Selasa, 29 Januari 2019

kebisuan mistik


Kebisuan “Mistik”
Silence is the way to foster holiness

Pertama kali aku bergabung dengan Ordo Karmel tertanggal 12 Juli 2012. Saat itu aku masih remaja kecil, karena tiga hari kemudian tepatnya tanggal 15 ULTAHku yang ke 18.  Terlalu cepat untuk berpisah dari orang tua sebenarnya. Tetapi satu hal saja yang menjadi tekatkku ialah “aku mau jadi Imam, apapun tantangannya!!!”
Soreh itu, di biara OCD aspiran. Aku disambut hangat oleh pater Magister. Kami masuk dari pintu depan. Ketika itulah aku merasakan transformasi hati yang luar biasa. Satu fase kehidupan telah aku lewatkan rasanya, dan satu fase kehidupan lain menyambut. Suasan tempat itu sangat hening seolah menegaskan bahwa anda telah terbebas dari ikatan dunia, hatiku bergejolak sesaat, mungkin juga penyesuaian dengan tempat baru. 

Sepanjang koridor menuju kamar makan terpampang membisu gambar-gambar kudus. Biasa suasana di sebuah biara, tetapi yang unik di biara yang akan aku huni selama setahun kedepan ini, gambar kudusnya banyak sekali. Ada gambar St. Teresa Avila diapiti gambar St. Yohanes dari Salib. Dua mistik besar Gereja Katolik berbangsa Spanyol ini dijelaskan bahwa mereka pembaharu sekaligus pendiri Ordo OCD.  Pada sisi lain dinding, wajah mungil St. Theresia Kecil berbingkai putih tergantung rapi. Aku sangat familiar dengan wajah yang ini. Beliau adalah pelindung misi setara dengan St Fransiskus Xaverius. Namun yang paling besar dari semuanya ialah gambar St. Edith Stein tepat pada sisi belakang kamar makan para pastor  dan frater aspirant di Maronggela. Ternyata Santa Edith Stein adalah pelindung rumah itu.  “ Ordo Karmel sangat banyak orang kudusnya.” Gumamku dalam hati.
Sebersit kebingungan mencuat dari sisi kiri otakku. Beberapa menit aku berspekulasi dengan pikiranku. “mengapa Ordo Karmel banyak orang Kudus yah??.  Mengapa Gereja Katolik mengkanonisasikan banyak orang kudus dari Ordo Karmel ??? memang aku tahu bahwa Ordo Karmel OCD itu adalah satu keluarga besar yang di dalamnya ada OCD putra (untuk para pastor) ada juga OCD putri (para suster) ada juga yang namanya OCDS (untuk yang berkeluarga). Tetapi ini bukan indikasi. Sejauh yang aku ketahui Karmel itukan identik dengan hening. Setiap harinya para Pastor, Suster dan Bruder Karmel lebih banyak menghabiskan waktu dalam biara, bahkan tembok-tembok biara dibangun tebal dan tinggi seolah –olah tidak mau terkontaminasi dengan dunia yang begitu secular ini. Banyak kesaksian orang yang bertamu mengatakan bahwa sulit sekali menjumpai penghuni biara OCD. Lalu, apa yang bisa Gereja Katolik nilai dari para Karmelite jika  tamu saja jarang menjumpai mereka. Juga dijumpai sedang melakukan karya karitatif di dunia ini. katakana seperti pelayanan pastoral, pewartaan Injil, katekese seperti Fransiskus Xaverius yang berkeliling Asia untuk menobatkan banyak orang menjadi Kristen.” Suatu kontradiksi yang sangat kontras. Setiap hari dalam biara apalagi para suster Karmel, tetapi toh mengkontribusikan banyak orang kudus bagi gereja.
*****

Aku terkesima dari lamunanku ketika Pater Magister melanjutkan pertanyaan tentang bagaimana perasaanku pertama kali menjadi seorang frater. Dua jam kami habiskan ngobrol tentang seraba-serbi kehidupan ini. Tentang panggilan hidup membiara, suasana hati, kelepasan dari hal-hal duniawi dan macam-macam.  Tanpa terasa kolt biru telah berhenti depan biara. Ternyata itulah mobil yang menghantar 12 pemuda tampan dan lugu yang kemudian menjadi teman  seperjuanganku. Ekspresi wajah mereka penuh kegembiraan terselubung suatu tekat yang kuat untuk mencapai cita-cita menjadi Imam Kristus yang sejati. Sepanjang malam kami larut dalam sukacita. Saling kenal, tanya asal-usul biasalah suasana berjumpa kawan baru. Keheningan rumah aspirant terpecah oleh berbagai keunikan gelak tawa yang diungkapkan dari masing-masing kami. Ada yang dari tanah Timor, Sulawesi, tetapi ada juga yang datang dari Indonesia Barat yakni Sumatra. Semuanya terlebur dalam satu rumah. Keindahan muncul jika ada pluralitas dalamnya. Mulai malam ini sampai bulan Juli tahun berikut kami akan mejadi anak-anak Camar singkatan dari Karmel Maronggela. Tahap pembinaan pertama OCD putra Indonesia.
Saat menuju kamar mandi aku sempat terkesima oleh tulisan di sebuah kusen pintu berbunyi        “Silence is the way to foster holiness” . karena belum fasih berbahasa Inggris, aku tidak terlalua peduli dengan kat-kata ini. Namun  mengapa mereka menuliskan kalimat ini dan mengapa harus kalimat ini yang tertulis? Pasti punya teka-teki yang tersembunyi. Karena penasaran aku coba tanyakan pada frater TOP arti kata tersebut. Beliau jelaskan perkata. Silence artinya hening. Is itu adalah. The way adalah satu suku kata yang artinya jalan. To foster beliau terjemahkan dengan kata membangun dan Holiness artinya kekudusan.  Jadi arti keseluruhannya menjadi keheningan adalah jalan menuju kekudusan !!!
Mendegar arti kalmiat berbahasa Inggris barusan, aku merasa tercerahkan.  Rupanya tulisan yang sengaja ditempelkan pada kusen kamar mandi  ini menjadi jawaban atas gambar  Santo Santa dari pintu depan tadi sampai kamar makan.  Suatu logika berpikir yang  cemerlang dikombinasi dengan estetika luar biasa menempatkan gambar-gambar kudus kemudian diakhiri dengan sebuah kalimat.”silence is the way to foster holiness”.  Yah, siang tadi aku berjumpa dengan gambar kudus, malam ini aku malah menemukan sepenggal kalimat.  Memang keheninga di biara aspiran tidak ada tandingannya dengan biara-biara lain yang pernah aku kunjungi sebelunya. Aku  sangat mengagumi suasana tempat itu.
Kembali ke spekulasi siang tadi. Berbagai pertanyaan “mengapa Ordo karmel banyak orang kudusnya? Padahal hidup mereka sangat tertutup terhadap dunia ini. Dan mengapa mereka sangat bahagia dengan suasana yang hening? Satu jawabanya ialah kalimat yang tertulis di kusen kamar mandi ini.
Sebelum istirahat malam aku coba merekonstruksi ulang peristiwa unik ini dalam diaryku. Tertanggal 12 juli 2012. Malam pertama di biara Karmel aspiran Maronggela. “bermula dari kisah seorang pertapa India Sidharta Gautama yang dikenal sebagai Budha. Akhirnaya mencapai penerangan sempurna atau realisasi yang dapat dijelaskan denga kata-kata, perhentian dari penderitaan, pemahaman intuisi terhadap kehidupan dan kematian. Justeru pada suatu kesempatan ketika sedang khusuk bermeditasi di bawah sebatang pohon Bodhi. Holderlin seorang penyair Jerman pernah berujar “sering kali kita harus diam, kita kekurangan nama-nama suci. kesadaran bahwa allah itu yang tak terkatakan sering kali menghasilkan suatu yang disebut kebisuan suci, kebisuan kontemplatif atau kebisuan mistik” Agustinus menambahkan. Para mistik Gereja Katolik termasuk para kudus Karmel, St. Teresa Avila, St. Yohanes dari Salib, St.Theresia Kecil dan St.Edith Stein menganggap DIAM sebagai doa yang sungguh-sungguh. Dan ini menjadi cara terakhir dalam perjumpaan dengan yang ilahi. Menutup diri dengan duni bagi Ordo OCD justru sebagai satu misi pelayanan yaitu berdoa untuk dunia. Bisa berdoa jika hening, untuk hening maka harus mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia. Bukan pelarian, tetapi sebuah perutusan misi untuk menyelamatkan dunia dengan berdoa. Terkadang kekuatan kata-kata itu memang melampau kekuatan fisik.
Pembaca budiman, satu hal yang mau saya katakana. Di tengah kebisingan dunia, kemajuan teknologi dan informasi yang begitu pesat serta berbagai tawaran dunia lain yang menggiurkan. Jangan pernah lupa untuk bermenung sejenak tentang hidup ini. Hanya dalam keheningan orang bisa menemukan Tuhan. Karena keheninganlah maka Ordo Karmel banyak orang kudusnya. Orang yang selalu mencari keheningan sebenarnya orang yang pilihan hidupnya benar dan terarah. Ingat bukan pelarian dari dunia tetapi penyelamatan bagi diari kita maupun dunia. Bukankah Yesus sang guru sangat memuji sikap Maria yang berada di bawah kakinya, setia mendengarkan ajaranNya. (bdk. Luk 10:38-42)
“silence is the way to foster holiness”.
sintus bezy
Rumah Hobit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...