Kamis, 20 Desember 2018

Kambing dan Anjing


Nggawal Hermannto
PERMUSUHAN KAMBING DAN ANJING

Cerita ini pernah dikisahkan oleh sdr. Hermanus Nggawal di kelas Filsafat Unwira FFAsemester VII, ketika pelajaran Filsafat Sejarah.

Pada zaman dahulu kala, di kampung kami ketika anjing seperti manusia dan kambingpun demikian, ketika mereka bisa berbicara dan saling menyapa,  antara manusia kambing dan anjing saling bersahabat terasa semuanya  seperti manusia. Dan pada zaman itu semua terasa indah. Segala sesuatu berjalan begitu menyenangkan, karena tercipta ruang untuk komunikasi. Kambing dan anjing tidak menjadi obyek bagi manusia, mereka dihargai, dihormati, dan dicintai seperti apa adanya, seperti yang seharusnya mereka harapkan.
Kampung kami terkenal dengan mitos yang banyak dan menggairahkan akal untuk memahaminya, walaupun tidak semua bisa dipahami, dan itulah mitos. Nama kampung kami adalah Mbazang,  salah satu kampung di kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, Flores. Di saat manusia bersahabat dengan kambing dan anjing dan di saat anjing bersahabat dengan kambing. Persahabatan mereka sangat indah. Saling menolong, saling melengkapi, dan saling merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari sesama. Sacara praktis, setiap kali kambing membutuhkan anjing, kambing selalu mendapat pertolongan yang sesuai permintaannya. Begitupun sebaliknya. Ada hajatan walau sederhana mereka saling mengundang untuk membagi kebahagiaan. Jika ada teman-teman lain yang mengundang untuk menghadiri pesta, kambing dan anjing selalu pergi bersama. Anjing selalu ingin terlihat seksi di depan mata kambing dan teman-temannya, begitupun kambing pun tak kalah eksisnya. Siapa sih yang tidak ingin tampil menarik dan mempesona?
Tibalah suatu malam, ketika sahabat mereka ayam mengundang untuk menghadiri pesta pernikahannya, kambing dengan sigap mengiyakannya. Tetapi kambing ingin hadir begitu menawan. Saat itu kambing tidak memiliki tanduk, seperti yang ada sekarang. Tanduk itu adalah milik anjing. Anjing seperti indah sekali karena memiliki tanduk yang menawan, dan terkadang dia bangga dengan dirinya sendiri. Kambing merasa tidak begitu indah jika tidak memiliki tanduk. Saat itu kambing memiliki ekor yang sangat panjang sekitar tiga menit. Dan dia merasa dia akan terlihat lebih seksi kalau ditambah lagi tanduk milik anjing. Jadi anjing punya tanduk yang menawan dan kambing punya ekor yang panjang. Tapi kambing terlalu egois selalu ingin menjadi yang terbaik dan melampau anjing dan tampil menawan. Malam itu dia meminjam tanduknya anjing, untuk dipakai saat menghadiri pesta pernikahan ayam. Dia berjanji bahwa dia akan kembalikan tanduk itu setelah pulang pesta nanti. Anjing karena terbuai dengan kata-kata kambing, dia pun rela meminjamkan sepasang tanduk kesayanganya itu kepada kambing. Malam itu kambing terlihat begitu mempesona dan dia sangat menawan, ekor yang panjang dan tanduk yang indah. Pesta terasa sangat meriah karena kambing tampil beda. Luar biasa memang.
Hanya akibat egoisme memang selalu berujung pada hal yang buruk baik bagi anjing yang meminjamkan tanduknya, dan lebih buruk lagi bagi kambing yang memakainya. Semua akan mengalami resiko dari setiap keputusan yang mereka buat. Keputusan yang egoistis hanya membawa pada kecelakaan dan kahancuran kepada kedua belah pihak. Terlebih lagi bagi si kambing itu. Dia tidak berpikir panjang, hanya berpikir tentang kesenangannya, egonya. Anjing sudah merasakan itu tetapi karena logika berpikirnya yang sempit dan terjebak dalam situasi yang menekan yah dia meminjamkannya. Setelah pesta kambing tidak mengembalikan lagi tanduk anjing. Ini yang membuat anjing sangat marah dan menciptakan suatu situasi yang tidak mengenakkan. Anjing hanya ingin tanduknya dikembalikan, tetapi kambing terlalu nyaman dengan tanduk itu. Maka anjingpun sangat marah. Anjing memburu kambing sehabis-habisnya hanya untuk meminta tanduknya. Dan anjing malam itu langsung mengejar kambing, karena tidak berhasil, dia menggigit ekor kambing hingga tersisa 5 senti meter.
Singkat cerita, permusuhan kambing dan anjing dimulai sejak saat itu. Hinga kini rasa benci anjing terhadap kambing begitu besar. Persahabatan yang dibangun begitu lama sirna semua. Itulah akibat dari egoisme.

Refleksi Filosofis
Mitos permusuhan anjing dan kambing ini sangat menarik untuk dikisahkan dan dipahami serta mengandung nilai moral yang penting untuk direfleksikan. Bukan moral yang baik tetapi pesan moral yang buruk yang tidak harus terjadi lagi. Bahwa totalitas nerpikir itu penting seperti Arend katakan “kejahatan itu terjadi karena ketidaktotalan berpikir”. Total berpikir artinya, mencari konsekesi serta pertimbangkan segala sesuatu secara sedalam-dalamnya. Tindakan ini bermula dari pola pikir yang baik.  Semakin baik berpikir, semakin total berpikir, maka saat itu kejahatanpun semakin ditepis.  Kemungkinan untuk melakukan kejahatan semakin minim.
Dari kisah ini, saya sebagai interpreter melihatnya bahwa. Pertama, bahwa ada suatu saat dimana kambing dan anjing bisa berbicara, itu tidak mungkin pernah terjadi. Karena ketika kambing dan anjing bisa berbicara seperi manusia. Mengapa saat ini mereka tidak berbicara lagi, padahal menurut evolusi Dawin dan De Chardin, binatang akan semakin komplesk dalam evolusi, berkembang secara  tubuh dan otak. Biologis dan rational. Maka seharusnya kambing dan anjing semakin hebat berbicara bahkan menguasai berbagai bahasa asing seperti perkembangan pada manusia umumnya. Evolusi bukan semakin merosot, fakta bahwa anjing dan kambing tidak bisa berbicara saat ini, maka cerita di atas hanya sebuah mitos belaka.
Kedua, walaupun itu mitos, namun mitos itu sangat rational, karena bisa diverivikasi kebenarannya dalam relitas. Saat ini memang kambing memiliki tanduk dan ekornya. Ekornya tinggal sisa 5 senti meter, dan itu sangat rational. Maka walau ceriata itu mitos belaka tetapi faktanya ada, dan itu. Walaupun itu bukan fakta yang sesungguhnya tetapi mengajarkan suatu nilai moral yang baik.
Oleh Sintuz Bezy
Penfui, Kupang 21/12/18


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...