Sejarah Suku Poso'
oleh Sintus Bezy
cerita ini penulis baca dari buku kengan yang ditulis oleh mahasiwa Sebelas Maret
yang KKN di Maronggela.
Sekilas
kampung lama Warukia, terbentuk dari dua suku yatu suku Poso’ yang merupakan
suku berasal dari Gowa di Sulawesi, karena perang mereka mengungsi ke Flores dan
menetap di kampung Poso’. Pasangan keluarga itu adalah Bapak Ndeze’ dan Mama Lenang.
Setelah Ndeze’ dan Lenang sampai di kampung Poso’ mereka membuka ladang serta membuat
perkampungan bersama keluarganya. Beberapa tahun kemudian lahirlah seorang anak
laki-laki dari keturunan Bapak Ndeze’ yang diberi nama Pu’un. Setelah besar Pu’un
meminang seorang anak perempuan yang berasal dari kampung Namut. Perempuan tersebut
adalah anak dari Dalu Namut. Setelah melewati adat pernikahan berdasarkan adat suku
Poso’ akhirnya perempuan tersebut dibawah ke rumah sang suami di kampung Poso’.
Kehidupan keluarga tersebut tidak berlangsung lama. Kehidupan keluarga tersebut
tidak berlangsung lama, beberapa waktu setelah perkawinan terjadi perselisihan yang menjadi awal dan penyebab bergabungya suku
Poso’ dengan beberapa suku lainnya seperti retas sehingga membentuk Warukia.
Ada beberapa peninggalan di Suku Poso' yaitu:
1. Watu Landor: watu landor merupakan sebuah batu lonca yang digunakan suku Poso' untuk menentukan apakah seorang laki-laki dan perempuan diperbolehkan melakukan perkawinan. Watu Landor terdiri dari tiga batu yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. terdapat satu buah batu yang paling tinggi kira-kira 1,5 meter yang akan dilompati oleh laki-laki dan batu yang berukuran sedang kira-kira 1 meter untuk dilompati perempuan sedangkan batu yang paling kecil digunakan untuk melakukan acara adat potong gigi (Rosong Ngis).
2. Gumbang Zuma; merupakan situs bersejarah peninggalan Suku Poso' yang diwariskan untuk suku Warukia. Suku Poso' membuat Gumbang Zuma' dengan alasan bahwa dahulu warga Suku Poso' hidup di atas puncak gunu Poso' yang dipimpin oleh Gelarang Poso'. Mereka mengeluh akan susahnya mendapat air minum dimana tempat tersebut benar-benar tidak terdapat mata air. warga suku Poso' berhasil membuat dua buah lubang yang dilengkapi dengan tutup dan alu yang digunakan untuk mengetuk dasar lubang pada saat meminta air hujan kepada leluhur. Lubang pertama diberi nama Gumbans Zuma' Wina atau Gumbang Zuma' Perempuan yang digunakan warga Suku Poso' untuk cuci dan mandi. Lubang kedua diberi nama Gumbang Zuma Rana atau Gumbang Zuma Laki-laki yang digunakan untuk keperluan minum.
tulisan ini saya dapatkan dari buku kenangan
yg ditulis oleh masahiswa dari Universitas
Sebelas Maret. dengan judul Mronggela Miniatur
Surga Di Timur Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar