Minggu, 03 Maret 2024

Perihal Hidup

 Perihal Hidup:

Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD). Suatu pekerjaan yang mulia demi bangsa dan tanah air. Kata- kata Mgr. Soegijapranata, SJ benar menginspirasi, bawasannya 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia. Kalimat ini mirip dengan suatu ungkapan Latin "Pro Ecclesia et Patria" Demi Gereja dan negara, dan aku mengabdi untuk negara, mengawal pemilu di desaku dengan baik semampuku.

Politik Nasional tahun ini riuh dengan bermacam dinamika dan kontroversinya. Petahana menyatakan itu strategi, oposisi justru melihatnya sebagai cacat konstitusi, dan cendekiawan mengkritisi semua itu. Jokowi selaku presiden kita, mengintervensi MK agar bisa meloloskan anaknya menjadi wakil dari Prabowo. Pasangan ini kemudian menjadi rival dari Ganjar-Mahfud usungan PDIP dan Anis-Caimin usungan Nasdem serta beberapa parpol lainnya. Kampus-kampus resah dengan fenomena politik ini, bagi mereka telah terjadi dan dipertontonkan kepada masyarakat suatu pelanggaran etika dan moral oleh para elit. Politisi nasional bahkan menganalisa bahwa, King Maker dari politik tahun-tahun ini adalah Pak Jokowi. Beliau haus kekuasaan, ingin jadi presiden 3 periode, ingin memperpanjang masa jabatan, dan ingin tunda pemilu. Nasional ribut.!

Saya menikmati pertengkaran elit-elit ini dan terbawa dengan situasi yang tanpa arah. Yah tanpa arah. Saya memikirkan hanya tentang kehidupannku. Apa yang bisa saya lakukan dalam situasi dan konteks seperti ini. Saya jadi penyelenggar di desaku. Cerita singkat sebagai penyelenggara ini berakhir seminggu setelah tanggal 14-02-2024, hari pemilu. (Pemilihan presiden dan wapres, DPRRI, DPD, DPRD I, DPRD II). Dalam setahun ini saya belajar untuk bertanggung-jawab terhadap negara melalui tugasku. Saya masuk dalam system, berkolaborasi dengan teman-teman penyelenggara teknis di tingkat desa, mulai dari PPS, KPPS, Pantarlih, bahkan PPK, serta sesama pengawas, Panwascam, PKD lainnya, dan PTPS. Kisah yang menarik untuk dilukiskan dalam kata.

Persetan dengan politisi nasional. Persetan dengan chaos yang sedang terjadi. Persetan dengan isu-isu politik yang memecah belah masyarakat bawah. Usai kontestasi ini, para elit bersilahturahmi, saling maaf-maafan untuk dapat kue kekuasaan, sedang masyarakat bawah bertikai demi ideologi yang mereka anut, demi politisi yang mereka jagokan. Hey, ingatlah, politik nasional tanpa arah, jangan terlalu fanatik terhadap sesuatu yang tidak permanen, yang bisa berubah. Sebab dalam politik tidak ada yang abadi, selain kepentingan. Masyarakat bawah, orang yang anda benci hari ini mungkin akan menjadi orang yang sangat kamu butuhkan suatu waktu, sebaliknya yang kamu jagokan mungkin akan jadi musuhmu setelah kepentingan berubah... Nikmati tanpa harus terbawa arus... Hehehe...

Untunglah di sela-sela kesibukan sebagai penyelenggara, saya tetap menyisihkan waktu untuk tugas-tugasku yang lain dan tidak kalah penting. Kerja setiap hari tanpa henti, dan itulah semangatku. Memang bukan hidup untuk kerja, tetapi kerja untuk hidup. Dengan filosofi ini, saya menikmati kerja-kerjaku, seberat apapun itu, selalu ada harapan bahwa semuanya pasti membuahkan hasil yang baik, saya mendapatkan upah yang pantas, dan saya menikmati.

Pesan sederhana yang sering saya renungkan. Kalimat ini saya dengar pertama kali dari Padre Remigius, OCD beliu katakan: "Do the best you can, and the Lord will do the rest", kerjakan sebaik mungkin yang kamu bisa, Tuhan akan menyempurnakan. Inilah tanda orang beriman, bawasannya selalu ada Tuhan yang memberkati, selalu ada diriku yang bekerja keras, dan selalu ada orang lain yang mendukung maupun sebaliknya. 

     Daripada pusing dengan politik, mending sibuklah menata hidup, siapa tau perubahan di tingkat atas mulai dari kita di bawah. 


That.'s life.


Maronggela, Senin 4/3/24

bezy_sintuz

Jumat, 10 Maret 2023

Miniatur Surga Dari Ufuk Timur

 

“ M a r o n g g e l a ”

 Miniatur Surga Dari Ujung Timur Indonesia

Tentang Maronggela :   

Kampung Maronggela adalah dampak dari transmigrasi lokal atau translokasi  yang sebelumnya bertempat di kampung lama Warukia. Alasan utama terjadinya transmigrasi ini antara lain disebabkan oleh kesulitan air minum,  susahnya tumbuh bahan makanan, dan juga jauhnya jarak dari pemerintahan kabupaten. Tetapi dibalik itu semua lebih pada alasan politik. Warukia yang berada di dataran tinggi meski berpindah ke lembah Maronggela.

 Sejak pembentukan desa Warukia disaat zaman penjajahan Belanda, ada dua orang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin adat. Salah satunya sebagai pemimpin dalam bidang pertanian (Dor Tanak) dan pemimpin dalam urusan berburu (Dor Zat). Selain pemimpin adat, Desa Warukia juga dipimpin oleh pemimpin Desa (Dalu) atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Kepala Desa.

Perpindahan masyarakat beserta fasilitas desa dari kampung lama Warukia ke desa Maronggela/Wolomeze terjadi tiga gelombang. Gelombang pertama dilaksanakan pada tahun 1985, sebagian besar masyarakat dan SDK Warukia berpindah ke kampung Maronggela. Selanjutnya gelombang kedua pada tahun 1986 Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Fatimah Warukia dipindahkan juga ke desa Maronggela/Wolomeze.  Dan terakhir pada gelombang ketiga Gereja Paroki dipindahkan pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1988 dengan ini menutup transmigrasi lokal yang dilakukan oleh masyarakat Warukia.

Sejak saat ini Maronggela sudah menjadi satu perkampungan legal dengan system pemerintahan yang baik namun tidak menghilangkan unsur budaya. Suku Warukia itu sendiri sebenarnya adalah komposisi/gabungan dari dua anak suku yakni Suku Retas dan Suku Poso’.  Terbentukknya Warukia dan Maronggela saat ini meleburkan masyarakatnya menjadi satu. Sekat antara suku Poso’ yang dilambangkan dengan “Lalung” (ayam jantan) dan suku Retas dengan lambing “Nepang” (Naga) hilang. Gotong royong menjadi semboyan yang merasuki setiap jiwa baik dalam pemahaman maupun pada karya nyata.

 

Miniatur Surga Dari Ujung Timur Indonesia

Selaian kaya akan cerita masa lalu, Maronggela juga dianugerahi berjuta pesona alam, sebagian adalah warisan kreasi budaya leluhur, selebihnya adalah ciptaan Tuhan.  Orang-orang  menjulukinya “hidden paradise”. Surga tersembunyi. Perpaduan antara masyarakat pedesaan yang masih memelihara budaya lokal serta ribuan bukit-bukit kecil menyejukkan mata, menjadikan Maronggela tak ada duanya.  Siapa saja yang sempat bersinggah ke Maronggela akan susah melupakan senyuman ramah warga setempat dan pesona indah “bukit teletubies”.

Keindahan ini butuh dilestarikan. Kesadaran warga meski tetap diasah sehingga “sense of belonging” atau rasa memiliki terhadap budaya dan pesona alam ini tidak pudar tergerus oleh kemajuan dunia. Lipa Tala’ (kain adat Maronggela), Sape (tas adat Maronggela), Selempang (syal adat) adalah busana khas yang tidak tergantikan. Busana tersebut memmperkenalkan siapa itu orang Maronggela. Bukit teletubies kebanggaan warga mestinya juga menjadi kebanggan wisatawan.

Maronggela cocok sekali sebagai tujuan pelancong Mancanegara ataupun wisatawan lokal pencinta alam, pemburu senja, sebab dari Maronggela, dari kisah-kisah masa lalunya, dari bukit teletubiesnya orang akan belajar suatu filosfi kehidupan bahwasannya, walau kecil, terlupakan namun tetap melajit, menunjukan kebolehannya. Filosofi bulu ketek “tetap melejit walau terjepit.

 

Penulis           : Krisantus Yustus

Fotografer      : Ennong Gimbal

                                                                                                                                  

 

 

Minggu, 16 Oktober 2022

Ketua Terpilih

 

Ketua Terpilih


Pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2022 kami mengadakan pertemuan OMK tingkat paroki, dalam rangka reorganisir kepengurusan. Saya terpilih menjadi ketua OMK Parma periode 2022-2025, menggantikan pendahulu saya Pak Silvester Ghalo yang baru saja menikah. Tentu pemilihan terjadi sesuai prosedural demokratis yang berlaku di republik ini, bukti bahwa kami 100% Katolik dan 100% Indonesua. Dari 5 calon yang ditawarkan oleh Pastor Paroki dan Pastor Rekan (RD Anis dan RD Engky) yakni Ornes Geli, John Salu, Fredi Ngoba, Dian Reku dan saya sendiri Sintus Bezy. Saya menduduki urutan pertama. Terpilihnya saya bukanlah sebagai suatu kehebatan, tetapi ini semata adalah kepercayaan teman-teman OMK Parma.

Usai pembacaan hasil, MC memberikan kesempatan kepada ketua terpilih untuk mengungkapkan sepatah kata. Yang saya katakan adalah ucapan terima kasih atas kepercayaan teman-teman OMK dan harapan agar bisa bekerja sama ke depannya. Bagi saya menjadi ketua OMK bukanlah hal yang perlu ditakuti, tetapi adalah sesuatu jabatan religius yang perlu diterima dan dilakukan secara baik. Saya tidak pernah takut dan ragu untuk menjadi apapun selagi hal tersebut bisa saya lakukan. Menjadi ketua OMK malah lebih baik lagi sebab saya tentu tidak berjalan sendirian namun tetap dalam sebuah team kerja. Teman-teman saya semua sangat loyal dan siap bekerja serta "orang-orang hebat". Sebab satu alasan sederhana saja yang kami percaya, untuk Tuhan dan sesama, berilah yang terbaik. Entah itu, waktu, ide/gagasan, finansial dan apapun itu, "Do the best you can, and the Lord will do the rest".

Teman-teman OMK, para pendamping serta RD Moderator sendiri menaruh harapan besar di atas pundak kami pengurus baru. Maka langkah konkreat yang mesti dilakukan dalam waktu dekat adalah RKTL agar bisa menyusun program kerja yang baik. Saya gembira sebab rekan kerja saya adalah teman-teman yang sangat kooperatif dan siap mengawal OMK Parma ini ke masa depan yang cerah. Perubahan mesti ada, dan semangat anak muda juga tertampak.

            Akhhirnya, Salam Orang Muda.

 Catatan :

            Senin, 17 Oktober 2022 pagi hari ketika di luar rumah sedang hujan.

Suatu Pagi

 

Suatu Pagi

          Kisahnya bermula dari sini. Sautu pagi saya ditelpon oleh ibu Idak, saat itu saya sedang bekerja di ladang. Ibu Idak menanyakan kepada saya apakah bersedia untuk tugas yang akan dipercayakan kepada saya? Saya sendiri belum mengetahui apa tugas tersebut. Pada dasarnya saya tidak pernah berkata "tidak" untuk sesuatu yang belum pernah saya coba, apalagi ini adalah hal baru dan tentu Ibu Idak tahu bahwa tugas itu pasti bisa saya lakukan. Dan ternyata itu adalah tawaran untuk menjadi seorang tutor (guru) bahasa Inggris di SDK Warukia.

          Setelah saya mengundurkan diri dari ordo OCD pada bulan Maret lalu, saya memang benar-benar pulang kampung dan belum tertarik untuk bekerja di instansi manapun. Saya ingin bebas untuk sementara waktu. Maka bertani adalah pilihan yang tepat. Menjadi petani, saya tidak diatur oleh siapapun, kapan memulai pekerjaanpun tergantung pada diri saya. Kebebasan dalam hal mengatur waktu, itulah prinsip pertama yang saya inginkan. Alasan saya sederhana, sebab saya sebelumnya terikat dengan aturan waktu biara yang begitu ketat. Saya ingin bebas untuk sementara waktu. Itu saja sih.. hehehe

          Ternyata Ibu Idak dimintai bantuannya oleh ibu Kepala Sekolah SDK Warukia yang sangat saya hormati (Ibu Kory) untuk menelpon saya dan menanyakan kesediaan saya  menjadi guru bahasa Inggris. Ibu kepsek sudah ke rumah saya pagi itu, cumun tidak sempat bertemu, saya telah terlebih dahulu ke kebun. Setelah bicara panjang  via telpon, sayapun bersedia menerima tawaran tersebut dan esok harinya mesti ke sekolah untuk membicarakan hal-hal teknis lanjutan.

          Keesokan harinya, saya ke sekeloh SDK Warukia dan berjumpa langsung dengan ibu Kepala Sekolah. Kami bicarakan hal-hal tersebut. Saya bersedia untuk membagi ilmu bahasa Inggris dengan adik-adik SDK Warukia. Tentang roster sayapun akan mengajar pada hari Senin dan Rabu. Sejauh ini, tugas mengajar tersebut saya lakukan dengan baik, meski beberapa hari lain mesti ditukar karena alasan-alasan mendadak. Intinya, menjadi guru itu menyenangkan....

 

Senin, 17 Oktober 2022, pagi hari ketika sedang menunggu hujan redah...

Minggu, 20 Februari 2022

Vivekanada

 

Vivekanada

Biografi:

            Swami Vivekananda terlahir dengan nama Narendra Nath Datta di Kalkuta India pada 12 Januari 1863, beragama Hindu. Ayahnya adalah seorang pengacara di pengadilan tinggi Kalkuta yang kemudian mewarisi pemikiran akademis progresif – liberal bagi Vivekananda, namun dari ibunya yang sangat taat terhadap agama Vivekananda belajar banyak menjadi seorang Hindu sejati dan terkenal dengan kekuatan pengendalian diri. Selama masa pendidikan Ia banyak belajar sejarah Eropa, filsafat Barat dan logika Barat serta seni rupa. Hingga mencapai gelar BA.

            Ia juga sangat dipengaruhi oleh gurunya yang bernama Ramakrishna lalu Ia mengikrarkan diri menjadi biksu dan memulai pengembaraanya. Vivekananda kemudian sangat terkenal di dunia Barat sebagai orang pertama yang memperkenalkan ajaran Hidu teristimewa Advaita-Vedanta. Ia lalu mengajar di berbagai tempat di Amerika Serikat maupun di Eropa.

Pemikiran :

a.       Semua Agama Benar

Vivekananda mengutip Gita “Siapapun yang datang kepada-Ku (Tuhan), dengan bentuk atau cara apapun (agama/keyakinan), Aku menjangkau mereka, semua berjuang melalui jalan-jalan yang pada akhirnya menghantar sampai kepada-Ku”. Bawasannya apapun agama dan cara berdoa menurut Vivekanada semua itu benar.

b.      Sumber Pengetahuan

Menurutnya ada dua sumber pengetahuan yakni sains dan veda. Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui indera. Sedangkan veda adalah apa yang diketahui melalui Yoga yang halus dan super-indrawi. Veda sering dikenal sebagai kumpulan syair-syair, dan ritual.

Hal Penting Untuk Dipelajari

            Saya menggarisbawahi satu hal dari ajaran Vivekananda ialah tentang semua agama itu benar dan bertujuan kepada satu Tuhan. Ini adalah ajaran yang inklusif, terbuka terhadap agama lain dan mengakui keberadaan agama lain dan manusia yang beragama pada dasarnya butuh penerimaan serta pengakuan tersebut. Dunia akan lebih baik jika ajaran ini diwujudkan.

Sumber Bacaan:

            Kevin Burns, Eastern Philosophy; The Greatest Thinkers and Sages from Ancient to Modern Times, (England : Arcturus Publishing Limited, 2006),  hlm.69-70

Minggu, 13 Februari 2022

Ki Ageng Suryomantaram

 

Ki Ageng Suryomantaram


Biografi :

    Nama lengkapnaya Gundoro Pangeran Suryomantaram. Anak dari Hamengkubuwono VII. Saat kecil ia didik secara baik dan agama didamping oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Namun beliau adalah orang yang cepat gelisa sebab pikirannya tajam. Lama tinggal di Malaysia. Pangeran ini lari dan jual kain sebab di Kraton Ia tidak pernah menemukan manusia sebab yang ia temukan hanyalah ambisi, persaingan, mesin, kereta, tidak ada manusia sejati. Ia lalu mengembara untuk mencari tentang siapa itu manusia.

    Sahabatnya ialah Ki Hajar Dewantara. Mereka membagi peran fokus pada pengajaran anak-anak dan orang tua.  Mengusul pembentukan militer ke PETA. Ia pernah menulis buku kecil berjudul Jimad Perang dan diberikan kepada Sukarno. Ia sering terlibat diskusi dengan Sukarno.

Pemekirannya :

a.      Enam “Sa”:

Sabutuhe (sebutuhnya)

Saperlune (seperlunya)

Sacukupe (secukupnya)

Sabenere (sesui dengan benar yang kamu yakinni)

Samesthine (semestinya)

Sakpenak’e (buat nyaman)

Hidup itu yang paling enak jangan berlebihan dan jangan berkekurangan, seimbang dan itulah yang akan menghantar anda pada kebahagiaan. Kelihatannya sederhana tetapi banyak orang tidak tahu takaran masing-masing, secukupnya itu berapa, seperlunya itu berapa ukurannya, nah ketidaksadaran akan hal inilah yang membuat orang kadang terlanjur serakah.

b.     Nalar “Rationalitas Reflektif”

Rationalitas reflektif lawan gaya pemikiran barat yang retionalitas egoistik hanya pentingkan logika mencari kebenaran hitam putih. Tetapi tingkat yang lebih tinggi adalah ratioanlitas akomodatif. Suryiomantaram saat berteori masih pada rationalitas reflektif.

c.      Aku merefleksikan maka aku ada

Setelah sekian lama mencari tentang manusia, suatu malam saat di tempat tidur bersama istrinya barulah ia temukan kesadaran bahwa “aku yang gelisah,, mencari tentang manusia selama ini, inilah aku”.  Aku bisa menemukan diriku setelah aku merefleksikan.

Tawuro Jiwo, pahami dirimu maka kamu akan memahami orang lain. Pahami gerak batinmu sendiri, apa yang membuat dirimu nyaman.

d.     Pelajarilah diri sendiri.

Sebelumnya ia sealu pergi ke luar mencari tentang siapa itu manuia, padahal manusia bisa ditemukan melalui pegenalan akan diri sendiri.

e.     Hiduplah Di Sini (Kedisinian dan kebeginian)

Terima hidup dengan lapang dada, apa adanya, tidak usa benci dan menolak kehidupan anda.

f.       Keinginan

Hidup disetir oleh keinginan. Hati adalah lokomotif atau sumber, sedangkan akal hanya untuk menjustifikasi. Jika aku memenuhi keinginan maka aku bahagia. Wujud keinginan ialah : Semat=kekayaan, kesenangan., Derajat=keluhuran, kebahagian,., Keramat=kekuasaan, kepercayaan, pujian (status sosial).

g.      Mulur-Mugrek

Kebahagiann sifatnya mulur, selalu menambah, tidak pernah cukup. Misalnya ketikda anda sudah sampai tapi masih terus mencari. Mestilah memahami bahwa kesengan dan kesusahan itu sementara. Maka jika anda memahami bahwa hidup itu mulur dan mugrek maka pamani bahwa orang lain juga seperti itu. Orang kaya, miskin, tua, muda dan lain-lain. Tidak perlu iri, sombong, sebab kita sama dan derajat kesamaan itu sama. Manusia itu sama di level rasa. Secara individual maka anda akan tentram.

h.     Sumber Neraka Dunia

Iri = merasa kalah terhadap orang lain, tanda anda lebih rendah dari orang lain.

Sombong = merasa menang dari orang lain,  lebih pintar, hebat.

Menyesal = yang lalu biarlah berlalu, diingat boleh tapi jangan terlalu disesalkan.

Kawatir = masa depan perlu disiapkan tetapi jangan terlalu kawatir.

Maka, HIDUPLAH MASA KINI.

Penutup:

            Ajaran Ki Ageng Suryio Mantararam. Perlulah mawas diri, pahami keinginan anda, target anda, lalu kontrollah keinginan anda, dan terakhir pembebasan keinginnan, jangan disetir oleh berbagai keinginanan anda sendiri. Filsafat, agama, moral, adalah ajaran yang mengontrol keinginan anda.

 

Catatan :

Tulisan ini adalah ringkasan dari Ngaji Filsafat : Ki Ageng Suryomentaram - Kawruh Begja. Ngaji Filsafat 106. Edisi Filsafat Kebahagiaan Bersama Dr. Fahruddin Faiz. Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta. 30 Maret 2016 via Youtub  (https://youtu.be/jN52p043st0).

                                                                                                    jogja, senin 14/02/22

                                                                                                                Oleh : Sintus Bezy

 

Soepomo, Negara Integralistik

 

SOEPOMO TENTANG NEGARA INTEGRALISTIK

            Para founding father bangsa Indonesia berdiskusi pada sindang BPUPKI tentang model negara baru setelah merdeka nanti. Salah satu peserta panitia tersebut ialah Soepomo yang menawarkan konsep negara Integralistik. Prof. Mr. Dr. Soepomo tentu adalah seorang tokoh terkemuka pada masa-masa menjelang kemerdekaan Indonesia. Beliau bergelut di bidang ilmu politik dan hukum adat, dan menjadi orang berpengaruh lahirnya UUD 1945.

            Konsep negara Integralistik menurut Soepomo ialah bahwa tidak ada pemisahan antara negara dan masyarakat, semata dilihat sebagai suatu keluarga dimana kepala negara adalah bapaknya dan masyarakat adalah anak-anaknya. hal ini tentu membawa manfaat bagi masyrakat, sebagai sesama anak-anak tentu saling mendukung, walaupun terlibat percecokan namun akan didamaikan lagi sehingga terhindar dari konflik antara golongan, suku, ras dan agama sebab semuanya adalah anak. Walaupun kemudian teori ini dikritik sebab pandangan tersebut bisa melahirkan fasisme. Menurut para ahli, pada era Orde Baru justru terlihat jelas bagaiaman negara integralistik dijalankan.  Tapi bagi saya secara pribadi sangat mengagumi gaya berpikir dan analogi yang dilahirkan dari seorang Soepomo.

            Saat ini negara Indonesia menganut sistem demokrasi dengan hukum sebagai panglimanya. Demokrasi tentu bukan sistem pemerintahan yang paling sempurna tetapi demokrasi yang paling baik dari antara semua yang buruk. Konsep negara Integralistik dalam berbagai bidang sangat baik tetapi malah mengabaikan banyak hak-hak dasar/asasi manusia. Pada zaman Soeharto, bangsa Indonesia sangat menderita. Sebagai suatu pemikiran tentu bagi saya konsep negara interalistik tetap mesti diajarkan sebab darinya kita masih menemukan kekayaan filsofis seperti gotong royong, kekeluargaan yang adalah kekhasan kita orang Indonesia.

 

Sumber Bacaan:

1.       Daniel Hutagalung, Menapaki Jejak-jejak Soepomo Mengenai Negara Indonesia, journal Hukum, Jentera Vol. 3, 10 Oktober 2005, pdf., melalui website https://www.researchgate.net/publication/290996689_Menapaki_Jejak-Jejak_Pemikiran_Soepomo_Mengenai_Negara_Indonesia.

2.       Darji Darmodihardjo, Cita Negara Integralistik Indonesia Dalam UUD 1945, pdf.

3.       https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/23/143025669/teori-integralistik-menurut-soepomo

           

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...