Senin, 26 Oktober 2020

Surat Paulus vs Kemegahan

 

 MENGGALI KONSEP KEMEGAHAN PADA SURAT-SURAT PAULUS DAN RELEVANSINYA DALAM BERHADAPAN DENGAN PANDEMI COVID 19 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Kemegahan adalah suatu sikap atau gaya hidup yang sangat elegan. Seseorang memiliki segala sesuatu, dan ia menikmati itu. Ada beberapa kategori yang membuat orang bermegah yakni harta yang banyak, jabatan penting. Hingga ia mengabaikan orang lain. Jabatan yang penting bukan saja pada  urusan politik dan jabatan pubik lainnya tapi juga meliputi jabatan religious. Biasanya orang yang bermegah datang dari kalangan ini. Tapi tiak menutup kemungkinan bahwa sikap bermegah bisa datang dari kalangan bawah. Sederhananya bermegah itu adalah urusan penampilan lahiriah.

            Paulus seorang Murid kristus  sangat menentang sikap bermegah atas hal-hal lahiriah ini. Yang Paulus tawarkan adalah bermegah atas kelemahan dan bermegah atas salib Kristus. Ini  merupakan antithesis dari bermegah duniawi. Tulisan ini akan menampilkan sejauh mana Paulus berarumen dan mempertanggunjawankan konsep bermegah atas kelemahan dan salib Kristus ini.  Konsep ini tentu sangat relevan untuk konteks masyarakat saat ini di tengah pandemic covid 19.

1.2  Rumusan Masalah

Pertama, defenisi kata bermegah, kedua, konsep bermegah menurut Paulus, ketiga, Relevansi konsep bermegah pada konteks masyarakat di tengah pandemik covid 19.

1.3  Manfaat Penulisan

Pertama, memahami konsep bermegah secara lazim dan konsep bermegah menurut Paulus. Kedua, menemukan relevansi bermegah menurut Paulus dalam konteks masyarakat terkini.


BAB II

KONSEP KEMEGAHAN DALAM SURAT-SURAT PAULUS DAN RELEVANSINYA DENGAN PANDEMI COVID 19

2.1  Arti Kemegahan

Kemegahan berasal dari kata megah yang artinya tampak mengagumkan, gagah kuat, mulia masyur. Tapi juga bisa diartikan sebagai bangga. Bermegah berarti mempunyai sifat megah dan kemegahan adalah keadaan atau hal megah.  Dari defenisi singkat ini saya bisa menarik kesimpulan kecil bahwa berbicara tentang bermegah selalu berkaitan dengan hal-hal duniawi baik itu harta kekayaan, nama baik, jabatan dan lain-lain.

Paulus menentang kemegahan jenis ini, Ia menghindarkan diri dari kemegahan atas hal hal lahiriah. Dalam suratnya kepada orang Filipi ditemukan argumen antithesis Paulus. Ini bisa dilihat dalam Filipi 3:1b-4:9, Ia mengecam orang-orang yang hanya memperhatikan sunat padahal yang lebih penting adalah imanya, Ia juga menecam mereka yang hanya memperhatikan isi perutnya padahal yang terpenting adalah ikut menderita bersama Kistus sehingga kelak bisa dibangkitkan. Saya menilai bahwa Paulus menjadi berubah pikirannya, cara hidupnya itu, setelah berjumpa dengan Kristus dan mendalami ajaran-ajaran Kristus. Paulus yang dahulu adalah seorang yang sangat sempurna dalam praktek keagamaan Yahudi dan memilki jabatan penting justeru Ia lepaskan semuanya setelah mengenal Kristus. Di sini jelas bahwa ajaran Kristulah yang paling penting bukan masalah-masalah duniawi.

2.2  Kemegahan Dalam Konsep Paulus

Paulus mendefenisikan bermegah yang benar itu ialah bermegah atas kelemahan dan dalam salib Kristus yakni suatu situasi bangga dengan keadaan atau realitas dirinya yang miskin, lemah, tidak memiliki banyak harta, jabatan penting, maupun prestasi, tapi itu dipandang sebagai suatu bentuk ambil bagian dalam salib Kristus, dengan salib melambangkan sengsara dan penderitaan.

Pertama, kemegahan atas kelemahan, sangat spesifik dibicarakan pada 2Kor 12:1-21. Paulus menyatakan alasannya bermegah dalam kelemahan, sebab Tuhan memang menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada orang yang lemah agar mereka bisa sempurna, dan kuasa Kristus menaungi mereka. Sebab menurut Paulus “jika aku lemah maka aku kuat”. Kita diajak untuk bermegah atas kelemahan kita, supaya kuasa Tuhan tidak dihambat oleh kesombongan dan pengandalan diri. Paulus tidak hanya menyadari bahwa kelemahannya merupakan kesempatan bagi Allah. Dia juga membangun kebiasaan bermegah atas kelemahan. Dalam budaya Yunani, bermegah atas kelebihan adalah hal yang penting dalam rangka diperhatikan dan diperhitungkan. Paulus bermegah atas kelemahan sebagai disiplin rohani yang mengingatkan dia bahwa Tuhanlah yang pokok, sehingga kuasa Tuhan dapat mengalir dengan lebih lancar dalam hidupnya dan pelayanannya. Bermegah atas kelemahan bukan cara untuk menyenangkan orang lain, melainkan cara untuk tetap berguna bagi Tuhan dalam berbagai macam kesulitan.

Kedua,  kemegahan dalam salib Kristus spesifiknya dibicarakan pada Galatia 6:14-16. Paulus mengungkapkan dua hal pokok yakni: Satu, dunia telah disalibkan bagi kita (Galatia 6: 14). Artinya dunia tidak lagi menjadi fokus utama dan tidak mendapatkan tempat yang pertama dalam prioritas hidup kita. Salib Yesus Kristus lah yang menjadi fokus utama dan menempati tempat pertama, serta menjadi segala-galanya dalam keseharian hidup kekristenan kita. Dua, kita telah disalibkan bagi dunia ini. Jadi kita bukan lagi menjadi milik dunia, kita bukan pula hidup untuk melayani dunia dengan segala keinginannya. Kita telah disalibkan buat keinginan daging dan kita telah disalibkan supaya tidak lagi bermegah terhadap keadaan kita yang lahiriah, tetapi bermegah dalam keadaan kita yang rohaniah. Tiga, hidup kita dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus adalah hidup menjadi ciptaan baru di dalam Yesus Kristus. Inilah inti hidup kekristenan yang sejati dan berarti (Galatia 6: 15). Empat, jika kita memberi hidup keseharian dipimpin oleh patokan ini sebagai standar petunjuk dan pelaksanaannya, maka kiranya turunlah damai sejahtera dan rahmat hidup kita sebagai umat  kesayangan-Nya di muka bumi (Galatia 6: 16).

 

2.3  Relevansi Kemegahan Menurut Paulus Dengan  Situasi Pandemi Covid 19

Situasi dunia saat ini sedang dilanda oleh pandemi covid 19 yakni suatu jenis virus yang mematikan. Hingga kini telah merenggut banyak korban jiwa, dan belom ditemukan suatu vaksin yang bisa secara cepat mengatasi hal ini. Ada beberapa metode pencegahannya seperti jaga kebersihan  dengan selalu mencuci tangan dan gunakan masker, jaga jarak, hindari kerumunan. Inilah protocol kesehaan yang jika diperhatikan secara baik akan membantu memperlambat penyebaran virus tersebut.

Berangkat dari situasi yang sangat buruk ini orang lalu bertaya tentang eksistensi Allah, dimanakah Allah dalam stuasi berat seperti ini. Ungkapan-ungkapan Blaise Pascal digunakan. Atau bahkan pandemic direfleksikan menurut kacamata Albert Camus.  Karl Jaspers mendefenisikkan situasi seperti ini adalah situasi batas. Para teolog mengatakan ini mungkin salah satu bentuk ujian yang Tuhan berikan, menguji sejauh mana iman umat terhadap-Nya, juga pengingat bahwa manusia sudah begitu serakah dan lupa bagaimana harus mengatur hidup salam hubungannya dengan sesama dan Tuhan.

Saya mengamati bahwa pada situasi yang sangat kelam ini banyak orang kehilangan pekerjaan, mengalami kelaparan, susah mendapakan akses kesehatan. Inilah penderitaan yang real, nyata dan dialami banyak orang. Inilah salib. Pada kodisi kelam ini tidak penting lagi apa jabatan, berapa harta, prestasi anda, yang tepenting adalah apakah anda selamat dari virus tersebut. gagasannya tentang bermegah atas kelemahan dan dalam salib Kristus.

Pertama, ini adalah salib, jika salib itu ialah penderitaan maka kita yang menderita dalam situasi ini sedang memikul salib bersama Kristus. Bermegah atas salib Kristus tidak mengindikasikan bahwa kita menyerah saja dengan keadaan tetapi sebaliknya, meski pada kondisi yang sangat menyedihkan kita tetap percaya akan Tuhan, penderitaan kita diintegrasikan ke dalam penderitaan Kristus. Kedua, bermegah dalam kelemahan. Saat ini terbukti bahwa manusia itu sebenarnya lemah, ia bahkan tidak mampu melawan virus yang menyerang dengan begitu halus. Lantas jika manusia lemah mengapa harus menyombongkan diri, yang perlu kita lakukan seharusnya penyadaran diri akan kelemahan kita dan menyandarkan diri seutuhnya dalam bimbingan Tuhan. Situasi pandemic covid 19 adalah kesempatan bagi manusia untuk merefleksikan diri dan menyadari bahwa Ia lemah, dan hanya kepada Tuhanlah manusia bisa kuat. 

BAB II

PENUTUP

            Masih banyak hal yang bisa kita reflesksikan dari tulisan-tulisan Santo Paulus dalam menilai situasi dunia saat ini. Banyak orang yang lupa menyadari dirinya tentang nasehat baik yang sebenarnya sudah diwartakan oleh orang-orang hebat terdahulu seperti Paulus. Pewartaan mereka adalah panutan dan etika tingkah laku untuk bertindak. Ajaran Paulus tentang bermegah justeru sangat relevan bagi manusia dalam situsi apa saja. Nasehat-nasehatnya bahwa kita mesti sadar diri kita tidak ada apa-apanya, dan hanya kepada Tuhan seharusnya kita berharap.

            Saya teringat akan ungkapan Platon seorang filosof Yunani klasik katakana bahwa “hidup  yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi”. Refleksi mengandaikan kita mempertanyakan kembali siapa kita, sejauh mana kita bertindak, apa peran Allah dalam hidup kita. Mengapa kita kalah dlam menghadapi pandemic covid 19. Refleksi mesti sampai pada pengakuan bahwa Allahlah yang menyelenggarakan semuanya, kepada Allahlah tujuan kita seharusnya.

 

SUMBER BACAAN

1.      Alkitab, LAI

2.      St. Eko Riyadi, Pr., Surat-Surat Proto Paulino (bahan ajar), Yogyakarta: USD, Fakultas Teologi Wedabhakti, 2007

3.      https://tomentiruran.wordpress.com/2015/07/02/2-kor-121-10-bermegah-atas-kelemahan-5-jul-2015/

4.      https://kbbi.web.id/megah

5.      http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20159602.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...