Sabtu, 16 Februari 2019

for gula from semut


“For”  Gula “From” Semut,
kado valentine terindahku untukmu.

“Wanita itu seperti gula,
semakin manis ia semakin banyak semut yang mengerumuninya.”

“Orang bijak akan malu jika kata-katanya lebih baik dari tindakannya, tapi dalam hal cinta tidak akan malu jika kata-katanya lebih baik dari perbuatannya”. status WA bung Gonis soreh ini. Aku terjebak dalam “rasa” bersama gadis manis teman dekatku. Kata orang (Messi menikahi teman masa kecilnya). Aku tak pernah sangka bahwa sensasi cinta bisa membawa hubungan kami hingga sejauh ini. Yah, cinta bagiku adalah sensasi yang merangsang. Dan aku benar-benar terangsang ketika bekenalan, berkomunikasi dan bahkan berada bersamanya.  Bukan rangsangan nafsu tetapi persoalan rasa. Sekian lama dan jauh kami terpisah dalam ruang dan waktu yang berbeda. Sejak perjumpaan malam acara wisuda. Dialah Brida idamanku, kata Santiago. Rangsangan itu terkubur rapi dalam nurani. Cuman angan yang hampir kupastikan tak terrealisasi. Santiago menyukai Brida sejak pertemuan pertama, namun tembok ruang dan waktulah yang memisahkan. Tapi, waktu selalu tahu mana yang tepat. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, kami tersesat dalam cerita cinta. Tak ada yang memulai dan tak ada yang berani mengakhiri, semua tersesat dan tak tahu jalan pulang. Entah kemana cerita cinta ini menuntun kami, hingga pada titik itulah semua akan jelas. Semua akan tahu mana asli mana palsu. Mana kebenaran dan mana penghianatan. Cinta melampaui batas-batas norma moral, melanggar kesepakatan umum, bahkan tak pandang strata sosial. Cinta itu alami, pengalamn eksistensial manusaiwi. Dan manusia butuh cinta. “ketika engkau mengingini sesuatu, maka alam semesta beserta isinya akan membantu anda mewujudkan keinginanmu”. Kira-kira begitulah inti dari novel berjudul Sang Alkemis karya Paulo Coelho. Santiago tak pernah bosan membaca novel terkeren ini.
Hmmm,,, gadis manis yang berinisial (B) demikian nama akun WAnya. Bukan siapa-siapa Santiago coba menyembunyikan siapa gadis itu sebenarnya, tapi teman-temnnya tahu bahwa itulah Brida. Santiago tak pernah lekas termakan waktu untuk mengungkapkan gejolak rasanya. “Bagiku dia terasa berbeda dari semua gadis yang pernah aku jumpai selama ini. Walau dia tidak mengijinkanku menyapanya gadis, entah mengapa, apa mungkin karena dia pejuang feminis, kesetaraan gender, yang seharusnya disapa woman (wanita). Atau apa mungkin jika menyebutnya gadis seolah-olah dirinya sebagai obyek nafsuku. Semua menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan. Dia adalah dia. Selain dia sendiri yang mengetahui dirinya, tak ada yang lain yang bisa mengetahui, palingan cuman bisa mendeskripsikannya saja. Dia misterius, penuh rahasia. Foto profil WAnya bahkan menyeramakan, hehehe, membuatku kepikiran hingga tidur tak nyenyak. katanya itu lifestyle anak muda zaman now. Yah, aku tahu, makna di balik semua itu, tetapi itu hanyalah rekaanku belaka. Dia sendirilah yang mengetahui lebih pasti. Lebih ekstrim lagi jika aku harus jujur, Dia adalah pencuri kelas kakap. Mengambil bagian paling inti dari diriku. Tapi kerena dia adalah miterius, aku tak mampu melapornya ke pihak berwajib, aku berharap dia mengembalikan barang curian itu, tetapi itu sangat sulit. Aku benci dia…..!!!! Santiago kaget seketika, bukankankah benci itu benar2 cinta? Hmmm, gimana yah??? Dia mencuri hatiku,,, tapi itu bukan salahnya . aku salah aku membiarkan hatiku dicuri, sebenarnya akulah yang harus mencuri, tapi ia malah memulai.
Don’t judge the book by it’s cover!” jangan pernah menilai sebuah buku dari kulit luarnya! Yah, jika anda punya kesempatan ke tokoh buku, di sana banyak tersedia buku dengan gambar-gambar cover yang menarik, padahal jika dibaca, tidak berbobot sedikitpun. Ketika aku sempat ke Gramesdia, Aku juga bahkan hampir meninggalkan buku yang rencana kubeli, berjudul Pemberontak, karya Albert Camus, gara-gara cover yang tidak menarik. Ternyata setelah aku baca, woow… isi yang sangat kaya.. berminggu-minggu ditidur dan bangunku, hanya buku itu kubaca. Analogi ini yang coba kuterpakan dalam usaha memahami Brida. jangan terlalu cepat mendeskripsikan Brida, gadis misterius pencuri hati ini. Dia sudah mencuri hatiku, lalu pergi ke negri seberang tanpa mengembalikannya. Aku harus cari!, Aku harus mendapatkannya, apapun tejadi. Brida, si pencuri hati, seperti buku Pemberonatak karya Albert Camus. Itulah tipikal orang rendah hati. Itulah gaya gerilia seorang pemenang. Brida, orang hebat di masa depan. Jangan salah menilai dirinya. Dia pemberi sensasi, dia yang sulit kudeskipsikan, dia yang misterius, dia yang menyembunyikan banyak rahasia. Brida adalah orang hebat, luar biasa. Bukan hanya kualitas tubuh, yang merangsang, tetapi kapasitas rasa yang dia berikan itu sangat berbeda. Tak hanya itu, inteleknya penuh dengan konsep konsep yang menjanjikan. Aku sangat suka dia. Entah dia sadar atau tidak, tetapi aku suka dia. Orang tidak akan mengetahui lebih banyak tentang Brida, sebelum bercakap-cakap dan bercinta dengannya. Dia pandai mengolah rasa, cerdas merangsang lawan dan mematahkan, otaknya penuh dengan scenario yang selalu dia pastikan untung ruginya. Dia adalah dia, aku kagum pada dirinya. Dan aku katakana ICH LIEBE DU kepadanya”. Begitulah Santiago yang sulit mengungkapkan langsung rasanya kepada Brida.
          Entah serius atau tidak? Bagiku semua ini adalah permainan. Hahaha cinta tidak boleh terlalu serius, karena bisa terlihat sangat kaku. Keseriusan membuat orang mati. Imaginasi, spontanitas dan ketidakseriusan yang membuat semua menjadi kreatif, berkembang, dan bahkan lebih penuh kenangan daripada mereka yang terlalu serius. Cinta antara Santiago dan brida, semacam permainan yang tidak untuk saling mengalahkan, tetapi saling mengaya dan memahami hidup. Permainan sangat merangsang, dirinya maupun diriku. Kami saling mengungkapkan itu. Hmmm, bukan rangsang biologis semata, tataran nafsu rendahan buruan para hedonis. Tetapi ini kompleks, total, rangsangan intelek, kehendak dan rasa (thinking, feeling, and willing). Ada bersamanya, entah dia atau aku, kami merasakan itu, perasaan. Ingin sekali kudekap dan membelai rambutnya, dan mengatakan aku cinta padamu. Tetapi belum mampu melewati sekat pembatas. Santiago katakan Aku dan dia bahkan tenggelam dalam perdebatan, perdebatan yang hangat, seputar rasa, dan Brida selalu kecewa padaku, karena aku selalu menganggapnya komedi. Santiago tokoh yang tak pernah habis dengan tawa dan senyum, semua jadi serba bahagia bersamanya. Tapi Brida malah merasa kesal dan kesal. Entahlah apa yang mau dicari. Bukan untuk saling mengalahkan tetapi untuk saling mengaya. Aku hanya membayangkan jika kami benar-benar menikah, pasti anak-anak diajari apa itu Cinta sejak dalam kandungan. Supaya ketika besar dia tidak buta karena Cinta. Hehehe Santiago sialan, imajinasi terlalu kelewat sampai tak mendarat di tanah.
          Santiago tahu bahwa semua masih dalam permulaan. Hubunganya dengan Brida masih belum sedalam mungkin. Semua masih malayang-layang, tawar-menawar, hehehe. Serius dan lucu. Benci dan cinta. Susah dan senang. Semua baru kami mulai. Ini hanyalah garesan awal…..entah seperti apa cerita lanjutan, entahlah. Te Amo Brida. I Love You Brida. Kata terakhir yang Santiago ucapkan sebelum dirinya berangkat ke pelaminan. Tepat jam 12.30 Valentine day.
          Brida mari kita memulai, setelah semua menjadi jelas. Aku telah terbuka kepadamu, kata Santiago. Kamupun juga sudah coba terbuka dan katamu kamu selalu terbuka. Maaf aku tidak sadar selama ini. Setalah sudah jelas, sebelum valentine datanng.  Kado terindahku, adalah I Love You.

Penfui, sintuz bezy 
14/02/19


Sabtu, 09 Februari 2019

untukmu yg begitu dekat, namun jauh



Untukmu yg begitu dekat tetapi terhalang status”

Cerita ini hanyalah fiktif belaka,
Mohon maaf jika ada kesamaan rasa.

          Santiago tak pernah kehabisan kata untuk memuji dan memuja. Segala situasai selalu menyenagkan. Deritapun dianggap komedi. Anda mungkin akan menganggapnya aneh, karena memang Santiago sungguh aneh, sangat sulit memprediksikan apa yang dia rasakan, apa yang dia pikirkan, dan apa yang dia kehendaki. Sebab hanya senyum dan tawa yang dia ekspresikan? Percayakah anda Santiago sebahagia itu? Atau percayakah kalau dia menderita? Akupun tak tahu? Santiago memang pribadi yang sangat unik. Bagiku dia adalah berkat, sebab kisah hidupnya sangat menarik, cinta dan cinta itulah yang dia kisahkan. Bukan cinta erotis, apalagi cinta filial, namun bukan juga cinta agape. Bagi Santiago cinta itu gila (love is blind/ amor cekus). Ada alasan katanya, cinta itu gila bukan supaya orang menjadi gila di hadapan cinta sehingga kebrutalan yang datang darinya. Cinta itu buta agar, ia tidak bisa melihat kekurangan dan kelemahan dari siapapun yang dia cintai. Dia menjadi buta di depan semua orang, supaya dia bisa mencintai semua yang dia jumpai, apa yang dia hadaapi itulah Santiago.
Entah mengapa? Ia menitipkan tulisan ini padaku. Katanya ini soal perasaan. Ia memuja seorang lawan. Ini tulisan Santiago, bukan untukku tentunya tetapi untuk seseorang yang sulit dia sebutkan namanya.
Aku Santiago, untukmu… hey, kamu adalah kamu, dan aku adalah aku. Kamu tidak akan bermetamorfosis menjadi aku, begitupun aku tidak akan bermetamormofis menjadi kamu. Jikapun itu terjadi maka kamu akan menjadi aku, dan aku akan menjadi kamu. Tetapi sejak kapan? Sejak semula? Sejak kemarin? Tidak akan pernah terjadi! Kamu mungkin hanya bisa meniru aku tetapi tidak akan pernah menjadi aku, akupun hanya bisa meniru kamu tidak akan pernah menjadi kamu, dari dahulu sekarang dan akan datang, kamu adalah kamu dan aku adalah aku. Kamu ada in se, otonom akupun ada in se, otonom, kamu dan aku berbeda, beda dan beda. Tercipta dalam perbedaan.  Ini bukan salahmu juga bukan salahku, bukan salah Dia? Ini salah siapa..? tidak kepada siapa-siapa harus dipersalahkan. Ini salah ada. Mengapa kita harus ada dan bukan tiada? Ada itulah yang membedakan antara aku dan kau. Berbeda itu terkadang menyebalkan. Namun berbeda itu juga menjadikan orang saling membutuhkan. Beda boleh menyakitkan, Akupun tak yakin homogen bisa menyenangkan. Salju sewarna memang indah, tetapi bunga yang berwarna-warni lebih indah. Homogenitas bagus, lebih bagus pluralitas. Dialektika kehidupan terkomposisi antara canda dan tawa, antara bahagia dan susah, antara derita dan gembira. Bukankah itu indah, mengayakan imaginasi, menggairahkan. Kamu tak pernah ingin untuk dilahirkan, akupun demikian.
          Aku teringat dengan ungkapan Heiddeger, bahwa adanya kamu dan aku, serta spesies pada umumnya adalah ada hasil keterlemparan, tanpa pernah diingini. Sehingga aku sangat lemah, kamupun sangat lemah. Aku membutuhkan orang lain, kamu dan siapapun, selalu mebutuhkan orang lain serta hidup bergantung pada orang lain. Bayangkan jika aku dan kamu tidak memiliki seorang yang disebut ibu? Aku mungkin tiada, kamupun pasti tiada. Mamusia adalah ens sociale. 
          Terkadang sebagai ens sociale, manusia kata Hobbes, cendrung untuk saling mengalahkan (homo homini lupus), dengan tujuan agar, seperti serigala yang ingin mendapatkan burun untuk diri sendiri. Darwin justeru mempertegas, struggle of life, melihat hidup adalah suatu perjuangan, perjuangan untuk hidup, survival for the fittes, yang kuat yang bertahan. Memilukan spesies manusia jika masih banyak yang seperti ini. Apakah kamu tercipta untuk mengalahkanku, apakah aku tercipta untuk mengalahkanmu. Tidak. ! apa kelanjutan cerita jika kamu menjadi tiada karena aku, atau aku menjadi tiada karena kamu? Yang ada hanyalah kesepian. Kesepian. Kesendirian. Kesendirian, dan matiiiiii.! Sartre boleh saja menuduh bahwa adanya kamu selalu mengobyekan aku. Adaya aku selalu mengobyekan kamu. Jika kamu menjadi obyek diriku, kamu ada dalam benakku, dipermainkan oleh diriku, dikontrol dan diporakporandakan. Tidak mungkin! Benarkah manusia adalah neraka???
          Aku hanya berpetualang bersama Buber si Yahudi itu dan Levinas pengagumnya. Mereka orang-orang luhur yang sangat menghargai kemanusiaan. Ich-It, Ich-Du. Du bist alter ego. Hehehe, ini cuman permainan kecil. Yang intinya bahwa kamu itu adalah aku yang lain. Aku adalah kamu yang lain. Aku membutuhkanmu, seperti kamu membutuhkanku. Kamu tak dapat hidup tanpa diriku, apalagi diriku tak bisa hidup tanpa dirimu. ( I can’t live without you). Ini sangat manis untuk diungkapkan. Sepasang kekasih sering mengungkapkan ini. Sebab hanya aku dan engkau yang dapat membentuk kita. Maukah kau menjadi kita dalam pelukkanku….?
          Untukmu yang berinisial (…...) Jujur, sejak kecil aku selalu tak paham, mengapa kamu begitu menarik. Sejak kala itu, aku selalu mengagumimu walau tak kamu sadari. Aku selalu bangga bisa mengenalmu. Senyuman manis yang sulit kutemukan di tempat lain, itu hanya senyumanmu. This is from my bottom of heart.  Aku selalu bangga mengetahuimu dicintai banyak orang, itu menandakan bahwa kamu manis, sebab wanita itu seperti gula, semakin manis ia semakin banyak semut yang mengerumuninya.  Sadarlah, jangan cepat terbuai dengan kata-kataku, dan jangan mencurigaiku bahwa aku sedang berusaha menjadikan dirimu obyek pujianku. Tidak, aku tidak peduli akan penilaianmu, aku hanya berusaha bersikap jujur, apa saja reaksimu, tanggapanmu, aku tetap menghargainya. Sebab aku menghargai perjuangan kaum feminis. Mereka ingin bebas, bebas dari obyektifikasi.
          Aku selalu bertanya, mengapa aku mengagummimu? Tak bisa dicernah melalui akal yang terbatas ini. Mengapa aku selalu bertanya tentang kamu kepada siapa saja yang menurutku dekat denganmu. ? tak peduli apa katamu. Ini terjadi secara alami saja. Dan aku selalu yakin bahwa ini adalah tanda, tanda yang meberikan petunjuk kemana arah yang tepat. Aku hanya membiarkannya terjadi seperti apa adanya. Entah kamu sadar atau tidak, aku selalu mencarimu.. hehehe, hehehe. Dewasalah, ini bukan permainan anak kecil lagi, aku tahu kamu paham semua ini,.
          Hari-hari berlalu, tak ada yang tahu, seperti apa dan bagaiamana. Semua hanya mengalir begitu mengikuti waktu. Hingga tiba suatu malam yang sangat tidak kupahami, mengapa aku bisa bertemu orang yang sangat aku kagumi. Dan dia berada sangat dekat, dekat sekali bahkan jarak hampir tak ada. Sangat dekat. Aku sangat gugup, yah gugup, buka karena aku tidak gentel. Tetapi aku tidak siap, aku tidak yakin betapa seseorang yang sangat aku kagumi berada begitu dekat. Para teolog katakan, ketika kita berada dekat dekat dengan orang kita tahu mencintai kita. Kata-kata jadi tak mampu keluar dari mulutnya. Hanya mengagumi, kaget. Yah malam itu. Jujur aku tak tahu harus berbicara apa, semua yang aku bicarakan malam itu hanya pengalihan situasi saja. Andai kamu bisa melihat jauh ke dalam hati, kamu akan tahu apa yang ada di sana. Bukan itu yang ingin aku katakan. Ada sesuatu, tetapi tak mampu kuucapkan itu. Aku minta maaf, aku hanya tak siap. Tetapi aku hanya yakin bahwa akan datang waktunya, ketika aku sudah siap, ketika aku berani, dan aku akan mengatakannya. Tetapi akankah waktu yang akan datang itu terlambat. Tidak, aku yakin tidak.
          Entah seperti apa perasaanmua ?????

hmmm, Santiago aku penasaran dengan kisahmu kata Pablo sahabat karibnya. Pablo terus mendesak Santiago untuk mengatakan kepada siapa tulisan ini harus dituju, supaya blog ini menjadi jelas. Santiago katakan andaikan saja dia yang kepada siapa tulisan ini kutuju bernama Brida..


Kupang, 09/02/2018
Sintus Bezy,




Rabu, 06 Februari 2019

Hati-hati



“Hati-hatilah dengan Filsafat Yang Kosong”
Tulisan sederhana untuk seorang sahabat

          Perdebatan sengit dimulai dari kalimat di atas. Santiago malu tersipu diserang lawan debatnya. Pablo dan Santiago adalah kawan baik, walau Santiago satu tahun lebih tua dari Pablo. Sebagai kawan mereka sering meghabiskan banyak waktu bersama, apalagi keduanya sama-sama tertarik pada Politik. Setiap hari berebutan majalah Kompas hanya untuk bisa membaca opini. Opini dari harian kompas menjadi bacaan favorite mereka, terkadang tidak saling mengalah dan berlomba untuk menjadi orang pertama yang mengetahui berita hari ini. Namun Santiago karena lebih dewasa sering mendahulukan Pablo membaca harian kompas. Baginya tidak ada kata terlambat untuk mengetahui, sebab setelah Pablo selesai membaca majalah tersebut pasti dia akan berikan itu kepada Santiago. Pengetahuan Politik mereka sangat luas, isu-isu sosial dan berita-berita selalu up date. Walau mereka bukan pelajar Politik secara regular (mahasiwa politik). Mereka hanyalah pencinta kebijaksannan, yaitu yang menghabiskan waktu dengan mencari kebenaran, keindahan dan kebaikan, lalu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Itulah mereka.
          Debat adalah konsumsi harian, seperti segelas kopi. Santiago bahkan merumuskan satu kalimat bijak “no day without coffee”, tiada hari tanpa kopi. Tiada hari tanpa perdebatan juga. Orientasi perdebatan bukan untuk saling mengalah dan membuktikan siapa yang lebih tahu banyak hal, tetapi perdebatan lebih dimaksudkan agar apa yang mereka baca atau pelajari tidak hilang dimakan waktu. Debat itu merangsang otak untuk terus berpikir dan mencari solusi terbaik. Otak manusia bukan seperti bak yang terus ditampungi air, tetapi otak manusi itu seperti lilin yang harus dinyalakan dan bercahaya mengusir kegelapan.  Walau ada ketidakpuasan antara salah satu pihak jika ia kalah dalam perdebatan. Itu tidak berarti si kalah ini  terus down>. Justeru dengan mengetahui bahwa dia kalah dia akan mencari tahu lebih banyak lagi dan dia selalu bersyyukur bahwa orang lain bisa menemukan kekurangannku, sehingga aku harus memperbaikinya.
          Malam ini seperti biasa teman mereka yang lain membacakan satu kalimat bijak  dari Kol 2: 8, “hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. Kalimat inilah yang memicu perdebatan hingga berakhir dengan suatu perasaan malu. Santiago yang memulai perdebatan, dengan gaya logika berpikirnya yang unik, Ia menempatkan Pablo sebagai seorang yang anti filsafat dan mengafirmasi kata-kata Paulus, dan dirinya sendiri sebagai pencinta filsafat yang bertanggung jawab dengan serangan Paulus tersebut. Ini gaya Santiago untuk memancing perdebatan, bahkan hal biasapun ia jadikan sebagai bahan untuk perdebatan dengan menciptakan suasana agar orang lain menjadi lawan debatnya. Tidak untuk membuktikan siapa yang lebih, tetapi supaya suasana menjadi cair dan pengethuan atau otak tidak beku.
          Sebenarnya Pablo hanya mau membuktikan secara rational bahwa kata-kata Paulus tersebut tidak boleh diikuti secara lurus yang bisa membawa kita pada kebencian terhadap filsafat. Ia sudah menyiapkan argument yang tepat. “filsafat lahir dahulu sebelum Perjanjian Baru, Filsafat Yunani sudah muncul jauh sebelum Paulus menulis surat-suratnya. Jadi, dari segi kronologi waktu Filsafat lebih unggul, dan menurut Santiago, ungkapan Paulus ini adalah ekspresi ketidakpuasan dirinya saat beliau ditolak di Areopagus. Paulus datang dan mempromosikan bahwa dewa yang tidak dikenal olah orang Yunani itulah Yahwe Israel, dia lalu berkotbah sepanjang hari. Kita bisa baca di Kisah Para Rasul. Namun apa yang terjadi, orang-orang Yunani malah menertawakannya, lain kali saja kami dengar bohongan ini. Mereka mengejek Paulus yang memberitakan tentang kebangkitan Yesus. Dari sentiment inilah maka Paulus tidak puas dan mengingarkan pengikutnya yang ada di Kolose agar berhati hati terhadap ajaran filsafat”.
          Santiago lalu memulai perdebatan dengan stok argumen yang sudah ia siapkan itu. Pablo malah menanggapi secara salah. Entahlah apa yang sedang terjadi, atau mungkin ia bosan dengan teori-teori yang Santiago jelaskan setiap hari? Sebab, Santiago terkenal dengan berbagai teorinya, setiap berjumpa denga orang lain selalu saja berdebat dan ia berusaha membuktika bahwa orang lain itu salah sendangan dirinya itu benar. Bukan dengan kekerasan fisik tentunya tetapi dengan argument. Semua argument Santiago selalu rational itulah yang membuat lawan debatnya kehilangan kendali dan goyah secara argumentatif. Santiago sebenarnya tidak ingin terlihat sombong, seolah-olah lebih tahu banyak hal. Tetapi ia juga tidak yakin teman-temannya lebih mengetahui tentang segala sesuatu daripada dirinya. Yah okelah bahwa mereka lebih memilih diam dan kelihatan seolah-olah tidak tahu banyak hal dan menjadikan diri sebagai alim. Namun Santiago ragu dengan sikap seperti ini. Mereka menyembunyikan kelemahan. Dia berusaha sedemikian rupa agar teman-temannya berhentilah menjadikan diri sebagai orang yang lebih tahu padahal jarang membaca buku, padahal susunan kalimat tidak rational, argument tidak tuntas. Itulah keprihatinan Santiago terhadap teman-temannya, mereka adalah masa depan bangsa dan Gereja jadi persiapan harus matang teristimewa dalam hal pengethuan.
          Tujuan mulia Santiago tidak selalu dihargai, itulah hidup. Selalu ada saja yang iri terhadap kelebihan orang lain, ada saja yang cemburu dan ada saja yang tidak suka dengan orang yang berbeda atau orang yang lebih. Lihat saja dalam sejarah, orang-orang pintar biasanya memiliki sahabat sedikit, sebab orang-orang pintar dibenci oleh banyak orang lainya. Santiaogo mendapat serangan dari Pablo. Ia katakan bahwa janganlah bangga atau menjadikan diri sebagai satu-satunya pelajar filsafat yang lebih baik di tempat ini, jangan menjadikan dirimu seolah-olah hebat dalam filsafat. Jangan bicara banyak hal dan jangan terlalu mempromosikan dirimu ssebagai orang yang lebih tahu. Kira-kira seperti itulah bunyi kalimat dari mulut Pablo. Kalimat yang tidak pernah disangkakan oleh Santiago sebelumnya. ,mengapa Pablo bisa berbicara seperti ini? Padahal apa yang dia lakukan demi tujuan yang mulia?
          Tetapi, serangan terhadap pribadi Santiago membuat dirinya sadar. Secara prinsipil dalam berdebat satu hal yang harus dihindari ialah jangan menyerang kepribadian seseorang, pasti perdebatan akan terbengkelai dan anda membunuh karakter orang tersebut. Berdebat tetaplah fokus pada materi perdebatan. Ini yang tidak dipahami oleh Pablo. Ia terus menyerang keoribadian Santiago sehabis-habisnya, hingga Santiago malu, apalagi di depan banyak orang. Santiagi tidak dapat melanjutkan debat mereka.
          Usaia makan Santiago masuk ke kamarnya dan menulis pengalaman baru tersebut. Ia merefleksikan bahwa memang tugas filsafat bukan untuk membenarnkan diri, filsafat bukan sebagai harga diri atau kebanggaan, filsafat bukan sebagai ilmu retorika dengan argument-argumen yang rational, bukan unutk diperdagangkan seperti para sofisme, atau seperti Rocky Gerung menurut Boni Hargens. Santiago manjatuhkan air matanya lalu duduk merenung, ia mengingat kembali berbagai perbuatannya selam ini, berbicara bertele-tele, beradebat dengan siapa saja dan selalu menampilkan diri seolah-olah orang lain bukan pelajar filsafat seperti dirinya. Walau tujuannya mulia denga diskusi perdebatan setiap hari supaya teman-temannya membuka mata dan pengethuan bahwa mereka belum mengetahui banyak hal. Guru selalu meminta Santiago untuk berbuat demikian. Dengan landasan pada alegori gua Platonis. Ketika seorang tawannan tersebut dibebaskan dan dia melihat cahaya sesungguhnya, ia bertanggung jawab terhadap teman-temannya yang masih dalam kegelapan agar mereka berpaling dan melihata apa yang sesungguhnya. Memang dari respons teman-teman tawannaannya ada yang menolak ada yang menerima. Itu saja tujuan Santiago. Berfilsafat baginya sangat berguna ketika itu bisa membantu orang lain keluar dari ketidak tahuannya dan menemukan pengetahuan sendiri, Sokrates sudah melakuakn jauh sebelum Santiago praktekan saat ini. Metode kebidannan.
          Serangan dari Pablo adalah suatu kritikan tajam bagi Santiago, dia lalu meutuskan untuk mengganti metode, dia tidak akan terlihat hiper aktif namun tetap calm, dia akan berbicara hanya jika diperlukan dan Santiago akan menghabiskan banyak waktu dengan membaca-membaca lebih banyak lagi buku. Seorang filsuf sejati itu tidak kelihatan secara terang-terangan tetapi dia ada. Filsuf tidak berbicara banyak namun mengetahui berbagai disiplin ilmu secara spektakuler. Sebab action speaks louder than words. Filsuf itu banyak merenung bukan banyak berbicara, sebab kata membatasi pengetahuan, ketiak kita berbicara kita membatasi apa yang ada dalam pikiran kita. Santiago berniat teguh untuk mengganti metode, dia hanya akan membantu sahabat yang benar-benar membutuhkan dirinya unutk berdiskusi berdebat dll. Dia akan semakin pasif dengan terus mengembagnkan diri secara otodidak dan dalam diam.
          Usai Santiago menulis pengalaman dan niatnya hari ini, ia terkenang pesan ibunya agar “belajrlah dari ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk”.
************
Terima kasih Ibu.

Rabu, 06/02/19
Sintus Bezy

         

Selasa, 05 Februari 2019

hoax dimulai dari ruang kuliah



“Hoax Dimulai dari ruang kuliah”

       Akhir-ahir ini publik Indonesia dihebohkan dengan seorang tokoh fenomenal yang meyebut dirinya sebagai Presiden Republik Akal Sehat. Di saat hebohnya menjelang Pilpres, tokoh ini juga terus mempromosikan dirinya sebagai presiden yang seharusnya. Sebab presiden baginya haruslah pribadi yang mempunyi kapasitas episteme memadai. Jokowi tidak memenuhi kategori ini, sehingga jangan heran orang nomor satu di Indonesia ini terus menjadi bulan-bulanannya. Dia tidak pernah gentar mengritik serta mengoreksi Presiden yang disebut dungu. “Jokowi dungu”, itulah yang sering keluar dari mulut orang ini. 
       Manto memang bukanlah seorang pelajar politik secara reguler. Dia hanya tertarik dengan Politik, sebab baginya politik itu luhur, mengatur kehidupan manusia dalam berbangsa dan bernegara secara baik dan benar. Jangan heran kalau Manto setiap malam menghabiskan banyak waktu dengan terus mengikuti berita-berita politik nasional. Berbagai chanel politik dia ikuti, mulai dari ILC, Mata Najwa, CNN, A & Q. Chenel kesukaannya ialah Rocky Gerung. Hmmmm, hampir semua video2 Rocky di Youtube tak pernah dia lewatkan. Gaya berpikir Rocky diikutinya secara lurus. Bahkan Manto menyetuji pernyataan Rocky bahwa “Kitab Suci adalah fiksi.” Seperti Rocky, mantopun mengafirmasi bahwa politis Indonesia tidak mengerti logika, sebab kata fiksi yang mereka pahami itu berbeda dengan fiksi yang Rocky pahami. Menurut Rocky, jika fiksi itu membangkitkan imajinasi, maka Kitab Suci adalah fiksi, sebab fiksi itu membangkitkan imajinasi. Surga dan neraka yang dibicarakan dalam Kitab Suci tidak pernah dapat dibuktikan secara factum. Hanya berdimensi fiksional, karena membangkitkan imajinasi umat beriman akan suatu telos, atau tujuan akhir dari kehidupan ini. Para politisi memahami fiksi sama dengan fiktiv.
       Roocky Gerung, itulah nama Presiden Republik akal sehat yang terus mengkritik presiden itu. Manto adalah pencinta Rocky Gerung. Jadi Manto dan Rocky identik dalam pemikirannya. Namun lebih dari itu, sebenarnya ada kepentingan politik yang terselubung dari Manto. Maklumlah dia terlahir dari kubu Gerindra. Sepupunya saat ini adalah calon legislatif DPRD 2 dari partai Gerindra. Sedangkan Rocky Gerung, pendukung Prabowo (Ketum Gerindra). Semua ada korelasinya. Semua kritik Rocky yang Manto pelajari, bukan sebuah kebenaran tetapi itulah kepentingan. Dalam politik sulit bagi kita menemukan kebenaran, yang ada hanya pembicaraan tentang kepentingan. “tidak ada musuh abadi, tidak ada sahabat abadi, yang abadi dalam Politik hanyalah kepentingan.” Terbukti bahwa Rocky katakan bahwa 12 menit setelah Prabowo dilantik (jika terpilih) dia akan langsung mengritiknya, sebab tugas seorang pengamat politik adalah mengkritik pemerintah.
       Itulah fenomena perpolitikkan national hari-hari ini. Apakah belajar politik akan menjadi seperti ini? Apakah politik itu adalah retorika tipu? Apakah hoax justeru semakin marak dalam dunia politik? Hoax, hoax, hoax, satu kata yang menggemparkan, kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan karena hoax. Apa itu hoax? Banyak defenisi yang beredar di medsos. Tapi secara sederhana hoax berari berita bohong. Berita bohong ialah, suatu informasi yang tidak benar, sulit diverivikasi. Menyangkut informan, hoax berarti informasi yang disebarkan oleh orang yang tidak mengetahui kebenaran berita dan diinformasikan tanpa intensi apapun, dan kedua berarti informan tahu kebenaran yang sesungguhnya namun dia terus menyebarkan hal tersebut dengan intensi tertentu. Itulah yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet.
       Hoax adalah fenomena sosial politik, seperti sebagai ssalah satu ekspresi dari post truth. Era milenial akhir-akhir ini diwarnai dengan post truth. Post truth atau pasca kebenaran, dimana seseorang berbicara dan bahkan menggiring opini publik bukan dengan mangatakan kebenaran obyektif yang diterima banyak orang tetapi berdasarkan pendapat pribadi dan perasaan pribadi, apa yang dianggapnya benar, dia sebarkan. Sesuatu yang salah jika dikatakan berulang-ulang maka akan menjadi kebenaran. Itulah era post truth, yang mewarnai perkembangan di era milenial ini. Lantas siapakah orang-orang yang terjerumus kedalam post truth? Bukankah mereka adalah kau terpelajar? Bukankan mereka adalah para politisi papan atas seperti Donald Trump? Bukankan mereka para pakar politik? Bukankah mereka adalah orang-orang yang terlahir dari universitas? Hmmm, saya menjadi anti intelektualisme sekarang.
       Anti cendekiawan, anti intelektualise, yah, Santiago memilih menjadi orang yang anti intelektualisme, apalah arti pendidikan jika pada akhirnya menghasilkan pribadi-pribadi yang incsredible, yang tidak mempunyai harga diri, sulit dipercaya, memecahkan masyarakat akar rumput? Inikah hasil dari demokrasi kapitalisme? Lebih baik menjadi Marxis, jika demokrasi yang menjujung tinggi liberalsime ini justeru menghasilkan kebebasan yang kebablasan. Apa arti kebebasan jika, orang tidak tahu mengisinya dengan sesuatu yang benar dan berguna serta bernilai? Cita-cita revolusi borjuice Prancis, egalite, fraternite, liberate? Terasa hampa. Santiago lebih memilih pergerakan Marxisme eropa beberapa tahun lalu, new left atau pergerakan kira baru, yang anti kapitalisme, anti peraturan, anti intelektualisme, anti kampus. Yah, lebih baik saya perjuangkan Sosialisme yang masih utopis itu. Kata Santiago.
       Saat ini, Santiago adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas di Nusantara ini, dan dia belajar filsafat, sebab Santiago mahasiswa fakultas Filsafat. Dia begitu mencintai filsafat. Filsafat yang adalah ilmu kritis, sistematis dan rational itu harus menangkal fenomena sosial ini. Pelajar filsafat harus terjun ke realitas, jangan hanya nyaman di dunia ideal, kata Marx. Sebagai pencinta Marx, Santiago tidak seperti Manto, dia berusha sekuat kemampuan epistemenya untuk menangkal post truth, hoax,dsb. Sebab filsafat akan menjadi berguna jika dia berhasil menyelesaikan masalah-masalah ini dengan akal sehat.  Filsafat tidak boleh dibelokkan seperti yang Rocky lakukan, Rocky Gerung justeru menurut Boni Hargens, diidentikkan seperti kaum sofisme di Yunani Kuno, yang menjual filsafat demi uang dan kepentingan. Tidak!!! Filsafat adalah ilmu kritis, tenang dan tahu tempat serta tahu diri, kapan dan di mana harus berbicara. Tokoh-tokoh nasional, seperti Magnis Suseno, F.B. Hardiman, I. Bambang, Setyowibowo, itulah pencinta filsafat yang sebenarnya. Mereka mengritik pemerintah tetapi dengan gaya filsafat yang benar. Adapun budayawan national, seperti Gunawan Muhamad, Sejiwo Tedjo, Karni Ilias, ataupun kaum sufis seperti Cak Nun, Umbu Landu. Merekalah yang harus dicontohi, menurut Santiago.
       Belajar reguler tidak terlalu penting, sebab “ijasah hanyalah tanda bahwa seseorang tamat dari sekolah tertentu, bukan tanda bahwa dia pernah berpikir”. Berpikir itu bebas, siapa saja bisa lakukan, ilmu pengethuan terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar. Otodidakpun bisa.
       Kekesalan Santiago terhadap perpolitikan national, dan pengamat politik national yang adalah hasil dari universitas semakin memuncak ketika pagi ini dosen mengecewakan mereka. Yah, pagi tertanggal Rabu, 06/02/2019, seharusnya Santiago dan para pelajar lainya berada di fakultas untuk mengikuti perkuliahan, namun dosen mengecewakan mereka. Dosen yang mengampuh mata kuliah hari tersebut tidak datang ke kampus tanpa ada info, mengapa? Santiago menuimpulkan bahwa hoax dimulai dari kampus.!!! Apa arti kuliah kalau dosen saja tipu?
Apa arti pendidikan?????
*******
Rabu, 6/2/19,
Sekret Rania,
Oleh: Sintuz Bezy



Sabtu, 02 Februari 2019

bingun, cari titik star



Bingung! Cari titik Start.

          Perkenalkan namaku Brida. Bapak sering bilang bahwa Brida itu adalah tokoh utama dalam salah satu novel Paulo Coelho. Maklumlah, bapakku pencinta sastra. Novel Paulo Coelho menjadi bacaan favoritnya. Bahkan bapak selalu memprioritaskan buku-buku penulis hebat ini jika beliau berkunjung ke tokoh buku. Itulah bapak, guru dan motivator hidupku. Aku seorang pelajar, mahasiswi di salah satu universitas di tempat ini. Seperti para pelajar lainya, aku juga sangat rajin mengikuti kuliah-kuliah di kampus, dan menyelesaikan banyak tugas. Saat ini sedang menggarap skripsiku. Yah, aku hanya mau agar target perkuliahanku delapan semsester itu selesai. Ini pesan ibu sebenarnya, sebab bukan aku saja yang harus disekolahkan oleh “ortuku.”  Aku masih punya adik yang sedang sekolah, walau kakak sulungku sudah menyelesaikan kuliahnya, bukan berarti beban orang tua semakin ringan.  Ibu sangat sayang kepadaku, apalagi bapak. Sebab aku putri tunggal, maksudku, saudaraku yang lain semuanya laki-laki hanya aku perempuan, jadi aku benar-benar dimanja oleh bapak. Ini natural, sebab anak laki-laki biasanya lebih dekat ke ibu, dan aku sebagai anak perempuan lebih dekat ke bapak. Mungkin teori Oedipus Complex oleh Freud ada benarnya.
          Sejak putus dengan pacarku, aku merasa hidup ini tak ada artinya. Entahlah, mengapa. Kami sbenarnya saling sayang, percaya satu sama lain, dan menjalani hubugan yang begitu lama, hingga aku berpikir bahwa mungkin dialah orang yang Tuhan berikan kepadaku. Ternyata semua tidak seperti yang dipikirkan. Kami harus berpisah dengan beberapa alasan yang sulit aku ungkapkan. Itulah, dunia percintaan, ada suka dan duka, cinta dan benci, gembira dan kecewa. Namun itu sudah lama sekali, aku bahkan sudah tidak menyimpan rasa sedikitpun lagi dengan mantanku. Mantan yah mantan. Putus yah putus. Tetapi kami masih tetap berteman. Hari-hari ini aku memang single saja. Yah, terkadang aku memang malu dengan teman-teman kampusku yang selalu lengket dengan pasangannya, walau di sisi lain aku bersyukur single sebab lebih leluasa dan fokus pada kuliahku. Lagian jodoh itu selalu Tuhan berikan yang terbaik. Tidak harus saat ini. Dan aku percaya mukjizat itu nyata.
          Hingga di suatu malam, saat acara sykuran wisuda temanku. Aku tidak mengerti mengapa? Soal rasa memang selalu sulit aku pahami. Rasa itu bukan berada di kepala, tetepi ada di dada. Dada dan kepala terpisah oleh leher sehingga rasa memang tidak terintervensikan oleh pengaruh kepala, ini makanya aku sulit memahaminya. Malam yang menyisihkan sesuatu dalam dadaku. Aku ingat betul, malam syukuran wisuda temanku. Perjumpaan yang tidak begitu lama dan ngobrolpun tak lama juga. Semua terjadi secara kebetulan dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, apalagi kami terjebak dalam status yang berbeda. Santiago demikian namanya, sebenarnya adalah calon pendeta Katolik. Dia datang sebagai undangan untuk memimpin upacara syukuran wisuda temanku itu. Dia begitu gagahnya berada di depan kami dengan jubah putih nan suci menutup sepatunya. Santiago, yah Santiago. Aku bahkan tidak pernah lupa namanya sejak perkenalan pertama malam itu.
          Santiago sebagai calon pendeta Katolik, atau sering disebut calon pastor. Aku tahu mereka itu akan berjanji hidup tanpa isteri selamanya, tanpa harta, tanpa gelar, dan hidup miskin. Sebab orang-orang seperti mereka punya cara pandang yang berbeda tentang kebahagiaan. Bible adalah bacaan wajib mereka, dan mengabiskan banyak waktu dengan mengkhotbahkan Kerajaan Surga. Mereka orang-orang yang berani melepaskan kehidupan dunia ini demi suatu kebahagiaan paripurna di akhirat nanti. Hmmm Santiago malang, mengapa engkau terjebak dalam panggilan gila ini? aku mengutukki Santiago, yang tampan, rambut lurus diacak sedikit berkuli putih, tinggi yang ideal dan berhidung mancung sangat memikat lawan jenis itu. Aku benci padamu. Mengapa engkau memilih menjadi pastor. Engkau kehilangan dunia Santiago. Surga ada di dunia ini, bukan di akhirat. Andai engkau bukan seorang calon pendeta Katolik pasti aku sudah menggodamu. Dari caramu, aku tahu kamu orang yang mudah tergoda dan terpukau dengan kecantikan seorang perempuan. Tetapi karena engkau berbeda itulah maka aku jadi gugup.
          Aku berani katakana ini sebab aku terpikat dengan kecakapan Santiago, dia begitu sempurnahnya. Aku benar-benar tersiksa oleh senyumannya, dan ahhhh, sulit aku mengungkapkan. Aku terjebak rasa kepada Santiago. dia masih sangat mudah, kemungkinan umurnya 2/3 tahun di atasku. Sejak perjumpaan malam itu aku benar-benar terpikat hati kepada Santiago. hmmm, andaikan dia memahami rasa ini. andaikan Santiago tahu apa yang ada dalam pikiranku, tak ada yang lain, kumengisinya dengan bayangan Santiago. sebelum berpisah, aku dan Santiago sempat bertukar no WA, sebab dia butuh dikirimi foto-foto kami malam itu yang masih di Hp-ku. Hingga kini foto itu belum dikirim. Huh, tidak penting. Yang penting adalah kami saling bertukar nomo ponsel. Santiago sangat perhatian, setiap hari selalu menanyakan kabarku, dan sering koment story2 WA-ku. Walau kami terpisah ruang, tapi rasa itu seolah ada. Aku semakin tersiksa oleh rasa ini. aku berdo semoga Santiago memahaminya, semoga dia tidak begitu kudus untuk mengabaikan perasaan manusiawi.
          Hari-hari berlalu, dan ketika aku pindah indekosku, maka kesempatan untuk berjumpa Santiago semakin besar. Ternyata mukjizat selalu nyata. Aku benar-benar berjumpa Santiago. hehehe, dia begitu dekatnya denganku, dan begitu ramahnya dia menyapaku. Aku sangat gembira, sebab aku yang masih baru di lingkungan ini, ternyata ada orang yang mengenalku dan bahkan memperlakukanku seperti sekawan yang sudah bertahun-tahun bersahabat, dan yang lebih menarik lagi bahwa orang itu adalah Santiago. doa terkabul. Aku selalu mengajaknya berkunjung ke indekosku yang baru, tetapi selalu saja gagal terpenuhi, maklumlah sebab Santiago memiliki jadwal yang padat setiap harinya. Sebab dia juga masih seorang pelajar sepertiku.
          Aku memang tidak sangat berharap perhatian apalagi Cinta Santiago, sebab aku tahu semuanya siapa dia dan bagaiman dia berelasi dengan lawan jenis. Mereka adalah orang-orang yang berbeda, yang bersembunyi dari dunia. Visi mereka surga. Walau aku selalu menganggapnya sebagai suatu kebodohan.
Ternyata, Santiago diam-diam sebenarnya mengagumi diriku. Aku yakin seratu persen, aku bisa menebak melalui matanya, cara bicaranya, gerak-geriknya. Santiago mengekspresikannya begitu jelas. Aku mennangkap tanda-tanda itu. Dia menitip salamnnya melalui temanku, dan dia mengingini aku mengajaknya ke indekosku. Aku hanya mengafirmasainya, dan aku merasakannya. Lagi-lagi soal rasa, jika pasangan itu serasi, pasti mereka memiliki rasa tarik-menarik. Dan aku rasakan itu dari diri Santiago. namun kami bingung mencari titik start. Aku membiarkan Santiago yang memulai tetapi rupanyan terlalu lamaku menunggu dan itu siksa bagiku. Aku pun ingin memulainya, tetapi hokum alam selalu mengatakan bahwa lelaki yang harus memulai, maka aku ragu.
Kami bingun mencari titik start. Santiago dan Brida.

*****
Cinta, apa arti semua ini? Cinta, mengapa engkau menjebakku hingga sejauh ini? Cinta bagaimana aku harus memahami? Mungkin benar kata orang cinta itu buta. Sebab aku tak dapat melihatnya, sebab aku sulit memahaminya, sebab aku begitu mendambakan cinta itu. Terlalu banyak teori cinta yang aku pelajari, tetapi jika belum merasakan apa itu cinta, semua menjadi tidak bermakna. Namun, ketika aku sudah merasakannya, mengapa harus terjadi seperti ini? Siang dan malam, aku terus mencari jawaban.
Yah, terlalu lama kumenunggu. Aku tidak akan melanggar hukum alam. Itulah aku. Bukan rumput yang mencari kuda! Bukan bunga yang  mencari kumbang! Di salah story WA-nya Santiago pernah menulis, “wanita itu seperti gula, semakin manis ia, semakin banyak semut yang mengerumininya”. Aku bisa mereka-reka sebenarnya ia memaksudkannya untukku. Yah, aku gulanya, aku hanya bisa menunjukkan kemanisanku, lewat senyumku, penampilanku, responsku, pelayannku, perhatianku. Sebab gula memang harus menampilkan kemanisannya, supaya semut bisa mengerumuninya. Tetapi semut macam apa sih Santiago itu? Yah, tidak mungkin aku yang memulai, sebab aku harus pasif, Santiago terlalu lama membuang waktu dengan menunda dan menyembunyikan rasanya. Hmmm, Santiago malang engkau pasti tersiksa dengan rasamu itu, aku prihatin terhadap dirimu, engkau menyembunyikan rasa, engkau mati Santagi. Aku terlalu kecewa dengan Santiago yang tersu pasif itu. Sebab, Aku tahu Santiago benar-benar mengagumi diriku, aku merasakannya. Bukan aku yang terlalu percaya diri, tetapi itu semua karena perhatian Santiago. Dia sangat memperhatikanku, walau dalam diamnya, dia mendambakanku, dia menginginiku. Aku yakin itu. Hanya, dia terlalu banyak menimbang-nimbang untuk memulainya. Itulah Santiago. Apakah dia takut aku tak mampu membahagiakannya? Hmmm, tentu tidak! Mungkin dia takut dirinya tak mampu membahagiakanku, sebab statusnya. Aku tidak perduli! Pokoknya, dia harus memulai…!
Strory WA-nya benar, “wanita itu seperti gula, semakin manis ia, semakin banyak semut yang datang mengerumuninya”. Aku terlalu membuang waktu mengharapkan Santiago memahami semuanya, tetapi rupanya ia terlau bodoh, ia terlalu buta. Ia tidak pernah memahami perasaan seorang wanita, ia tidak menangkap dan mengerti apa yang ada dalam hatiku. Semut macam apa kau Santiago, semut mati rasa. Aku sudah menunjukkan kemanisannku, masakan engkau tidak datang mencicipinya, mungkin engkau semut buta. Aku kutukki Santiago terus, sebab aku tersiksa dengan rasa yang terpendam ini, rasa harus diolah supaya tidak busuk. Santiago menyembunyikan kemanusiawiannya, dia hidup di alam ideal. Kenapa Gereja Katolik menyiksa begitu banyak pria untuk tidak menikah? Mengapa? Gereja yang malang. Mengapa engkau memilih untuk tidak perduli dengan perasaan seorang gadis? Santiago, aku kasihan kepadamu. Hiduplah seperti boneka, tidak tahu bagaimana harus mencintai seorang wanita. Engkau tidak akan pernah bahagia di dunia ini.
Story WA itu, ternyata terbukti benar. Yah, aku terlalu mengharapkan Santiago bodoh itu. Dia buta dalam cinta. Yah, semakin manis gula, semaki banyak semut yang datang mengerumuninya. Hehehehe, aku sekarang mengerti apa arti kalimat tersebut. “wanita itu seperti gula, semakin manis ia, semakin banyak semut yang datang mengerumunianya”. Bukan hanya Santiago semut tersebut. Aku sekarang baru merasakkannya, dan aku paham. Terima kasih Santiago, walau engkau buta dalam rasa, tetapi kalimat di strory Wa-mu itu benar… aku saja yang tidak pernah sadar, ada semut lain yang datang mendekat dan ingin mencicipi kemanisanku. Hmmm, ada semut lain, semut itu sangat dekat, di sekelilingku,, dia berada bersamaku, selalu bersua denganku setiap hari, semut itu sangat mungil, dia itu.. ..
Pedro……. Hehehehe, semut baru itu adalah Pedro. Bukan semut baru sebenarnya. Dia sudah lama mendekatiku, akunya yang tidak pernah paham soal itu, aku yang tidak mengerti itu. Pedro, cowok manis yang tinggi serasi denganku, dia ternyata mengidolakanku, sejak aku bergabung di indekos baruku. Hehehe, uhhhh,, betapa aku tidak pernah memahaminya yah.. ? hmmm, cinta ew>>  Pedro, cowok berkaca mata itu.. yang setiap hari selalu berada di kamar sebelah kamarku. Yah, Pedro bukan seperti Santiago, dia orang biasa. Bukan calon pendeta Katolik, maklumlah kalau dia menghabiskan banyak waktu bagadang, bercerita dll di kamar sebela kamarku. Di kamar sebelah itu adalah kamar milik sahabatnya, Charles. Mereka adalah sahabat, dan sering menghabiskan banyak waktu bersama. Itulah anak muda. Itulah pria, selalu ingin bersama, bergabung dan menceritakan topic-topik politik, bola, music dsb. Pedro sebenarnya mahasiswa, tungkat akhir sama seperti Charly sahabatnya itu. Kami semua mahasiswa tingkat akhir, di universitas yang sama, hanya beda fakultas. Kalau Charly sudah punya pacar, dan pacarnya adalah teman kelasku. Hehehehe, Cinta eww..
Hmmm, aku jadi bingung yah, mengapa harus terjadi seperti ini? Pacar Charly adalah teman kelasku, dan Pedro adalah sahabat baiknya Charly. Kermana yah?? Pedro saat ini single, sama seperti aku juga single. Suat malam, di saat rembulan  begitu terangnya, Pedro coba mendekatiku, tapi aku sudah diberitahu oleh Charly, bahwa Pedro memang sedang mengincarku. Itu benar, Pedro cowok yang nekat, dia tidak penakut seperti Santiago, mungkin karena dia lebih memahami perasaan wanita. Dia mengungkapkan rasanya terhadapku. Hehehe, Tuhan eww, kenapa begini? Aku sangat kaget dan tidak tahu, harus berkata apa? Aku hanya tidak percaya ternyata, Pedrolah orang yang sangat perhatian terhadapku, aku tidak pernah sadar, kami kamar bersebelahan tetapi mengapa aku tidak menyadarinya? Hmmm, aku sekarang mengutuki diriku. Aku bahkan melampaui Santiago bodoknya. Mengapa tidak? Sebab, seperti Santiago yang tidak pernah memahami perasaanku, seperti aku juga yang tidak pernah menyadari bahwa Pedro dalam diamnya begitu mengagumi diriku.
Aku sangat dilemma, antara menerimanya atau tidak? Aku juga sudah bosan jadi single terus. Sebab masa mudah itu surga, single itu suatu kutukan. Kemalangan. Sudah begitu banyak waktu aku habiskan untuk berdoa mengharapkan pasangan. Aku sih mengharapkan Santiago, tetapi ternyata ada yang lebih luar biasa dari Santiago. Setelah aku menunda untuk mempertimbangkan secara baik, suatu malam. Yah di malam Minggu, aku memutuskan untuk menerimanya…..  …
******
Beberapa menit setelah aku menerima Pedro, barulah aku ceritakan kepada Santiago.  Ternyata Santiago sebenarnya adalah sahabat baik Pedro juga. Mereka sefakultas. Huuh, rasa, cinta, derita, bahagia,benci, bingung. Semua tercampur dalam benakku. Aku menerima Pedro dalam kehidupannku. Lima menit kemudian barulah Santiago mengirimkan cerpennya, yang katanya ia tuliskan untukku. Tuhan eww. Kenapa? Dan kenaapa Engkau menyiksaku dengan rasa dan cinta ini. Cerpen itu katanya baru selesai dia tulis dan special untukku. Cuman tiga halaman saja, tetapi sungguh menggugah diriku..
Aku menagis dan hatiku terasa sesak. Mengapa? Andaikan engkau mengirimkan cerpen ini sebelum aku mengiyakan cinta Pedro, pasti aku batal menenerimanya. Sakit sekali hati ini, sakit, kecewa. Aku sudah terlanjur menerima Pedro. Aku sangat perasaan kalau menolaknya, sebab lagi-lagi dari Santiago, katanya lelaki itu butuh dihargai, saat ia mengungkupakan rasanya (tembak kamu), terimalah saja, cinta akan dibentuk dalam perjalanan waktu, antara yang sebenarnya atau hanya memanfaatkan. Semua akan jelas nanti, untuk saat ini , terimala saja. Dan aku menerima cinta Pedro. Isiiiii cerpen itu, hmmmm. Santiago sialan, engkau terlambat lima menit. Huhh. Mengapa? Semua anggapanku ternyata salah!!!!!!! Aku selalu mengatakan bahwa Santiago tidak pernah memahami rasaku, ternyata aku salah! Aku salah paham. Santiago sangat memahami rasaku. Dia ungkapkan melalui cerpen itu. Kalimat pertama paragraph terakhir, itulah kalimat inti. Santiago, sebenarnya sangat memahami rasa, dia mengerti banyak tentang cinta, aku salah menganggapnya, aku kira dia tidak pernah paham tentang perasaan perempuan. Wooo, dia bahkan memamhami lebih dari yang aku pahami, dia bahkan merasakan lebih dari yang aku rasakan. Dalam cerpen itu bahkan dia memposisikan diri sebagai diriku, dan dia mengisahkan perasaan seolah-olah aku yang menceritakannya. Hmmm, aku aku keliru memahami itu. Dia bisa merasakan apa yang aku rasakan. Dia bisa menceritakan perasaanku, berarti dia pahaam betul perasaanku, dia sangat mengerti. Santiago aku mengagumi dirimu. Engkau bisa merasakan dua perasaan sekaligus.
Aku mengerti sekarang, ternyata Santiago sebenarnya, mengagumi diriku, dia hanya terjebak dalam statusnya, dan dia sebenarnya orang yang sangat sulit untuk berbicara secara langsung, dan mengungkapkan perasaanya secara spontan. Santiago adalah orang-orang yang terlahir dengan bakat alam, dimana mengungkapakan perasaan melalui tulisan. Itu makanya, ia mengirimkanku cerpen, ia ungkapkan rasanya melalui tulisan itu. Santiago, selama ini hanya mencari cara, bagaimana harus mengatakkannya, sebab status dan kepribadiannya. Ia bukan oran yang memiliki kepribadian yang berlainan, tetapi ia seorng seniman, yang mengungkapkan perasaan melalui karya seni, yaitu tulisan…
Namun engkau terlambat, inilah kelemahan darimu. Santiago, aku sudah terlanjur mangiyakan Pedro, dan aku tidak akan bisa mencabut lagi kata-kataku. Aku malu untuk menolaknya. Aku terlanjur, andaikan dari dahulu sudah kau ungkapkan rasa itu, pasti kita sudah jadian, aku tidak peduli dengan statusmu, walau teman-temanku selalu melarangku untuk tidak mendekatimu, tetapi aku tidak bisa bohing dengan rasa ini, seperti dirimu tidak dapat bohong dengan rasamu. Status bukan penghalang, cinta menembusinya, cinta melampauinya.
Aku memang menjatuhkan air mataku, lalu ku memuatnya dalam story WA-ku, aku lupa isinya secara pasti, tetapi maksud story itu ialah, aku mencintai Santiago tetapi Santiago tidak memahamiku, dan bersamaan dengan itu Pedro mencintaiku tetapi aku sulit memahaminya.  Apalah daya, itulah cinta. Tetapi Santiago orangnya sangat fleksibel, dia menasihatiku untuk menerima Pedro dalam hidupku, hargai Pedro sebab laki-laki butuh dihargai. Cinta antara sejati dan manfaat itu semua akan jelas dalam perjalanan hubungan ke depannya. Dan aku belajar untuk mencintai Pedro, apa adanya. Pedro mencintaiku, ia suka padaku, ia menginginiku, ia mengagumiku dan ia berani mengungkapkanku. Dan aku berpikir demikian, ia bisa ada di sampingku 24 jam sehari, sebab ia orang bebas, ia bisa menemaniku kemanapun aku mau, sebab ia bisa melakukannya. Sebagian besar hal-hal penting dalam hubungang percintaan bisa Pedro lakukan untukku jika dibandingkan dengan Santiago. Namun bukan untuk membanding, tetapi aku menyimpulkan bahwa Pedrolah lebih baik. Kami akan memulai bahtera cinta ini bersama. Aku dan Pedro.
Beberapa hari kemudian barulah aku paham, setelah Santiago menrevisi cerpennya, dan menambahkan kisah selanjutnya atas persetujuanku. Barulah semua menjadi klir, jelas terang benderang. Ini menjadi rahasiaku, aku tidak akan pernah bongkar semuanya dengan siapapun. Hanya aku dan Santiago. Aku paham mengapa dia tidak mau mengungkapkan perasaannya, pertama karena statusnya, kedua, kepribadiannya berbeda, yang sulit untuk mengungkapkan rasanya secara langsun. Dan ketiga sebenarnya, Santiago tahu bahwa Padro sangat menyukaiku, sebab mereka adalah kawan. Pedro, Charly, dan Santiago adalah sahabat karib yang sangan akrab. Pedro memang tidak pernah menceritakana kepada Santiago bahwa ia menyukaiku, tetapi Santiago tahu, semuanya. Santiago bisa menebak perasaan Pedro. Yah, Santiago memilih untuk mendiamkannya, sebab ia tahu ada orang yang lebih cocok untuk Brida. Dan dia adalah Pedro. Santiago tidak akan mungkin mengecewakan Pedro dengan menggodaku, sebab itu akan menjadi fatal. Huuuuh, itulah kisahku. Aku harus tetap menjalani hubungan asmaraku denga Pedro, sebab sagat sulit untuk mengarapkan Santiago, ia tidak akan mungkin merusak hubungan kami. karena ia memahami banyak hal. Tapi aku akan bersahabat dengan Santiago dan mencari tahu mengapa ia bisa merasakan apa yang aku rasakan, mengapa ia bisa merasakan apa yang Pedro rasakan. Siapa dia sebenarnya?
Sampai di sini teman-teman. Itulah perjalannan cintaku..
Pedro Love Brida……..

Sabtu, 02-02-19
Sintus Bezy


Jumat, 01 Februari 2019

puisi tanpa judul



Puisi tanpa Nama….!
      Aku memberi nama catatan ini, puisi tanpa nama. Anda lalu bertanya mengapa? Pertanyaan mengapa adalah khas dalam dunia filsafat. Mengapa puisi itu tanpa nama? Apa karena penulisnya anonim? Atau karena tidak tahu diarahkan kepada siapa? Atau mungkin karena puisi itu tidak diberi judul? Aku lalu menjawab, yah. Semua pertanyaan itu benar. Anda hanya bertanya karena anda sudah tahu apa jawabannya. Bukankah isi pertanyaan itu bernada tautologi?
          Sudahlah, ini problem kita. Tetapi persoalan belom selesai. Siapa pemilik puisi itu? Aku tidak tahu, dia berinisial A R. tapi dari isi puisinya aku bisa menebak bahwa dia seorang Marxis, bukan komunis tentunya, tetapi sosialis. Dia benci kapitalis dan berpihak pada marhaen. Dia benci teori, tetapi memuja praksis. Bagiku, A R, bukan orang sembarangan. Apa mungkin dia ingin negri yang anarkhis? Entahlah. Aku hanya bisa menebak siapa dia dari apa yang dia tulis. Hmmm, tapi deskripsi tidak hanya sebatas itu. Tentu dia adalah orang baik-baik yang hanya pilu dan menderita melihat sosialisme tetap utopis. Politik kontemporer belum seratus persen menyelesaikan problematika kelas atas, kelas bawah. Kapitalis-proletar, kesenjangan sosial.
          Sesederhana itukah anda mendeskripsikan siapa itu A R? oww, tentu tidak! Dia masih jauh lebih hebat dari apa yang baru aku deskripsikan. Masih bertolak dari puisi tanpa nama, dia resah dengan realita, sistem yang tidak berpihak pada rakyat miskin, sistem yang tidak mengurangi penderitaan. A R bosan dengan kalimat bijak bestari, teori-teori hampa. Ini membuktikan bahwa A R adalah seorang pemikir handal, jika tidak demikin maka tidak mungkin dia bisa mengrtik pemikiran lain. Pemikiran hanya dikritik dengan pemikiran.
          Anda memang pantas dijuluki faylasuf, karena terus bertanya kepadaku tentang siapa itu A R. aku tidak tahu banyak tentang dia. Buku apa yang dia baca, organisasi apa yang dia ikut. Siapa sahabat-sahabat diskusinya. Aku cuman menafsir A R dari tulisannya, bukankan tulisan itu adalah sebagian dari jiwa penulis. Lupakan anda pada Pramoedya Ananta Toer, lupakah anda pada ucapanya? Tulisan adalah sebagian dari jiwa penulis. Dari tulisan aku tahu apa yang ada dalam pikiran penulis, walau tidak mungkin semua aku bisa tahu, sebab Plato katakan bahwa saat anda bicara berbarti anda membatasi pikiran. Jadi tulisannya hanya sebagian kecil dari luasnya cakrawala pemikirannya.
          Kalau boleh aku tambah, A R, seorang pemerhati politik dan isu-isu sosial. Buktinya dia berbicara tentagn hoax. Satu kata hasil post truth. Hoax adalah satu fonomena sosial. Dia bicara tentang dampak hoaks, nah, itulah A R. daripada anda terus penasaran mendingan langsung saja baca puisi tanpa nama berikut:







 




Sabtu, 02-02-19
Sintuz Bezy



  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...