Kebisuan “Mistik”
Pertama kali aku bergabung dengan
Ordo Karmel tertanggal 12 Juli 2012. Saat itu aku masih remaja kecil, karena
tiga hari kemudian tepatnya tanggal 15 ULTAHku yang ke 18. Terlalu cepat untuk berpisah dari orang tua
sebenarnya. Tetapi satu hal saja yang menjadi tekatkku ialah “aku mau jadi Imam,
apapun tantangannya!!!”
Soreh itu, di biara OCD aspiran. Aku disambut hangat oleh pater Magister. Kami masuk dari
pintu depan. Ketika itulah aku merasakan transformasi hati yang luar biasa.
Satu fase kehidupan telah aku lewatkan rasanya, dan satu fase kehidupan lain
menyambut. Suasan tempat itu sangat hening seolah menegaskan bahwa anda telah
terbebas dari ikatan dunia, hatiku bergejolak sesaat, mungkin juga penyesuaian
dengan tempat baru.
Sepanjang koridor menuju kamar makan terpampang membisu gambar-gambar kudus. Biasa suasana di sebuah biara, tetapi yang unik di biara yang akan aku huni selama setahun kedepan ini, gambar kudusnya banyak sekali. Ada gambar St. Teresa Avila diapiti gambar St. Yohanes dari Salib. Dua mistik besar Gereja Katolik berbangsa Spanyol ini dijelaskan bahwa mereka pembaharu sekaligus pendiri Ordo OCD. Pada sisi lain dinding, wajah mungil St. Theresia Kecil berbingkai putih tergantung rapi. Aku sangat familiar dengan wajah yang ini. Beliau adalah pelindung misi setara dengan St Fransiskus Xaverius. Namun yang paling besar dari semuanya ialah gambar St. Edith Stein tepat pada sisi belakang kamar makan para pastor dan frater aspirant di Maronggela. Ternyata Santa Edith Stein adalah pelindung rumah itu. “ Ordo Karmel sangat banyak orang kudusnya.” Gumamku dalam hati.
Sepanjang koridor menuju kamar makan terpampang membisu gambar-gambar kudus. Biasa suasana di sebuah biara, tetapi yang unik di biara yang akan aku huni selama setahun kedepan ini, gambar kudusnya banyak sekali. Ada gambar St. Teresa Avila diapiti gambar St. Yohanes dari Salib. Dua mistik besar Gereja Katolik berbangsa Spanyol ini dijelaskan bahwa mereka pembaharu sekaligus pendiri Ordo OCD. Pada sisi lain dinding, wajah mungil St. Theresia Kecil berbingkai putih tergantung rapi. Aku sangat familiar dengan wajah yang ini. Beliau adalah pelindung misi setara dengan St Fransiskus Xaverius. Namun yang paling besar dari semuanya ialah gambar St. Edith Stein tepat pada sisi belakang kamar makan para pastor dan frater aspirant di Maronggela. Ternyata Santa Edith Stein adalah pelindung rumah itu. “ Ordo Karmel sangat banyak orang kudusnya.” Gumamku dalam hati.
Sebersit kebingungan mencuat dari
sisi kiri otakku. Beberapa menit aku berspekulasi dengan pikiranku. “mengapa
Ordo Karmel banyak orang Kudus yah??. Mengapa
Gereja Katolik mengkanonisasikan banyak orang kudus dari Ordo Karmel ??? memang
aku tahu bahwa Ordo Karmel OCD itu adalah satu keluarga besar yang di dalamnya
ada OCD putra (untuk para pastor) ada juga OCD putri (para suster) ada juga
yang namanya OCDS (untuk yang berkeluarga). Tetapi ini bukan indikasi. Sejauh yang
aku ketahui Karmel itukan identik dengan hening. Setiap harinya para Pastor,
Suster dan Bruder Karmel lebih banyak menghabiskan waktu dalam biara, bahkan
tembok-tembok biara dibangun tebal dan tinggi seolah –olah tidak mau
terkontaminasi dengan dunia yang begitu secular ini. Banyak kesaksian orang
yang bertamu mengatakan bahwa sulit sekali menjumpai penghuni biara OCD. Lalu, apa
yang bisa Gereja Katolik nilai dari para Karmelite jika tamu saja jarang menjumpai mereka. Juga
dijumpai sedang melakukan karya karitatif di dunia ini. katakana seperti
pelayanan pastoral, pewartaan Injil, katekese seperti Fransiskus Xaverius yang
berkeliling Asia untuk menobatkan banyak orang menjadi Kristen.” Suatu
kontradiksi yang sangat kontras. Setiap hari dalam biara apalagi para suster
Karmel, tetapi toh mengkontribusikan banyak orang kudus bagi gereja.
Aku terkesima dari lamunanku ketika Pater Magister
melanjutkan pertanyaan tentang bagaimana perasaanku pertama kali menjadi
seorang frater. Dua jam kami habiskan ngobrol tentang seraba-serbi kehidupan
ini. Tentang panggilan hidup membiara, suasana hati, kelepasan dari hal-hal
duniawi dan macam-macam. Tanpa terasa kolt biru telah berhenti depan biara.
Ternyata itulah mobil yang menghantar 12 pemuda tampan dan lugu yang kemudian
menjadi teman seperjuanganku. Ekspresi
wajah mereka penuh kegembiraan terselubung suatu tekat yang kuat untuk mencapai
cita-cita menjadi Imam Kristus yang sejati. Sepanjang malam kami larut dalam
sukacita. Saling kenal, tanya asal-usul biasalah suasana berjumpa kawan baru.
Keheningan rumah aspirant terpecah
oleh berbagai keunikan gelak tawa yang diungkapkan dari masing-masing kami. Ada
yang dari tanah Timor, Sulawesi, tetapi ada juga yang datang dari Indonesia
Barat yakni Sumatra. Semuanya terlebur dalam satu rumah. Keindahan muncul jika
ada pluralitas dalamnya. Mulai malam ini sampai bulan Juli tahun berikut kami
akan mejadi anak-anak Camar singkatan
dari Karmel Maronggela. Tahap pembinaan pertama OCD putra Indonesia.
Saat menuju kamar mandi aku sempat terkesima oleh
tulisan di sebuah kusen pintu berbunyi “Silence
is the way to foster holiness” . karena belum fasih berbahasa Inggris, aku
tidak terlalua peduli dengan kat-kata ini. Namun mengapa mereka menuliskan kalimat ini dan
mengapa harus kalimat ini yang tertulis? Pasti punya teka-teki yang
tersembunyi. Karena penasaran aku coba tanyakan pada frater TOP arti kata
tersebut. Beliau jelaskan perkata.
Silence artinya hening. Is itu
adalah. The way adalah satu suku kata
yang artinya jalan. To foster beliau
terjemahkan dengan kata membangun dan Holiness
artinya kekudusan. Jadi arti
keseluruhannya menjadi keheningan adalah jalan menuju kekudusan !!!
Mendegar arti kalmiat berbahasa
Inggris barusan, aku merasa tercerahkan.
Rupanya tulisan yang sengaja ditempelkan pada kusen kamar mandi ini menjadi jawaban atas gambar Santo Santa dari pintu depan tadi sampai
kamar makan. Suatu logika berpikir
yang cemerlang dikombinasi dengan
estetika luar biasa menempatkan gambar-gambar kudus kemudian diakhiri dengan
sebuah kalimat.”silence is the way to
foster holiness”. Yah, siang tadi
aku berjumpa dengan gambar kudus, malam ini aku malah menemukan sepenggal
kalimat. Memang keheninga di biara
aspiran tidak ada tandingannya dengan biara-biara lain yang pernah aku kunjungi
sebelunya. Aku sangat mengagumi suasana
tempat itu.
Kembali ke spekulasi siang tadi. Berbagai
pertanyaan “mengapa Ordo karmel banyak orang kudusnya? Padahal hidup mereka
sangat tertutup terhadap dunia ini. Dan mengapa mereka sangat bahagia dengan
suasana yang hening? Satu jawabanya ialah kalimat yang tertulis di kusen kamar
mandi ini.
Sebelum istirahat malam aku coba
merekonstruksi ulang peristiwa unik ini dalam diaryku. Tertanggal 12 juli 2012. Malam pertama di biara Karmel
aspiran Maronggela. “bermula dari kisah seorang pertapa India Sidharta Gautama
yang dikenal sebagai Budha. Akhirnaya mencapai penerangan sempurna atau
realisasi yang dapat dijelaskan denga kata-kata, perhentian dari penderitaan,
pemahaman intuisi terhadap kehidupan dan kematian. Justeru pada suatu
kesempatan ketika sedang khusuk bermeditasi di bawah sebatang pohon Bodhi. Holderlin seorang penyair Jerman
pernah berujar “sering kali kita harus diam, kita kekurangan nama-nama suci. kesadaran
bahwa allah itu yang tak terkatakan sering kali menghasilkan suatu yang disebut
kebisuan suci, kebisuan kontemplatif atau kebisuan mistik” Agustinus menambahkan.
Para mistik Gereja Katolik termasuk para kudus Karmel, St. Teresa Avila, St.
Yohanes dari Salib, St.Theresia Kecil dan St.Edith Stein menganggap DIAM
sebagai doa yang sungguh-sungguh. Dan ini menjadi cara terakhir dalam perjumpaan
dengan yang ilahi. Menutup diri dengan duni bagi Ordo OCD justru sebagai satu
misi pelayanan yaitu berdoa untuk dunia. Bisa berdoa jika hening, untuk hening
maka harus mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia. Bukan pelarian, tetapi
sebuah perutusan misi untuk menyelamatkan dunia dengan berdoa. Terkadang
kekuatan kata-kata itu memang melampau kekuatan fisik.
Pembaca budiman, satu hal yang mau
saya katakana. Di tengah kebisingan dunia, kemajuan teknologi dan informasi
yang begitu pesat serta berbagai tawaran dunia lain yang menggiurkan. Jangan
pernah lupa untuk bermenung sejenak tentang hidup ini. Hanya dalam keheningan
orang bisa menemukan Tuhan. Karena keheninganlah maka Ordo Karmel banyak orang
kudusnya. Orang yang selalu mencari keheningan sebenarnya orang yang pilihan
hidupnya benar dan terarah. Ingat bukan pelarian dari dunia tetapi penyelamatan
bagi diari kita maupun dunia. Bukankah Yesus sang guru sangat memuji sikap
Maria yang berada di bawah kakinya, setia mendengarkan ajaranNya. (bdk. Luk
10:38-42)
“silence is the way to foster
holiness”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar