklesiologi. Penekanan ekumenisme yaitu BEM (Baptis, ekaristi, dan ministry/pelayanan).  Berasal dari Perjanjian Baru, istilah ini menunjukkan baik orang percaya hubungan individu dengan Kristus dan hubungan gereja satu sama lain, keduanya secara spiritual dan praktis. Ekspresi klasiknya berasal dari Majelis Ketujuh WCC di Canberra pada tahun 1991 dan Konferensi Dunia Kelima tentang Iman dan Tata Tertib diadakan di Santiago de Compostela pada tahun 1993.

Kesatuan dan kehidupan sakramental umum yang dimasuki oleh seseorang baptisan dan dirayakan bersama dalam satu persekutuan ekaristi; kehidupan bersama di mana anggota dan kementerian saling diakui dan didamaikan; dan misi bersama bersaksi kepada semua orang tentang Injil kasih karunia Allah dan melayani seluruh ciptaan. Tujuan pencarian persekutuan penuh terwujud ketika semua gereja mampu mengenali satu sama lain gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik dalam kepenuhannya.

Penutup

Sekalipun Gereja sekarang ini terpecah-pecah, namun kelak pada akhir zaman kesatuan akan menjadi kenyataan. Singkatnya, perpecahan di dalam Gereja agaknya tidak dapat dihindari, oleh karena keadaan Gereja yang sempurna di dunia ini tidaklah dapat dicapai berhubung dengan berkembangnya pemikiran manusia dan teologi Kristen yang menimbulkan perbedaan tajam dalam pemikiran. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kesatuan di antara orang percaya bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan kesatuan itu sendiri bertpjuan untuk pengembangan pelayanan di dalam tubuh Kristus serta untuk mendemonstrasikan kasih Kristus.

Penekanan ekumenisme adalah dialog dengan yang lain. Dalam usaha ekumenisme ditekankan tentang pentingnya kesaksian dan dialog orang Kristen, serta adanya himbauan supaya misi-misi yang dilakukan oleh orang Kristen tidak bersifat agresif atau menghakimi kepercayaan lain. Maka, orang Kristen tidak boleh berpikiran dikotomis, sebaliknya orang Kristen harus berpola pikiran injili dan ekumenis pada saat yang bersamaan, oleh karena kedua tekanan itu adalah saling melengkapi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amstrong, Karen. (2018). Sejarah Tuhan: Kisah 4.000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia, Terj. Zainul Am. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Urban, Linwood. (2003). Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakrta: BPK Gunung Mulia.

Fitzgerald, Thomas E. (2004). The Ecumenical Movement, An Introductory. USA: Preager. Tersedia dalam pdf.

 

 

Jurnal

Lukito, Daniel Lucas. (1991). Kecenderungan Gerakan Oikumene Dewasa Ini. 66. Diakses pada 5 September 2021 melalui link Themelios.net/artikel-jurnal.

 

Interner

 

Badan Pustaka Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d). Reformasi (Def.1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 3 September 2021, melalui https://kbbi.web.id/.

 

Nama Anggota Kelompok :

1.        Yohanes Lende          : Ft. 4071

2.      Kristoforus Leba       : Ft. 4069

3.       Yuventus Bere Seran : Ft. 4070

4.      Krisantus Yustus      : Ft. 4068



[1] Badan Pustaka Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d). Reformasi (Def.1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 3 September 2021, melalui https://kbbi.web.id/.

[2] Karen Amstrong, Sejarah Tuhan: Kisah 4.000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia Terj. Zainul Am, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2018), hlm. 413-436

[3] Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakrta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 368-369.

[4] Thomas E. Fitzgerald, The Ecumenical Movement, An Introductory, (USA: Preager, 2004), hlm. 47

[5] Ibid., hlm. 48

[6] Ibid., hlm. 48-49

[7] Ibid., hlm.50-51

[8] Daniel Lucas Lukito, Kecenderungan Gerakan Oikumene Dewasa Ini, 1991, hlm. 66, Themelios.net/artikel-jurnal, diakses pada 5 September 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...