Sdr. Nggawal Hermanto
Manto si Platon[1]baru.
Platon adalah seorang pencinta kebijaksanaan maka Manto juga demikian. Platon mengabdikan
dirinya untuk filsafat, Manto tak kalah bersaing. Platon sangat terkenal di kalangan para
filsuf, Manto terkenal sebagai seorang foolofsophy.[2]
Oh,,,
Manto yang kukira Platon, engkau adalah faylasuf – raja. Mencari kebenaran terdalam itulah pekerjaanmu,
walau terkadang tak mampu kau gapai, tapi cukup mendekatinya itu sudah membuatmu
bahagia. Dan kau aplikasikan in your
everyday life.
Sejak
bergabung dengan FKMR[3]
nama Manto begitu mencuat, bak artis papan atas, padahal pas-pasan.
Sebenarnya tak ada yang istimewa darinya, semua seperti apa adanya. Tapi,,,,,, dan tapi,,,,, cara PDKT-nya, cara bersilat lidahnya,
retorikanya, mengalahkan Platon, mengalahkan Cicero. Inilah alasan mengapa Riung’s girls merasa rugi jika tak
dirayu Manto. Sejuta humor terkumpul dalam otak kecilnya, membuat dirinya tak pernah
kehabisan bahan untuk berlawak…..aku jamin, bersama Manto, segala sesuatu jadi terlihat
indah. Viralnya Manto bukan karena dia mempromosikan dirinya, seperti yang
sedang dilakukan para politikus akhir-akhir ini. Terkenalnya nama Manto justeru
karena dia menampilkan diri senatural mungkin,
apa adanya, tak ada rekayasa. Bukan hanya di FKMR, nama Manto terkenal, di Fakultaspun dia begitu famous, bahkan ketua Senat Fakultas Filsafat
UNWIRA adalah sahabat karibnya.
Manto
sebenarnya nama samaran yang kemudian menjadi sapaan resmi bagi sdr. Hermanus Ngaawal.
Lahir tahun 1993 tertanggal 18, bulan Juni,
di suatu desa, perbatasan antara Ngada dan Manggarai Timur. Sebelum mekar desa itu dikenal dengan nama Benteng
Tawa. Terlahir dari keturunan penentang penjajah. “Salah satu alasan penjajah Jepang mundur dari Indonesia ialah karena keberhasilan
kakeknya yang suatu hari melempar jatuh sebuah Helikopter pengebom milik Jepang,
di Mbazang”. Ini kesaksian Manto, entah sekedar mitos atau fakta itu tidak penting.
Yang terpenting adalah bahwa Manto mau mengatakan siapa dirinya, bahwa dia memiliki
darah penentang penjajah. Dia tidak suka dijajah oleh siapa saja, apalagi oleh aturan,
instansi dsb. Manusia adalah mahluk bebas, tegasnya. Di desa Manto dikenal dengan
nama Mang. Mang adalah sapaan halus dari
Nggawal/Herman. Ini cirri khas orang Riung yang begitu menghormati nama orang
lain. Tamat SD di Mbazang tahun 2006, melanjutkan pendidikan ke SMP Lindi, dan berhasil
tamat tahun 2009. Usai SMP Mang melanjutkan
pendidikannya di SMU So’a. Di So’a Mang mengubah
nama menjadi Abanda. Sampai saat ini,
jika anda bersama Manto ke So’a, anda
akan kaget jika orang di sana menyapanya Abanda.
Memang kebenaran itu relative, tak ada kebenaran umum, siapa saja memiliki kebenarannya
masing-masing. Dalam hal nama, Manto bisa menggantinya untuk kesekian kali,
selagi itu diterima umum, sah-sah saja.
Tanggal
12 Juli 2012, menjadi titik balik dalam historisitas kehidupan Mang/Abanda. Entah apa yang merasuki dirinya,
tanggal ini justeru Abanda, dating dan
bergabung menjadi anggota biara Karmel tak Berkasut Indonesia. Bersama 12
temannya Abanda menjalani tahun pertama
formasi biarawan Karmel atau yang orang kenal sebagai OCD Putera Indonesia di
Maronggela. Titik balik baginya ialah ketika Ia berani berkata “Ya,
Saya Mau Mengikuti Yesus” padahal barang siapa yang mau mengikuti Yesus
harus melepaskan segalanya, pikul salib dan ikut Aku. Salib terbesar bagi Manto
sebenarnya ketika ia harus meninggalkan “arak, rokok, hp, apalagi si Dia…. Nona
manis pujaan hati” Perubahan itu nyata, ketika Manto harus jujur bahwa dia sebenarnya
bernama HERMAN…..hehehe, boleh tipu manusia,
tetapi tak bisa tipu Tuhan. Namaku adalah Herman. Di kalangan para frater Manto
dikenal dengan nama Herman. Setelah 2 tahun menjalankan masa novisiat di
Bogenga Bajawa, 01 Mey 2015, bersama 8 frater yg bertahan, Herman juga mengikrarkan
kaul kebiaraanya, untuk hidup taat, murni dan miskin. Fr. Hermanus Nggawal dari Santo Yosep, OCD.
Kebebasan,
yah lagi-lagi kebebasan yang fr. Herman harapkan. Apa arti hidup membiara?
Orientasi awal Herman masuk biara adalah untuk menemukan kebebasan. Yaitu ketidak
terikatan terhadap apapun. Ketidak terikatan itu berarti kelepasan dari segala sesuatu.
Herman telah melepaskan segala sesuatu, ”hal duniawi”, tetapi dia belum bebas..
bebas, bebas, bebas. Apa arti suatu kebebasan, bagi Herman, kebebasan adalah ketika
Ia bisa mencintai seorang perempuan tampa ada yang melarangnya, ketika Ia bisa kemana
saja tanpa harus minta ijinan dari siapa saja, ketika Ia boleh melakukan apa
saja tanpa harus takut pada otoritas yang lebih tinggi, itu arti kebebasan yang
diacari. Tingkat 2 di Filsafat, Herman yang telah mempelajari berbagai paham filosofis,
akhirnya “diputuskan atau memmutuskan untuk mencari kebebasan yang tidak dia temukan
dalam biara.” “aku salah jalur”hehehehe…
Serius
sekali,,,,hehehehehe, ternyata benar. Herman bebas. Kebebasan itu ditemukan bukan
dalam biara. Entah siapa yang memutuskan, dan entah apa alasan, tetapi yang
nyata bahwa Herman sekarang orang bebas. Kembalilah Manto…. Manto, manto, ia terkenal
sekali dengan sapaan ini, bekal yang dia dapat dari biara kemudian dibawahnya dalam
praktek hidup barunya sebagai seorang awam biasa. Bergabung dengan FKMR
langsung dipercayakan menjadi sekertaris, dan karier kepemimpinannya semakin memuncak
ketika beliau terpilih menjadi KETUA FKMR. (Tetang visi dan misi serta organisasi
FKMR akan diulas pada artikel berikut). Selamat memimpin, sdr. Manto, mari bersama
membangun masa depan Riung yang cemerlang. Masa depan Riung bukan milik orang
tua kita lagi, tetapi milik kita.
Oleh : Sintuz Bezy.
Email
: sintusocd@gmail.com
Facebook : Sintuz Bezy
Instagram
: bezy_sintuz
Twitter
: @Bezysintuz
[1]Platon yang biasa dikenal sebagai Plato,
adalah seorang filosof terkenal sejak zaman Yunani kuno hingga kini. Dia adalah murid
Sokrates dan guru Aristoteles. Sebagian hidupnya dipersembahkan untuk berfilsafat.
[2]Foolofsophy, yang dimaksud bukan kebijaksanaan yang bodoh, tapi kebodohan
yang bijaksana.
[3] FKMR= Forum Komunikasi Mahasiswa Riung, yang ada di
Kupang.
Keren 👏👏👏
BalasHapus