Bingung! Cari titik Start.
Perkenalkan namaku
Brida. Bapak sering bilang bahwa Brida itu adalah tokoh utama dalam salah satu
novel Paulo Coelho. Maklumlah, bapakku pencinta sastra. Novel Paulo Coelho
menjadi bacaan favoritnya. Bahkan bapak selalu memprioritaskan buku-buku
penulis hebat ini jika beliau berkunjung ke tokoh buku. Itulah bapak, guru dan
motivator hidupku. Aku seorang pelajar, mahasiswi di salah satu universitas di
tempat ini. Seperti para pelajar lainya, aku juga sangat rajin mengikuti
kuliah-kuliah di kampus, dan menyelesaikan banyak tugas. Saat ini sedang
menggarap skripsiku. Yah, aku hanya mau agar target perkuliahanku delapan
semsester itu selesai. Ini pesan ibu sebenarnya, sebab bukan aku saja yang
harus disekolahkan oleh “ortuku.” Aku masih punya adik yang sedang sekolah,
walau kakak sulungku sudah menyelesaikan kuliahnya, bukan berarti beban orang
tua semakin ringan. Ibu sangat sayang
kepadaku, apalagi bapak. Sebab aku putri tunggal, maksudku, saudaraku yang lain
semuanya laki-laki hanya aku perempuan, jadi aku benar-benar dimanja oleh
bapak. Ini natural, sebab anak laki-laki biasanya lebih dekat ke ibu, dan aku
sebagai anak perempuan lebih dekat ke bapak. Mungkin teori Oedipus Complex oleh
Freud ada benarnya.
Sejak putus
dengan pacarku, aku merasa hidup ini tak ada artinya. Entahlah, mengapa. Kami sbenarnya
saling sayang, percaya satu sama lain, dan menjalani hubugan yang begitu lama,
hingga aku berpikir bahwa mungkin dialah orang yang Tuhan berikan kepadaku. Ternyata
semua tidak seperti yang dipikirkan. Kami harus berpisah dengan beberapa alasan
yang sulit aku ungkapkan. Itulah, dunia percintaan, ada suka dan duka, cinta
dan benci, gembira dan kecewa. Namun itu sudah lama sekali, aku bahkan sudah
tidak menyimpan rasa sedikitpun lagi dengan mantanku. Mantan yah mantan. Putus yah
putus. Tetapi kami masih tetap berteman. Hari-hari ini aku memang single saja. Yah,
terkadang aku memang malu dengan teman-teman kampusku yang selalu lengket
dengan pasangannya, walau di sisi lain aku bersyukur single sebab lebih leluasa dan fokus pada kuliahku. Lagian jodoh
itu selalu Tuhan berikan yang terbaik. Tidak harus saat ini. Dan aku percaya
mukjizat itu nyata.
Hingga di suatu
malam, saat acara sykuran wisuda temanku. Aku tidak mengerti mengapa? Soal rasa
memang selalu sulit aku pahami. Rasa itu bukan berada di kepala, tetepi ada di
dada. Dada dan kepala terpisah oleh leher sehingga rasa memang tidak
terintervensikan oleh pengaruh kepala, ini makanya aku sulit memahaminya. Malam
yang menyisihkan sesuatu dalam dadaku. Aku ingat betul, malam syukuran wisuda
temanku. Perjumpaan yang tidak begitu lama dan ngobrolpun tak lama juga. Semua terjadi
secara kebetulan dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, apalagi kami
terjebak dalam status yang berbeda. Santiago demikian namanya, sebenarnya
adalah calon pendeta Katolik. Dia datang sebagai undangan untuk memimpin upacara
syukuran wisuda temanku itu. Dia begitu gagahnya berada di depan kami dengan
jubah putih nan suci menutup sepatunya. Santiago, yah Santiago. Aku bahkan tidak pernah
lupa namanya sejak perkenalan pertama malam itu.
Santiago sebagai
calon pendeta Katolik, atau sering disebut calon pastor. Aku tahu mereka itu
akan berjanji hidup tanpa isteri selamanya, tanpa harta, tanpa gelar, dan hidup
miskin. Sebab orang-orang seperti mereka punya cara pandang yang berbeda
tentang kebahagiaan. Bible adalah bacaan wajib mereka, dan mengabiskan banyak
waktu dengan mengkhotbahkan Kerajaan Surga. Mereka orang-orang yang berani
melepaskan kehidupan dunia ini demi suatu kebahagiaan paripurna di akhirat
nanti. Hmmm Santiago malang, mengapa engkau terjebak dalam panggilan gila ini? aku
mengutukki Santiago, yang tampan, rambut lurus diacak sedikit berkuli putih, tinggi yang ideal dan
berhidung mancung sangat memikat lawan jenis itu. Aku benci
padamu. Mengapa engkau memilih menjadi pastor. Engkau kehilangan dunia Santiago.
Surga ada di dunia ini, bukan di akhirat. Andai engkau bukan seorang calon
pendeta Katolik pasti aku sudah menggodamu. Dari caramu, aku tahu kamu orang
yang mudah tergoda dan terpukau dengan kecantikan seorang perempuan. Tetapi karena
engkau berbeda itulah maka aku jadi gugup.
Aku berani katakana
ini sebab aku terpikat dengan kecakapan Santiago, dia begitu sempurnahnya. Aku benar-benar
tersiksa oleh senyumannya, dan ahhhh, sulit aku mengungkapkan. Aku terjebak
rasa kepada Santiago. dia masih sangat mudah, kemungkinan umurnya 2/3 tahun di
atasku. Sejak perjumpaan malam itu aku benar-benar terpikat hati kepada
Santiago. hmmm, andaikan dia memahami rasa ini. andaikan Santiago tahu apa yang
ada dalam pikiranku, tak ada yang lain, kumengisinya dengan bayangan Santiago.
sebelum berpisah, aku dan Santiago sempat bertukar no WA, sebab dia butuh
dikirimi foto-foto kami malam itu yang masih di Hp-ku. Hingga kini foto itu
belum dikirim. Huh, tidak penting. Yang penting adalah kami saling bertukar
nomo ponsel. Santiago sangat perhatian, setiap hari selalu menanyakan kabarku,
dan sering koment story2 WA-ku. Walau kami terpisah ruang, tapi rasa itu seolah
ada. Aku semakin tersiksa oleh rasa ini. aku berdo semoga Santiago memahaminya,
semoga dia tidak begitu kudus untuk mengabaikan perasaan manusiawi.
Hari-hari
berlalu, dan ketika aku pindah indekosku, maka kesempatan untuk berjumpa
Santiago semakin besar. Ternyata mukjizat selalu nyata. Aku benar-benar
berjumpa Santiago. hehehe, dia begitu dekatnya denganku, dan begitu ramahnya
dia menyapaku. Aku sangat gembira, sebab aku yang masih baru di lingkungan ini,
ternyata ada orang yang mengenalku dan bahkan memperlakukanku seperti sekawan
yang sudah bertahun-tahun bersahabat, dan yang lebih menarik lagi bahwa orang
itu adalah Santiago. doa terkabul. Aku selalu mengajaknya berkunjung ke
indekosku yang baru, tetapi selalu saja gagal terpenuhi, maklumlah sebab
Santiago memiliki jadwal yang padat setiap harinya. Sebab dia juga masih
seorang pelajar sepertiku.
Aku memang
tidak sangat berharap perhatian apalagi Cinta Santiago, sebab aku tahu semuanya
siapa dia dan bagaiman dia berelasi dengan lawan jenis. Mereka adalah
orang-orang yang berbeda, yang bersembunyi dari dunia. Visi mereka surga. Walau
aku selalu menganggapnya sebagai suatu kebodohan.
Ternyata, Santiago diam-diam
sebenarnya mengagumi diriku. Aku yakin seratu persen, aku bisa menebak melalui
matanya, cara bicaranya, gerak-geriknya. Santiago mengekspresikannya begitu
jelas. Aku mennangkap tanda-tanda itu. Dia menitip salamnnya melalui temanku,
dan dia mengingini aku mengajaknya ke indekosku. Aku hanya mengafirmasainya,
dan aku merasakannya. Lagi-lagi soal rasa, jika pasangan itu serasi, pasti
mereka memiliki rasa tarik-menarik. Dan aku rasakan itu dari diri Santiago.
namun kami bingung mencari titik start. Aku membiarkan Santiago yang memulai
tetapi rupanyan terlalu lamaku menunggu dan itu siksa bagiku. Aku pun ingin
memulainya, tetapi hokum alam selalu mengatakan bahwa lelaki yang harus
memulai, maka aku ragu.
Kami bingun mencari titik start. Santiago
dan Brida.
*****
Cinta, apa arti semua ini? Cinta,
mengapa engkau menjebakku hingga sejauh ini? Cinta bagaimana aku harus
memahami? Mungkin benar kata orang cinta itu buta. Sebab aku tak dapat
melihatnya, sebab aku sulit memahaminya, sebab aku begitu mendambakan cinta
itu. Terlalu banyak teori cinta yang aku pelajari, tetapi jika belum merasakan
apa itu cinta, semua menjadi tidak bermakna. Namun, ketika aku sudah
merasakannya, mengapa harus terjadi seperti ini? Siang dan malam, aku terus
mencari jawaban.
Yah, terlalu lama kumenunggu. Aku
tidak akan melanggar hukum alam. Itulah aku. Bukan rumput yang mencari kuda! Bukan
bunga yang mencari kumbang! Di salah
story WA-nya Santiago pernah menulis, “wanita itu seperti gula, semakin manis
ia, semakin banyak semut yang mengerumininya”. Aku bisa mereka-reka sebenarnya
ia memaksudkannya untukku. Yah, aku gulanya, aku hanya bisa menunjukkan
kemanisanku, lewat senyumku, penampilanku, responsku, pelayannku, perhatianku. Sebab
gula memang harus menampilkan kemanisannya, supaya semut bisa mengerumuninya. Tetapi
semut macam apa sih Santiago itu? Yah, tidak mungkin aku yang memulai, sebab
aku harus pasif, Santiago terlalu lama membuang waktu dengan menunda dan
menyembunyikan rasanya. Hmmm, Santiago malang engkau pasti tersiksa dengan
rasamu itu, aku prihatin terhadap dirimu, engkau menyembunyikan rasa, engkau
mati Santagi. Aku terlalu kecewa dengan Santiago yang tersu pasif itu. Sebab, Aku
tahu Santiago benar-benar mengagumi diriku, aku merasakannya. Bukan aku yang
terlalu percaya diri, tetapi itu semua karena perhatian Santiago. Dia sangat memperhatikanku,
walau dalam diamnya, dia mendambakanku, dia menginginiku. Aku yakin itu. Hanya,
dia terlalu banyak menimbang-nimbang untuk memulainya. Itulah Santiago. Apakah
dia takut aku tak mampu membahagiakannya? Hmmm, tentu tidak! Mungkin dia takut
dirinya tak mampu membahagiakanku, sebab statusnya. Aku tidak perduli! Pokoknya,
dia harus memulai…!
Strory WA-nya benar, “wanita itu
seperti gula, semakin manis ia, semakin banyak semut yang datang mengerumuninya”.
Aku terlalu membuang waktu mengharapkan Santiago memahami semuanya, tetapi
rupanya ia terlau bodoh, ia terlalu buta. Ia tidak pernah memahami perasaan
seorang wanita, ia tidak menangkap dan mengerti apa yang ada dalam hatiku. Semut
macam apa kau Santiago, semut mati rasa. Aku sudah menunjukkan kemanisannku,
masakan engkau tidak datang mencicipinya, mungkin engkau semut buta. Aku kutukki
Santiago terus, sebab aku tersiksa dengan rasa yang terpendam ini, rasa harus
diolah supaya tidak busuk. Santiago menyembunyikan kemanusiawiannya, dia hidup
di alam ideal. Kenapa Gereja Katolik menyiksa begitu banyak pria untuk tidak
menikah? Mengapa? Gereja yang malang. Mengapa engkau memilih untuk tidak
perduli dengan perasaan seorang gadis? Santiago, aku kasihan kepadamu. Hiduplah
seperti boneka, tidak tahu bagaimana harus mencintai seorang wanita. Engkau tidak
akan pernah bahagia di dunia ini.
Story WA itu, ternyata terbukti
benar. Yah, aku terlalu mengharapkan Santiago bodoh itu. Dia buta dalam cinta. Yah,
semakin manis gula, semaki banyak semut yang datang mengerumuninya. Hehehehe, aku
sekarang mengerti apa arti kalimat tersebut. “wanita itu seperti gula, semakin
manis ia, semakin banyak semut yang datang mengerumunianya”. Bukan hanya
Santiago semut tersebut. Aku sekarang baru merasakkannya, dan aku paham. Terima
kasih Santiago, walau engkau buta dalam rasa, tetapi kalimat di strory Wa-mu
itu benar… aku saja yang tidak pernah sadar, ada semut lain yang datang mendekat
dan ingin mencicipi kemanisanku. Hmmm, ada semut lain, semut itu sangat dekat,
di sekelilingku,, dia berada bersamaku, selalu bersua denganku setiap hari,
semut itu sangat mungil, dia itu.. ..
Pedro……. Hehehehe, semut baru itu
adalah Pedro. Bukan semut baru sebenarnya. Dia sudah lama mendekatiku, akunya
yang tidak pernah paham soal itu, aku yang tidak mengerti itu. Pedro, cowok manis
yang tinggi serasi denganku, dia ternyata mengidolakanku, sejak aku bergabung
di indekos baruku. Hehehe, uhhhh,, betapa aku tidak pernah memahaminya yah.. ?
hmmm, cinta ew>> Pedro, cowok berkaca mata itu.. yang setiap
hari selalu berada di kamar sebelah kamarku. Yah, Pedro bukan seperti Santiago,
dia orang biasa. Bukan calon pendeta Katolik, maklumlah kalau dia menghabiskan
banyak waktu bagadang, bercerita dll di kamar sebela kamarku. Di kamar sebelah
itu adalah kamar milik sahabatnya, Charles. Mereka adalah sahabat, dan sering
menghabiskan banyak waktu bersama. Itulah anak muda. Itulah pria, selalu ingin
bersama, bergabung dan menceritakan topic-topik politik, bola, music dsb. Pedro
sebenarnya mahasiswa, tungkat akhir sama seperti Charly sahabatnya itu. Kami semua
mahasiswa tingkat akhir, di universitas yang sama, hanya beda fakultas. Kalau Charly
sudah punya pacar, dan pacarnya adalah teman kelasku. Hehehehe, Cinta eww..
Hmmm, aku jadi bingung yah,
mengapa harus terjadi seperti ini? Pacar Charly adalah teman kelasku, dan Pedro
adalah sahabat baiknya Charly. Kermana yah?? Pedro saat ini single, sama
seperti aku juga single. Suat malam, di saat rembulan begitu terangnya, Pedro coba mendekatiku,
tapi aku sudah diberitahu oleh Charly, bahwa Pedro memang sedang mengincarku. Itu
benar, Pedro cowok yang nekat, dia tidak penakut seperti Santiago, mungkin
karena dia lebih memahami perasaan wanita. Dia mengungkapkan rasanya terhadapku.
Hehehe, Tuhan eww, kenapa begini? Aku sangat kaget dan tidak tahu, harus
berkata apa? Aku hanya tidak percaya ternyata, Pedrolah orang yang sangat
perhatian terhadapku, aku tidak pernah sadar, kami kamar bersebelahan tetapi
mengapa aku tidak menyadarinya? Hmmm, aku sekarang mengutuki diriku. Aku bahkan
melampaui Santiago bodoknya. Mengapa tidak? Sebab, seperti Santiago yang tidak
pernah memahami perasaanku, seperti aku juga yang tidak pernah menyadari bahwa
Pedro dalam diamnya begitu mengagumi diriku.
Aku sangat dilemma, antara
menerimanya atau tidak? Aku juga sudah bosan jadi single terus. Sebab masa
mudah itu surga, single itu suatu kutukan. Kemalangan. Sudah begitu banyak
waktu aku habiskan untuk berdoa mengharapkan pasangan. Aku sih mengharapkan
Santiago, tetapi ternyata ada yang lebih luar biasa dari Santiago. Setelah aku
menunda untuk mempertimbangkan secara baik, suatu malam. Yah di malam Minggu,
aku memutuskan untuk menerimanya….. …
******
Beberapa menit setelah aku
menerima Pedro, barulah aku ceritakan kepada Santiago. Ternyata Santiago sebenarnya adalah sahabat
baik Pedro juga. Mereka sefakultas. Huuh, rasa, cinta, derita, bahagia,benci,
bingung. Semua tercampur dalam benakku. Aku menerima Pedro dalam kehidupannku. Lima
menit kemudian barulah Santiago mengirimkan cerpennya, yang katanya ia tuliskan
untukku. Tuhan eww. Kenapa? Dan kenaapa Engkau menyiksaku dengan rasa dan cinta
ini. Cerpen itu katanya baru selesai dia tulis dan special untukku. Cuman tiga
halaman saja, tetapi sungguh menggugah diriku..
Aku menagis dan hatiku terasa
sesak. Mengapa? Andaikan engkau mengirimkan cerpen ini sebelum aku mengiyakan
cinta Pedro, pasti aku batal menenerimanya. Sakit sekali hati ini, sakit,
kecewa. Aku sudah terlanjur menerima Pedro. Aku sangat perasaan kalau
menolaknya, sebab lagi-lagi dari Santiago, katanya lelaki itu butuh dihargai,
saat ia mengungkupakan rasanya (tembak kamu), terimalah saja, cinta akan
dibentuk dalam perjalanan waktu, antara yang sebenarnya atau hanya
memanfaatkan. Semua akan jelas nanti, untuk saat ini , terimala saja. Dan aku
menerima cinta Pedro. Isiiiii cerpen itu, hmmmm. Santiago sialan, engkau
terlambat lima menit. Huhh. Mengapa? Semua anggapanku ternyata salah!!!!!!! Aku
selalu mengatakan bahwa Santiago tidak pernah memahami rasaku, ternyata aku
salah! Aku salah paham. Santiago sangat memahami rasaku. Dia ungkapkan melalui
cerpen itu. Kalimat pertama paragraph terakhir, itulah kalimat inti. Santiago,
sebenarnya sangat memahami rasa, dia mengerti banyak tentang cinta, aku salah
menganggapnya, aku kira dia tidak pernah paham tentang perasaan perempuan. Wooo,
dia bahkan memamhami lebih dari yang aku pahami, dia bahkan merasakan lebih
dari yang aku rasakan. Dalam cerpen itu bahkan dia memposisikan diri sebagai
diriku, dan dia mengisahkan perasaan seolah-olah aku yang menceritakannya. Hmmm,
aku aku keliru memahami itu. Dia bisa merasakan apa yang aku rasakan. Dia bisa
menceritakan perasaanku, berarti dia pahaam betul perasaanku, dia sangat
mengerti. Santiago aku mengagumi dirimu. Engkau bisa merasakan dua perasaan
sekaligus.
Aku mengerti sekarang, ternyata
Santiago sebenarnya, mengagumi diriku, dia hanya terjebak dalam statusnya, dan
dia sebenarnya orang yang sangat sulit untuk berbicara secara langsung, dan mengungkapkan
perasaanya secara spontan. Santiago adalah orang-orang yang terlahir dengan
bakat alam, dimana mengungkapakan perasaan melalui tulisan. Itu makanya, ia
mengirimkanku cerpen, ia ungkapkan rasanya melalui tulisan itu. Santiago, selama
ini hanya mencari cara, bagaimana harus mengatakkannya, sebab status dan
kepribadiannya. Ia bukan oran yang memiliki kepribadian yang berlainan, tetapi
ia seorng seniman, yang mengungkapkan perasaan melalui karya seni, yaitu
tulisan…
Namun engkau terlambat, inilah
kelemahan darimu. Santiago, aku sudah terlanjur mangiyakan Pedro, dan aku tidak
akan bisa mencabut lagi kata-kataku. Aku malu untuk menolaknya. Aku terlanjur,
andaikan dari dahulu sudah kau ungkapkan rasa itu, pasti kita sudah jadian, aku
tidak peduli dengan statusmu, walau teman-temanku selalu melarangku untuk tidak
mendekatimu, tetapi aku tidak bisa bohing dengan rasa ini, seperti dirimu tidak
dapat bohong dengan rasamu. Status bukan penghalang, cinta menembusinya, cinta
melampauinya.
Aku memang menjatuhkan air
mataku, lalu ku memuatnya dalam story WA-ku, aku lupa isinya secara pasti,
tetapi maksud story itu ialah, aku mencintai Santiago tetapi Santiago tidak
memahamiku, dan bersamaan dengan itu Pedro mencintaiku tetapi aku sulit
memahaminya. Apalah daya, itulah cinta. Tetapi
Santiago orangnya sangat fleksibel, dia menasihatiku untuk menerima Pedro dalam
hidupku, hargai Pedro sebab laki-laki butuh dihargai. Cinta antara sejati dan
manfaat itu semua akan jelas dalam perjalanan hubungan ke depannya. Dan aku
belajar untuk mencintai Pedro, apa adanya. Pedro mencintaiku, ia suka padaku,
ia menginginiku, ia mengagumiku dan ia berani mengungkapkanku. Dan aku berpikir
demikian, ia bisa ada di sampingku 24 jam sehari, sebab ia orang bebas, ia bisa
menemaniku kemanapun aku mau, sebab ia bisa melakukannya. Sebagian besar
hal-hal penting dalam hubungang percintaan bisa Pedro lakukan untukku jika
dibandingkan dengan Santiago. Namun bukan untuk membanding, tetapi aku
menyimpulkan bahwa Pedrolah lebih baik. Kami akan memulai bahtera cinta ini
bersama. Aku dan Pedro.
Beberapa hari kemudian barulah
aku paham, setelah Santiago menrevisi cerpennya, dan menambahkan kisah
selanjutnya atas persetujuanku. Barulah semua menjadi klir, jelas terang
benderang. Ini menjadi rahasiaku, aku tidak akan pernah bongkar semuanya dengan
siapapun. Hanya aku dan Santiago. Aku paham mengapa dia tidak mau mengungkapkan
perasaannya, pertama karena statusnya, kedua, kepribadiannya berbeda, yang
sulit untuk mengungkapkan rasanya secara langsun. Dan ketiga sebenarnya,
Santiago tahu bahwa Padro sangat menyukaiku, sebab mereka adalah kawan. Pedro,
Charly, dan Santiago adalah sahabat karib yang sangan akrab. Pedro memang tidak
pernah menceritakana kepada Santiago bahwa ia menyukaiku, tetapi Santiago tahu,
semuanya. Santiago bisa menebak perasaan Pedro. Yah, Santiago memilih untuk
mendiamkannya, sebab ia tahu ada orang yang lebih cocok untuk Brida. Dan dia
adalah Pedro. Santiago tidak akan mungkin mengecewakan Pedro dengan menggodaku,
sebab itu akan menjadi fatal. Huuuuh, itulah kisahku. Aku harus tetap menjalani
hubungan asmaraku denga Pedro, sebab sagat sulit untuk mengarapkan Santiago, ia
tidak akan mungkin merusak hubungan kami. karena ia memahami banyak hal. Tapi aku
akan bersahabat dengan Santiago dan mencari tahu mengapa ia bisa merasakan apa
yang aku rasakan, mengapa ia bisa merasakan apa yang Pedro rasakan. Siapa dia sebenarnya?
Sampai di sini teman-teman. Itulah
perjalannan cintaku..
Pedro Love Brida……..
Sabtu, 02-02-19
Hmmmm kren la...
BalasHapusthanks eee,,, tpi ini cpa ko? son ada nma ni?
Hapus