Minggu, 20 Februari 2022

Vivekanada

 

Vivekanada

Biografi:

            Swami Vivekananda terlahir dengan nama Narendra Nath Datta di Kalkuta India pada 12 Januari 1863, beragama Hindu. Ayahnya adalah seorang pengacara di pengadilan tinggi Kalkuta yang kemudian mewarisi pemikiran akademis progresif – liberal bagi Vivekananda, namun dari ibunya yang sangat taat terhadap agama Vivekananda belajar banyak menjadi seorang Hindu sejati dan terkenal dengan kekuatan pengendalian diri. Selama masa pendidikan Ia banyak belajar sejarah Eropa, filsafat Barat dan logika Barat serta seni rupa. Hingga mencapai gelar BA.

            Ia juga sangat dipengaruhi oleh gurunya yang bernama Ramakrishna lalu Ia mengikrarkan diri menjadi biksu dan memulai pengembaraanya. Vivekananda kemudian sangat terkenal di dunia Barat sebagai orang pertama yang memperkenalkan ajaran Hidu teristimewa Advaita-Vedanta. Ia lalu mengajar di berbagai tempat di Amerika Serikat maupun di Eropa.

Pemikiran :

a.       Semua Agama Benar

Vivekananda mengutip Gita “Siapapun yang datang kepada-Ku (Tuhan), dengan bentuk atau cara apapun (agama/keyakinan), Aku menjangkau mereka, semua berjuang melalui jalan-jalan yang pada akhirnya menghantar sampai kepada-Ku”. Bawasannya apapun agama dan cara berdoa menurut Vivekanada semua itu benar.

b.      Sumber Pengetahuan

Menurutnya ada dua sumber pengetahuan yakni sains dan veda. Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui indera. Sedangkan veda adalah apa yang diketahui melalui Yoga yang halus dan super-indrawi. Veda sering dikenal sebagai kumpulan syair-syair, dan ritual.

Hal Penting Untuk Dipelajari

            Saya menggarisbawahi satu hal dari ajaran Vivekananda ialah tentang semua agama itu benar dan bertujuan kepada satu Tuhan. Ini adalah ajaran yang inklusif, terbuka terhadap agama lain dan mengakui keberadaan agama lain dan manusia yang beragama pada dasarnya butuh penerimaan serta pengakuan tersebut. Dunia akan lebih baik jika ajaran ini diwujudkan.

Sumber Bacaan:

            Kevin Burns, Eastern Philosophy; The Greatest Thinkers and Sages from Ancient to Modern Times, (England : Arcturus Publishing Limited, 2006),  hlm.69-70

Minggu, 13 Februari 2022

Ki Ageng Suryomantaram

 

Ki Ageng Suryomantaram


Biografi :

    Nama lengkapnaya Gundoro Pangeran Suryomantaram. Anak dari Hamengkubuwono VII. Saat kecil ia didik secara baik dan agama didamping oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Namun beliau adalah orang yang cepat gelisa sebab pikirannya tajam. Lama tinggal di Malaysia. Pangeran ini lari dan jual kain sebab di Kraton Ia tidak pernah menemukan manusia sebab yang ia temukan hanyalah ambisi, persaingan, mesin, kereta, tidak ada manusia sejati. Ia lalu mengembara untuk mencari tentang siapa itu manusia.

    Sahabatnya ialah Ki Hajar Dewantara. Mereka membagi peran fokus pada pengajaran anak-anak dan orang tua.  Mengusul pembentukan militer ke PETA. Ia pernah menulis buku kecil berjudul Jimad Perang dan diberikan kepada Sukarno. Ia sering terlibat diskusi dengan Sukarno.

Pemekirannya :

a.      Enam “Sa”:

Sabutuhe (sebutuhnya)

Saperlune (seperlunya)

Sacukupe (secukupnya)

Sabenere (sesui dengan benar yang kamu yakinni)

Samesthine (semestinya)

Sakpenak’e (buat nyaman)

Hidup itu yang paling enak jangan berlebihan dan jangan berkekurangan, seimbang dan itulah yang akan menghantar anda pada kebahagiaan. Kelihatannya sederhana tetapi banyak orang tidak tahu takaran masing-masing, secukupnya itu berapa, seperlunya itu berapa ukurannya, nah ketidaksadaran akan hal inilah yang membuat orang kadang terlanjur serakah.

b.     Nalar “Rationalitas Reflektif”

Rationalitas reflektif lawan gaya pemikiran barat yang retionalitas egoistik hanya pentingkan logika mencari kebenaran hitam putih. Tetapi tingkat yang lebih tinggi adalah ratioanlitas akomodatif. Suryiomantaram saat berteori masih pada rationalitas reflektif.

c.      Aku merefleksikan maka aku ada

Setelah sekian lama mencari tentang manusia, suatu malam saat di tempat tidur bersama istrinya barulah ia temukan kesadaran bahwa “aku yang gelisah,, mencari tentang manusia selama ini, inilah aku”.  Aku bisa menemukan diriku setelah aku merefleksikan.

Tawuro Jiwo, pahami dirimu maka kamu akan memahami orang lain. Pahami gerak batinmu sendiri, apa yang membuat dirimu nyaman.

d.     Pelajarilah diri sendiri.

Sebelumnya ia sealu pergi ke luar mencari tentang siapa itu manuia, padahal manusia bisa ditemukan melalui pegenalan akan diri sendiri.

e.     Hiduplah Di Sini (Kedisinian dan kebeginian)

Terima hidup dengan lapang dada, apa adanya, tidak usa benci dan menolak kehidupan anda.

f.       Keinginan

Hidup disetir oleh keinginan. Hati adalah lokomotif atau sumber, sedangkan akal hanya untuk menjustifikasi. Jika aku memenuhi keinginan maka aku bahagia. Wujud keinginan ialah : Semat=kekayaan, kesenangan., Derajat=keluhuran, kebahagian,., Keramat=kekuasaan, kepercayaan, pujian (status sosial).

g.      Mulur-Mugrek

Kebahagiann sifatnya mulur, selalu menambah, tidak pernah cukup. Misalnya ketikda anda sudah sampai tapi masih terus mencari. Mestilah memahami bahwa kesengan dan kesusahan itu sementara. Maka jika anda memahami bahwa hidup itu mulur dan mugrek maka pamani bahwa orang lain juga seperti itu. Orang kaya, miskin, tua, muda dan lain-lain. Tidak perlu iri, sombong, sebab kita sama dan derajat kesamaan itu sama. Manusia itu sama di level rasa. Secara individual maka anda akan tentram.

h.     Sumber Neraka Dunia

Iri = merasa kalah terhadap orang lain, tanda anda lebih rendah dari orang lain.

Sombong = merasa menang dari orang lain,  lebih pintar, hebat.

Menyesal = yang lalu biarlah berlalu, diingat boleh tapi jangan terlalu disesalkan.

Kawatir = masa depan perlu disiapkan tetapi jangan terlalu kawatir.

Maka, HIDUPLAH MASA KINI.

Penutup:

            Ajaran Ki Ageng Suryio Mantararam. Perlulah mawas diri, pahami keinginan anda, target anda, lalu kontrollah keinginan anda, dan terakhir pembebasan keinginnan, jangan disetir oleh berbagai keinginanan anda sendiri. Filsafat, agama, moral, adalah ajaran yang mengontrol keinginan anda.

 

Catatan :

Tulisan ini adalah ringkasan dari Ngaji Filsafat : Ki Ageng Suryomentaram - Kawruh Begja. Ngaji Filsafat 106. Edisi Filsafat Kebahagiaan Bersama Dr. Fahruddin Faiz. Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta. 30 Maret 2016 via Youtub  (https://youtu.be/jN52p043st0).

                                                                                                    jogja, senin 14/02/22

                                                                                                                Oleh : Sintus Bezy

 

Soepomo, Negara Integralistik

 

SOEPOMO TENTANG NEGARA INTEGRALISTIK

            Para founding father bangsa Indonesia berdiskusi pada sindang BPUPKI tentang model negara baru setelah merdeka nanti. Salah satu peserta panitia tersebut ialah Soepomo yang menawarkan konsep negara Integralistik. Prof. Mr. Dr. Soepomo tentu adalah seorang tokoh terkemuka pada masa-masa menjelang kemerdekaan Indonesia. Beliau bergelut di bidang ilmu politik dan hukum adat, dan menjadi orang berpengaruh lahirnya UUD 1945.

            Konsep negara Integralistik menurut Soepomo ialah bahwa tidak ada pemisahan antara negara dan masyarakat, semata dilihat sebagai suatu keluarga dimana kepala negara adalah bapaknya dan masyarakat adalah anak-anaknya. hal ini tentu membawa manfaat bagi masyrakat, sebagai sesama anak-anak tentu saling mendukung, walaupun terlibat percecokan namun akan didamaikan lagi sehingga terhindar dari konflik antara golongan, suku, ras dan agama sebab semuanya adalah anak. Walaupun kemudian teori ini dikritik sebab pandangan tersebut bisa melahirkan fasisme. Menurut para ahli, pada era Orde Baru justru terlihat jelas bagaiaman negara integralistik dijalankan.  Tapi bagi saya secara pribadi sangat mengagumi gaya berpikir dan analogi yang dilahirkan dari seorang Soepomo.

            Saat ini negara Indonesia menganut sistem demokrasi dengan hukum sebagai panglimanya. Demokrasi tentu bukan sistem pemerintahan yang paling sempurna tetapi demokrasi yang paling baik dari antara semua yang buruk. Konsep negara Integralistik dalam berbagai bidang sangat baik tetapi malah mengabaikan banyak hak-hak dasar/asasi manusia. Pada zaman Soeharto, bangsa Indonesia sangat menderita. Sebagai suatu pemikiran tentu bagi saya konsep negara interalistik tetap mesti diajarkan sebab darinya kita masih menemukan kekayaan filsofis seperti gotong royong, kekeluargaan yang adalah kekhasan kita orang Indonesia.

 

Sumber Bacaan:

1.       Daniel Hutagalung, Menapaki Jejak-jejak Soepomo Mengenai Negara Indonesia, journal Hukum, Jentera Vol. 3, 10 Oktober 2005, pdf., melalui website https://www.researchgate.net/publication/290996689_Menapaki_Jejak-Jejak_Pemikiran_Soepomo_Mengenai_Negara_Indonesia.

2.       Darji Darmodihardjo, Cita Negara Integralistik Indonesia Dalam UUD 1945, pdf.

3.       https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/23/143025669/teori-integralistik-menurut-soepomo

           

Sabtu, 12 Februari 2022

Sejarah Suku Poso'

 

Sejarah Suku Poso'.

-Warukia- maronggela.

Beberapa waktu lalu saya sempat menulis tentang etimologi nama Maronggela. Lalu saya positngkan itu ke FB saya. Dari berbagai coment, ada yang meminta untuk menulis tentang asal-usul orang Maronggela. Namun untuk mengetahuinya, saya akui bahwa mesti digali dari tua-tua adat yang menurut saya masih ingat akan cerita leluhur tentang dari mana orang Maronggela berasal. Dan saya belum menggali banyak informasi dari mereka. Tapi syukurlah saya temukan informasi dari sumber lain, dan darinya saya bagikan kepada saudara sekalian, sekedar untuk didiskusikan, tambahan dan masuka dari anda sealian yang sempat membaca ini sangat saya harapkan agar kita sampai ke suatu informasi dan pengetahuan yang akurat.

Sekilas kampung lama Warukia, terbentuk dari dua suku yatu suku Poso’  dan suku Retas. Berikut ini adalah asal-usul penghuni suku Poso’. Suku Poso’ merupakan suku berasal dari Gowa di Sulawesi, karena perang mereka mengungsi ke Flores dan menetap di kampung Poso’. Pasangan keluarga itu adalah Bapak Ndeze’ dan Mama Lenang. Setelah Ndeze’ dan Lenang sampai di daerah Poso’ mereka membuka ladang serta membuat perkampungan bersama keluarganya. Beberapa tahun kemudian lahirlah seorang anak laki-laki dari keturunan Bapak Ndeze’ yang diberi nama Pu’un. Setelah beranjak dewasa, Pu’un meminang seorang anak perempuan yang berasal dari kampung Namut. Perempuan tersebut adalah anak dari Dalu Namut. Seperti orang berbudaya lainnya, mereka juga  melewati acara pernikahan berdasarkan adat suku Poso’. Lalu perempuan tersebut dibawah ke rumah sang suami di kampung Poso’. Kehidupan keluarga tersebut tidak berlangsung lama. Beberapa waktu setelah perkawinan terjadi perselisihan  yang menjadi awal dan penyebab bergabungnya suku Poso’ dengan beberapa suku lainnya seperti Retas sehingga membentuk Warukia.

        

         Ada beberapa peninggalan di Suku Poso' yaitu:

   1. Watu Landor: watu landor merupakan sebuah “batu loncat” yang digunakan oleh penghuni suku Poso' untuk menentukan layak tidaknya seorang laki-laki dan perempuan beranjak ke perkawinan. Watu Landor terdiri dari tiga batu yang memiliki fungsi yang berbeda-beda.  Terdapat sat batu yang  paling tinggi kira-kira 1,5 meter yang akan dilompati oleh laki-laki dan batu yang berukuran sedang kira-kira 1 meter untuk dilompati oleh perempuan sedangkan batu yang paling kecil digunakan untuk melakukan acara adat potong gigi (Rosong Ngis).

    2. Gumbang Zuma; merupakan situs bersejarah peninggalan Suku Poso' yang diwariskan untuk suku Warukia. Suku Poso' membuat Gumbang Zuma' dengan alasan bahwa secara geografis warga Suku Poso'  hidup di atas puncak gunung Poso' yang dipimpin oleh Gelarang Poso'. Mereka mengeluh akan susahnya mendapat air minum dimana tempat tersebut benar-benar tidak terdapat mata air.  Warga suku Poso' berhasil membuat dua buah lubang batu dengan dilengkapi  tutupan dan alu yang digunakan untuk mengetuk dasar lubang pada saat meminta air hujan kepada leluhur. Lubang pertama diberi nama Gumbang Zuma' Wina  (Gumbang Zuma' Perempuan)  yang digunakan warga Suku Poso' untuk cuci dan mandi. Lubang kedua diberi nama Gumbang Zuma Rana (Gumbang Zuma Laki-lak)i yang digunakan untuk keperluan minum.

          UNTUK DIDISKUSIKAN, MASUKAN DAN TAMBAHAN SANGAT SAYA HARAPKAN.

Catatan :

Tulisan ini saya dapatkan dan sadur bebas dari buku kenangan yang ditulis oleh masahiswa dari Universitas Negri Sebelas Maret Solo. dengan judul Mronggela Miniatur  Surga Di Timur Indonesia.

 

Minggu, 06 Februari 2022

Siapa Itu Orang Maronggela

Tentang Maronggela : Siapa Itu Orang Maronggela ?     

 Saya berpikir sebelum sampai pada refleksi arti nama mestinya mengetahui siapa itu Orang Maronggela. Hal ini mau menjawabi pertanyaan tentang apakah Orang Maronggela itu hanyalah merujuk kepada mereka yang lahir, dibesarkan dan hidup di kampung Maronggela ataukah menyangkut juga mereka yang berdomisili di Maronggela dan mengikuti berbagai praktik kebudayaan Maronggela.

          Kampung Maronggela atau Wolomeze adalah dampak dari transmigrasi lokal yang sebelumnya bertempat di kampung lama Warukia. Alasan utama transmigrasi lokal yang dilakukan antara lain kesulitan air, jarangnya bahan pangan yang sulit didapatkan dan juga jauhnya jarak dari pemerintahan kabupaten.  Sejak pembentukan desa Warukia disaat zaman penjajahan Belanda, ada dua orang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin adat. Salah satunya sebagai pemimpin dalam bidang pertanian (Dor Tanak) dan berburu (Dor Zat). Selain pemimpin adat, Desa Warukia juga dipimpin oleh pemimpin Desa atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Kepala Desa.

Perpindahan masyarakat beserta fasilitas desa dari kampung lama Warukia ke desa Maronggela/Wolomeze terjadi tiga gelombang. Gelombang pertama dilaksanakan pada tahun 1985, sebagian besar masyarakat dan SDK Warukia berpindah ke kampung Maronggela. Selanjutnya gelombang kedua pada tahun 1986 Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Fatimah Warukia dipindahkan juga ke desa Maronggela/Wolomeze.  Dan terakhir pada gelombang ketiga Gereja Paroki dipindahkan pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1988 dengan ini menutup transmigrasi lokal yang dilakukan oleh masyarakat Warukia.

Saat ini Maronggela sudah menjadi satu perkampungan dampak dari transmigrasi lokal yang sebelumnya bertempat di kampung lama Warukia di mana Suku Warukia itu sendiri adalah gabungan dari Suku Retas dan Suku Poso’ yang membentuk satu suku besar disebut Warukia. Dari fakta ini maka penulis menyatakan bahwa berbicara tentang Maronggela secara kebudayaan sama dengan berbicara tentang Warukia………….. (open diskusi)

#budayamaronggela

#sintuzbezy.blogspot.com

Bersambung

 



[1]  Tulisan ini saya dapatkan dari buku kenangan  mahasiswa dari UNS yang pernah ber-KKN di Maronggela dan desa sekitarnya. Judl buku tersebut adalah Maronggela, Miniatur Surga di Timur Indonesia.

Rabu, 02 Februari 2022

Dangal

Dangal

     Jika bertanya kepada saya tentang kategori film apa yang paling saya sukai, saya akan menjawab film India. Film India biasanya sederhana dan selalu diangkat dari kisah nyata yang menginspirasi banyak orang untuk berjuang, bangkit dari keterpurukan, serta tidak sombong dengan kesuksesan. Tentu hal-hal tersebut sangat berkaitan dengan kenyataan hidup sehari-hari. Film India sarat makna filosofisnya.

Anda mungkin sangat akrab dengan tokoh-tokoh popular (para aktor) seperti Sharu Khan tetapi juga Amir Khan dan yang lainnya. Malam ini kami di Biara OCD Jogja ‘nobar’ (nonto bareng) salah satu film India yang dirilis sejak tahun 2016. Film tersebut berjudul Dangal dengan pemeran utamanya adalah Amir Khan, Fatima Sana Shaikh, Sanya Malhotra dan beberapa lainnya. Amir Khan yang berperan sebagai bapak seorang pelatih gulat menginginkan kedua putrinya memenangkan pertarungan gulat di kancah International dengan meraih medali emas.

Kisah film ini sangat menarik, sebab dalam perjalanan untuk meraih medali emas ternyta putrinya mengalami banyak rintangan, muali dari diijek oleh teman-temannya, ditertawakan oleh warga sekampung, hingga dipengaruhi ke arah yang negatif serta berbagai kecurangan lainnya. Tetapi, berkat usaha bapak tersebut yang ingin sekali agar anaknya harus sukses, akhirnya berhasil. Si putri pegulat ini mendapatkan medali emas impian ayahnya dan juga tentu keinginan dirinya yang membawa efek besar bagi bangsa India.

Setelah usai nonton saya coba men’googling’ untuk sekedar menemukan informasi tambahan tentang film bersangkutan, ternyata dugaan saya tepat bahwa film itu diangkat dari kisah nyata perjuangan  seorang pegulat putri pertama India yang bernama Geeta Phogat hingga berhasil meraih medali emas pertama untuk India dalam ajang Commonwealth Games pada tahun 2010. Tentu kisah dalam film bukanlah gambaran 100 persen kehidupan Geeta, tetapi kisah teresbut menampilkan semangat usaha keras, kerja keras, menantang arus, mimpi besar, bangkit kembali setelah gagal dan jadi pemenang. Sebab “jika sejarah ditulis oleh pemenang maka hanya pemenang yang akan selalu diingat” kata Mahavir Singh,

Sayapun merenungkan nilai-nilai bagus ini bagi perkembangan kehidupan saya dan siapa saja di luar sana. Bahwasannya siapapun kita, apapun profesi dan pekerjaan kita, lakukan yang terbaik anggaplah dunia ini sebagai tempat bertarung dan anda adalah petarungnya. Anda bukan petarung yang curang tetapi anda seorang jagoan yang berani berjuang hingga mencapai medali kebahagiaan. “Do the best you can and the Lord will do the rest!”

Jogja, Rabu 02022022

Sintuz Bezy.

 

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...