Ketika Tuhan Berhenti Berbicara
Tercatat malam atau pagi
dini hari jam 1.21 am, tgl 14-12-2018, pesta st Yohanes dari Salib. Aku hanya
termenung kebingungan, dengan ditemani segelas kopi. Padahal besok aku akan
mengikuti ujian filsafat pancasila, tetapi aku tidak pernah fokus belajar lagi,
semua terjadi biasa saja, kuliah semacam tidak kuliah, aku bahkan mencapai
rekor alpa terbanyak di kelas. Bagi saya kuliah itu mebosankan, beajar itu
malas, yang paling menakutkan bagiku adalah kebodohan. Untuk menghilangkan
ketakutannku ini maka belajar menjadi sangat penting. Tidak hanya belajar
konsep dari berbagai buku yang dibaca tetapi
juga belajar dari kehidupan.
Seharian ini aku tidak
kuliah, dan seperti biasa aku paling tahu bagaimana menghabiskan waktu luang
itu. Berbeda dengan yang lain, mensyukuri karena bisa membaca tetapi aku justeru
minggat dari biara seolah-olah ke kampus, padahal aku harus ke tempat lain. Mendukung
pernyataanku di atas bahwa belajar tidak hanya melalui buku-buku pelajaran di
kampus, tetapi tetaplah baca sebagai pengetahuan tambahan, karena bagiku,
ketakutan terbesar adalah kebodohan. Belajar juga melalui pengalaman nyata,
konkreat. Dan hari-hari luang yang aku pakai untuk pergi ke tempat lain, dan
dari sanalah aku belajar banyak hal yang baik dan yang buruk.
Nah, ketika Tuhan berhenti
bicara aku bebas melakkan apa saja, seperti yang Sartre katakan.
Sintuz Bezy
Penfui, Kupang 21/12/18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar