MENGGALI KONSEP KEMEGAHAN PADA SURAT-SURAT
PAULUS DAN RELEVANSINYA DALAM BERHADAPAN DENGAN PANDEMI COVID 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Kemegahan
adalah suatu sikap atau gaya hidup yang sangat elegan. Seseorang memiliki
segala sesuatu, dan ia menikmati itu. Ada beberapa kategori yang membuat orang
bermegah yakni harta yang banyak, jabatan penting. Hingga ia mengabaikan orang
lain. Jabatan yang penting bukan saja pada
urusan politik dan jabatan pubik lainnya tapi juga meliputi jabatan
religious. Biasanya orang yang bermegah datang dari kalangan ini. Tapi tiak
menutup kemungkinan bahwa sikap bermegah bisa datang dari kalangan bawah. Sederhananya
bermegah itu adalah urusan penampilan lahiriah.
Paulus seorang Murid kristus sangat menentang sikap bermegah atas hal-hal
lahiriah ini. Yang Paulus tawarkan adalah bermegah atas kelemahan dan bermegah
atas salib Kristus. Ini merupakan
antithesis dari bermegah duniawi. Tulisan ini akan menampilkan sejauh mana
Paulus berarumen dan mempertanggunjawankan konsep bermegah atas kelemahan dan
salib Kristus ini. Konsep ini tentu
sangat relevan untuk konteks masyarakat saat ini di tengah pandemic covid 19.
1.2 Rumusan Masalah
Pertama, defenisi
kata bermegah, kedua, konsep bermegah
menurut Paulus, ketiga, Relevansi konsep
bermegah pada konteks masyarakat di tengah pandemik covid 19.
1.3 Manfaat Penulisan
Pertama, memahami
konsep bermegah secara lazim dan konsep bermegah menurut Paulus. Kedua, menemukan relevansi bermegah
menurut Paulus dalam konteks masyarakat terkini.
BAB II
KONSEP KEMEGAHAN DALAM SURAT-SURAT
PAULUS DAN RELEVANSINYA DENGAN PANDEMI COVID 19
2.1 Arti Kemegahan
Kemegahan
berasal dari kata megah yang artinya tampak mengagumkan, gagah kuat, mulia
masyur. Tapi juga bisa diartikan sebagai bangga. Bermegah berarti mempunyai
sifat megah dan kemegahan adalah keadaan atau hal megah. Dari defenisi singkat ini saya bisa menarik
kesimpulan kecil bahwa berbicara tentang bermegah selalu berkaitan dengan
hal-hal duniawi baik itu harta kekayaan, nama baik, jabatan dan lain-lain.
Paulus
menentang kemegahan jenis ini, Ia menghindarkan diri dari kemegahan atas hal
hal lahiriah. Dalam suratnya kepada orang Filipi ditemukan argumen antithesis
Paulus. Ini bisa dilihat dalam Filipi 3:1b-4:9, Ia mengecam orang-orang yang
hanya memperhatikan sunat padahal yang lebih penting adalah imanya, Ia juga menecam
mereka yang hanya memperhatikan isi perutnya padahal yang terpenting adalah
ikut menderita bersama Kistus sehingga kelak bisa dibangkitkan. Saya menilai
bahwa Paulus menjadi berubah pikirannya, cara hidupnya itu, setelah berjumpa
dengan Kristus dan mendalami ajaran-ajaran Kristus. Paulus yang dahulu adalah
seorang yang sangat sempurna dalam praktek keagamaan Yahudi dan memilki jabatan
penting justeru Ia lepaskan semuanya setelah mengenal Kristus. Di sini jelas
bahwa ajaran Kristulah yang paling penting bukan masalah-masalah duniawi.
2.2 Kemegahan Dalam Konsep Paulus
Paulus
mendefenisikan bermegah yang benar itu ialah bermegah atas kelemahan dan dalam
salib Kristus yakni suatu situasi bangga dengan keadaan atau realitas dirinya
yang miskin, lemah, tidak memiliki banyak harta, jabatan penting, maupun
prestasi, tapi itu dipandang sebagai suatu bentuk ambil bagian dalam salib
Kristus, dengan salib melambangkan sengsara dan penderitaan.
Pertama, kemegahan
atas kelemahan, sangat spesifik dibicarakan pada 2Kor 12:1-21. Paulus
menyatakan alasannya bermegah dalam kelemahan, sebab Tuhan memang menganugerahkan
kasih karunia-Nya kepada orang yang lemah agar mereka bisa sempurna, dan kuasa
Kristus menaungi mereka. Sebab menurut Paulus “jika aku lemah maka aku kuat”. Kita diajak untuk bermegah atas
kelemahan kita, supaya kuasa Tuhan tidak dihambat oleh kesombongan dan
pengandalan diri. Paulus tidak hanya menyadari bahwa kelemahannya merupakan
kesempatan bagi Allah. Dia juga membangun kebiasaan bermegah atas kelemahan.
Dalam budaya Yunani, bermegah atas kelebihan adalah hal yang penting dalam
rangka diperhatikan dan diperhitungkan. Paulus bermegah atas kelemahan sebagai
disiplin rohani yang mengingatkan dia bahwa Tuhanlah yang pokok, sehingga kuasa
Tuhan dapat mengalir dengan lebih lancar dalam hidupnya dan pelayanannya.
Bermegah atas kelemahan bukan cara untuk menyenangkan orang lain, melainkan
cara untuk tetap berguna bagi Tuhan dalam berbagai macam kesulitan.
Kedua, kemegahan dalam salib Kristus spesifiknya dibicarakan
pada Galatia 6:14-16. Paulus mengungkapkan dua hal pokok yakni: Satu, dunia telah
disalibkan bagi kita (Galatia 6: 14). Artinya dunia tidak lagi menjadi fokus
utama dan tidak mendapatkan tempat yang pertama dalam prioritas hidup kita.
Salib Yesus Kristus lah yang menjadi fokus utama dan menempati tempat pertama,
serta menjadi segala-galanya dalam keseharian hidup kekristenan kita. Dua, kita telah
disalibkan bagi dunia ini. Jadi kita bukan lagi menjadi milik dunia, kita bukan
pula hidup untuk melayani dunia dengan segala keinginannya. Kita telah
disalibkan buat keinginan daging dan kita telah disalibkan supaya tidak lagi
bermegah terhadap keadaan kita yang lahiriah, tetapi bermegah dalam keadaan
kita yang rohaniah. Tiga, hidup kita dalam salib Tuhan kita Yesus
Kristus adalah hidup menjadi ciptaan baru di dalam Yesus Kristus. Inilah inti
hidup kekristenan yang sejati dan berarti (Galatia 6: 15). Empat, jika kita
memberi hidup keseharian dipimpin oleh patokan ini sebagai standar petunjuk dan
pelaksanaannya, maka kiranya turunlah damai sejahtera dan rahmat hidup kita
sebagai umat kesayangan-Nya di muka bumi
(Galatia 6: 16).
2.3 Relevansi Kemegahan Menurut Paulus
Dengan Situasi Pandemi Covid 19
Situasi
dunia saat ini sedang dilanda oleh pandemi covid 19 yakni suatu jenis virus yang
mematikan. Hingga kini telah merenggut banyak korban jiwa, dan belom ditemukan
suatu vaksin yang bisa secara cepat mengatasi hal ini. Ada beberapa metode
pencegahannya seperti jaga kebersihan dengan
selalu mencuci tangan dan gunakan masker, jaga jarak, hindari kerumunan. Inilah
protocol kesehaan yang jika diperhatikan secara baik akan membantu memperlambat
penyebaran virus tersebut.
Berangkat
dari situasi yang sangat buruk ini orang lalu bertaya tentang eksistensi Allah,
dimanakah Allah dalam stuasi berat seperti ini. Ungkapan-ungkapan Blaise Pascal
digunakan. Atau bahkan pandemic direfleksikan menurut kacamata Albert
Camus. Karl Jaspers mendefenisikkan
situasi seperti ini adalah situasi batas. Para teolog mengatakan ini mungkin
salah satu bentuk ujian yang Tuhan berikan, menguji sejauh mana iman umat
terhadap-Nya, juga pengingat bahwa manusia sudah begitu serakah dan lupa
bagaimana harus mengatur hidup salam hubungannya dengan sesama dan Tuhan.
Saya
mengamati bahwa pada situasi yang sangat kelam ini banyak orang kehilangan pekerjaan,
mengalami kelaparan, susah mendapakan akses kesehatan. Inilah penderitaan yang
real, nyata dan dialami banyak orang. Inilah salib. Pada kodisi kelam ini tidak
penting lagi apa jabatan, berapa harta, prestasi anda, yang tepenting adalah
apakah anda selamat dari virus tersebut. gagasannya tentang bermegah atas
kelemahan dan dalam salib Kristus.
Pertama, ini adalah salib, jika salib itu ialah penderitaan maka kita yang menderita dalam situasi ini sedang memikul salib bersama Kristus. Bermegah atas salib Kristus tidak mengindikasikan bahwa kita menyerah saja dengan keadaan tetapi sebaliknya, meski pada kondisi yang sangat menyedihkan kita tetap percaya akan Tuhan, penderitaan kita diintegrasikan ke dalam penderitaan Kristus. Kedua, bermegah dalam kelemahan. Saat ini terbukti bahwa manusia itu sebenarnya lemah, ia bahkan tidak mampu melawan virus yang menyerang dengan begitu halus. Lantas jika manusia lemah mengapa harus menyombongkan diri, yang perlu kita lakukan seharusnya penyadaran diri akan kelemahan kita dan menyandarkan diri seutuhnya dalam bimbingan Tuhan. Situasi pandemic covid 19 adalah kesempatan bagi manusia untuk merefleksikan diri dan menyadari bahwa Ia lemah, dan hanya kepada Tuhanlah manusia bisa kuat.
BAB II
PENUTUP
Masih banyak hal yang bisa kita
reflesksikan dari tulisan-tulisan Santo Paulus dalam menilai situasi dunia saat
ini. Banyak orang yang lupa menyadari dirinya tentang nasehat baik yang
sebenarnya sudah diwartakan oleh orang-orang hebat terdahulu seperti Paulus. Pewartaan
mereka adalah panutan dan etika tingkah laku untuk bertindak. Ajaran Paulus
tentang bermegah justeru sangat relevan bagi manusia dalam situsi apa saja. Nasehat-nasehatnya
bahwa kita mesti sadar diri kita tidak ada apa-apanya, dan hanya kepada Tuhan
seharusnya kita berharap.
Saya teringat akan ungkapan Platon
seorang filosof Yunani klasik katakana bahwa “hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang
tidak layak untuk dihidupi”. Refleksi mengandaikan kita mempertanyakan kembali
siapa kita, sejauh mana kita bertindak, apa peran Allah dalam hidup kita. Mengapa
kita kalah dlam menghadapi pandemic covid 19. Refleksi mesti sampai pada
pengakuan bahwa Allahlah yang menyelenggarakan semuanya, kepada Allahlah tujuan
kita seharusnya.
SUMBER BACAAN
1. Alkitab,
LAI
2. St.
Eko Riyadi, Pr., Surat-Surat Proto
Paulino (bahan ajar), Yogyakarta: USD, Fakultas Teologi Wedabhakti, 2007
3. https://tomentiruran.wordpress.com/2015/07/02/2-kor-121-10-bermegah-atas-kelemahan-5-jul-2015/
5. http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20159602.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar