“Untukmu yg begitu dekat tetapi terhalang status”
Cerita
ini hanyalah fiktif belaka,
Mohon
maaf jika ada kesamaan rasa.
Santiago tak
pernah kehabisan kata untuk memuji dan memuja. Segala situasai selalu
menyenagkan. Deritapun dianggap komedi. Anda mungkin akan menganggapnya aneh,
karena memang Santiago sungguh aneh, sangat sulit memprediksikan apa yang dia
rasakan, apa yang dia pikirkan, dan apa yang dia kehendaki. Sebab hanya senyum
dan tawa yang dia ekspresikan? Percayakah anda Santiago sebahagia itu? Atau percayakah
kalau dia menderita? Akupun tak tahu? Santiago memang pribadi yang sangat unik.
Bagiku dia adalah berkat, sebab kisah hidupnya sangat menarik, cinta dan cinta
itulah yang dia kisahkan. Bukan cinta erotis, apalagi cinta filial, namun bukan
juga cinta agape. Bagi Santiago cinta itu gila (love is blind/ amor cekus). Ada alasan katanya, cinta itu gila
bukan supaya orang menjadi gila di hadapan cinta sehingga kebrutalan yang
datang darinya. Cinta itu buta agar, ia tidak bisa melihat kekurangan dan
kelemahan dari siapapun yang dia cintai. Dia menjadi buta di depan semua orang,
supaya dia bisa mencintai semua yang dia jumpai, apa yang dia hadaapi itulah
Santiago.
Entah mengapa? Ia menitipkan
tulisan ini padaku. Katanya ini soal perasaan. Ia memuja seorang lawan. Ini tulisan
Santiago, bukan untukku tentunya tetapi untuk seseorang yang sulit dia sebutkan
namanya.
Aku Santiago, untukmu… hey, kamu adalah
kamu, dan aku adalah aku. Kamu tidak akan bermetamorfosis menjadi aku,
begitupun aku tidak akan bermetamormofis menjadi kamu. Jikapun itu terjadi maka
kamu akan menjadi aku, dan aku akan menjadi kamu. Tetapi sejak kapan? Sejak
semula? Sejak kemarin? Tidak akan pernah terjadi! Kamu mungkin hanya bisa
meniru aku tetapi tidak akan pernah menjadi aku, akupun hanya bisa meniru kamu
tidak akan pernah menjadi kamu, dari dahulu sekarang dan akan datang, kamu adalah
kamu dan aku adalah aku. Kamu ada in se, otonom akupun ada in se, otonom, kamu dan
aku berbeda, beda dan beda. Tercipta dalam perbedaan. Ini bukan salahmu juga bukan salahku, bukan
salah Dia? Ini salah siapa..? tidak kepada siapa-siapa harus dipersalahkan. Ini
salah ada. Mengapa kita harus ada dan bukan tiada? Ada itulah yang membedakan
antara aku dan kau. Berbeda itu terkadang menyebalkan. Namun berbeda itu juga
menjadikan orang saling membutuhkan. Beda boleh menyakitkan, Akupun tak yakin
homogen bisa menyenangkan. Salju sewarna memang indah, tetapi bunga yang
berwarna-warni lebih indah. Homogenitas bagus, lebih bagus pluralitas. Dialektika
kehidupan terkomposisi antara canda dan tawa, antara bahagia dan susah, antara
derita dan gembira. Bukankah itu indah, mengayakan imaginasi, menggairahkan.
Kamu tak pernah ingin untuk dilahirkan, akupun demikian.
Aku teringat
dengan ungkapan Heiddeger, bahwa adanya kamu dan aku, serta spesies pada
umumnya adalah ada hasil keterlemparan, tanpa pernah diingini. Sehingga aku
sangat lemah, kamupun sangat lemah. Aku membutuhkan orang lain, kamu dan
siapapun, selalu mebutuhkan orang lain serta hidup bergantung pada orang lain. Bayangkan
jika aku dan kamu tidak memiliki seorang yang disebut ibu? Aku mungkin tiada,
kamupun pasti tiada. Mamusia adalah ens
sociale.
Terkadang
sebagai ens sociale, manusia kata
Hobbes, cendrung untuk saling mengalahkan (homo homini lupus), dengan tujuan
agar, seperti serigala yang ingin mendapatkan burun untuk diri sendiri. Darwin
justeru mempertegas, struggle of life,
melihat hidup adalah suatu perjuangan, perjuangan untuk hidup, survival for the fittes, yang kuat yang
bertahan. Memilukan spesies manusia jika masih banyak yang seperti ini. Apakah
kamu tercipta untuk mengalahkanku, apakah aku tercipta untuk mengalahkanmu. Tidak.
! apa kelanjutan cerita jika kamu menjadi tiada karena aku, atau aku menjadi
tiada karena kamu? Yang ada hanyalah kesepian. Kesepian. Kesendirian.
Kesendirian, dan matiiiiii.! Sartre boleh saja menuduh bahwa adanya kamu selalu
mengobyekan aku. Adaya aku selalu mengobyekan kamu. Jika kamu menjadi obyek
diriku, kamu ada dalam benakku, dipermainkan oleh diriku, dikontrol dan
diporakporandakan. Tidak mungkin! Benarkah manusia adalah neraka???
Aku hanya berpetualang
bersama Buber si Yahudi itu dan Levinas pengagumnya. Mereka orang-orang luhur
yang sangat menghargai kemanusiaan.
Ich-It, Ich-Du. Du bist alter ego. Hehehe, ini cuman permainan kecil. Yang
intinya bahwa kamu itu adalah aku yang lain. Aku adalah kamu yang lain. Aku
membutuhkanmu, seperti kamu membutuhkanku. Kamu tak dapat hidup tanpa diriku,
apalagi diriku tak bisa hidup tanpa dirimu. (
I can’t live without you). Ini sangat manis untuk diungkapkan. Sepasang
kekasih sering mengungkapkan ini. Sebab hanya aku dan engkau yang dapat
membentuk kita. Maukah kau menjadi kita dalam pelukkanku….?
Untukmu yang
berinisial (…...) Jujur, sejak kecil aku selalu tak paham, mengapa kamu begitu
menarik. Sejak kala itu, aku selalu mengagumimu walau tak kamu sadari. Aku
selalu bangga bisa mengenalmu. Senyuman manis yang sulit kutemukan di tempat
lain, itu hanya senyumanmu. This is from
my bottom of heart. Aku selalu
bangga mengetahuimu dicintai banyak orang, itu menandakan bahwa kamu manis,
sebab wanita itu seperti gula, semakin manis ia semakin banyak semut yang
mengerumuninya. Sadarlah, jangan cepat
terbuai dengan kata-kataku, dan jangan mencurigaiku bahwa aku sedang berusaha
menjadikan dirimu obyek pujianku. Tidak, aku tidak peduli akan penilaianmu, aku
hanya berusaha bersikap jujur, apa saja reaksimu, tanggapanmu, aku tetap
menghargainya. Sebab aku menghargai perjuangan kaum feminis. Mereka ingin
bebas, bebas dari obyektifikasi.
Aku selalu
bertanya, mengapa aku mengagummimu? Tak bisa dicernah melalui akal yang
terbatas ini. Mengapa aku selalu bertanya tentang kamu kepada siapa saja yang
menurutku dekat denganmu. ? tak peduli apa katamu. Ini terjadi secara alami
saja. Dan aku selalu yakin bahwa ini adalah tanda, tanda yang meberikan
petunjuk kemana arah yang tepat. Aku hanya membiarkannya terjadi seperti apa
adanya. Entah kamu sadar atau tidak, aku selalu mencarimu.. hehehe, hehehe. Dewasalah,
ini bukan permainan anak kecil lagi, aku tahu kamu paham semua ini,.
Hari-hari
berlalu, tak ada yang tahu, seperti apa dan bagaiamana. Semua hanya mengalir
begitu mengikuti waktu. Hingga tiba suatu malam yang sangat tidak kupahami,
mengapa aku bisa bertemu orang yang sangat aku kagumi. Dan dia berada sangat
dekat, dekat sekali bahkan jarak hampir tak ada. Sangat dekat. Aku sangat
gugup, yah gugup, buka karena aku tidak gentel. Tetapi aku tidak siap, aku
tidak yakin betapa seseorang yang sangat aku kagumi berada begitu dekat. Para
teolog katakan, ketika kita berada dekat dekat dengan orang kita tahu mencintai
kita. Kata-kata jadi tak mampu keluar dari mulutnya. Hanya mengagumi, kaget.
Yah malam itu. Jujur aku tak tahu harus berbicara apa, semua yang aku bicarakan
malam itu hanya pengalihan situasi saja. Andai kamu bisa melihat jauh ke dalam
hati, kamu akan tahu apa yang ada di sana. Bukan itu yang ingin aku katakan.
Ada sesuatu, tetapi tak mampu kuucapkan itu. Aku minta maaf, aku hanya tak
siap. Tetapi aku hanya yakin bahwa akan datang waktunya, ketika aku sudah siap,
ketika aku berani, dan aku akan mengatakannya. Tetapi akankah waktu yang akan
datang itu terlambat. Tidak, aku yakin tidak.
Entah seperti
apa perasaanmua ?????
hmmm, Santiago aku penasaran dengan kisahmu kata Pablo sahabat karibnya. Pablo terus mendesak Santiago untuk mengatakan kepada siapa tulisan ini harus dituju, supaya blog ini menjadi jelas. Santiago katakan andaikan saja dia yang kepada siapa tulisan ini kutuju bernama Brida..
hmmm, Santiago aku penasaran dengan kisahmu kata Pablo sahabat karibnya. Pablo terus mendesak Santiago untuk mengatakan kepada siapa tulisan ini harus dituju, supaya blog ini menjadi jelas. Santiago katakan andaikan saja dia yang kepada siapa tulisan ini kutuju bernama Brida..
Kupang,
09/02/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar