12022021
Angka unik dan terjadi hanya sekali dalam
sejarah peradaban manusia yang hidup di tahun masehi ini. Aku mungkin tidak
akan menafsirkan apa arti dari tanggal manis itu tetapi aku mesti menjadikan
tanggal ini manis dengan suatu kenangan tertentu. Dua hari lagi perayaan Valentine Day, itu justeru tanggal manis
yang disepakati dan menjadi hari kasih sayang. Tanggal hari ini tidak pernah
disepekati untuk terjadi. Semuanya mengalir dan terjadi apa adanya sesuai
dengan kalenderium masehi.
Anak-anak muda mungkin memilih hari ini
sebagai hari tunangan atau hari jadi atau mungkin hari pernikahan sehingga kenangan
akan tetap terpatri sampai akhir hayat mereka. Tanggal unik biasanya selalu
diisi dengan peristiwa yang istimewa. Dan aku selalu mengininkannya walau itu
tidak mungkin, sebab aku begitu jauh dari dunia. Semua pengalaman romantis yang
seharusnya aku nikmati tidak akan pernah terjadi padaku. Bukan karena apa- apa
tetapi itulah konsekwensi suatu pilihan hidup. Hingga saat ini aku malah
menjadi tidak paham dengan pilihan ini. Mengapa mesti menghandiri hal-hal yang
seharusnya aku alami? Masa remajaku habis dalam kehidupan yang serba terbatas
ini, kehidupan layaknya anak remaja alami malah nyaris tidak pernah terjadi
kepadaku. Apa maksud semua ini? Apa mungkin hingga aku mencapai masa tua dengan kenyataan ini? Apa aku harus
mengunci semua hasratku, semua banalitasku, semua ekspektasiku tentang
kehidupan ini yang sesungguhnya? Kehidupan yang penuh tantangan, darah dan
keringat, tapi juga senyum dan tawa bahagia. Hmmmm.
Rata-rata masa remaja untuk orang
Indonesia dimulai sejak umur 17/18 tahun hingga 30 tahun. Selebihnya, orang tergolong
ke fase berbeda yang disebut masa dewasa. Suatu pemahaman yang sama diterima di
selurh pelosok Indonesia juga biasanya, remaja diidentik dengan belum menikah.
Sehingga yang sudah menikah walau masih umur belasan tahun Ia sudah tergolong
dewasa. Apa arti dewasa? Dewasa bagiku sederhana ialah suatu fase dimana orang
sudah terkekang dengan berbagai hal. Terkekang dengan komitmen, cinta, harga diri, harta kekayaan dan lain-lain. Pada
masa ini orang menjadi sangat bertanggung jawab terhadap perbuatannya,
keputusannya seta apa yang Ia miliki. Sedangkan masa remaja adalah fase kemerdekaan,
ruang pengekspresian diri sangat besar, masa mencoba-coba, pencarian jati diri,
mengalami cinta, berbuat apa saja tanpa harus dibarengi dengan rasa tanggung
jawab yang besar. Masa ketika seseorang belum terikat oleh hal-hal di atas.
Hampir
dipastikan bahwa semua orang ingin tetap terlihat sebagai remaja, sehingga
darinya muncul istlah “peremajaan” atau dalam perkomputeran disebut refresh. Yah, remaja adalah masa fresh, segar dan ideal secara biologis.
Banyak atlet mengalami masa kesuksesan justeru mereka yang berusia remaja,
sebab remaja sebenarnya surga biologis. Tapi defenisi ini tidak mutlak sebab dalam
realitas yang berbeda, remaja tidak selalu surga. Bagi sebagian orang yang kebabalasan
menerjemahkan arti remaja ini justeru tersiksa dan menderita oleh sebab keliru
mengaktualisasikan remaja yang seharusnya. Bayangkan anak-anak yang hamil di
masa mudanya oleh karena kebebasan, anak muda yang harus mengakhiri hidupnya
hanya karena putus cinta, anak-anak muda yang terjebak dalam dunia narkotika
dan seks bebas. Itu semua adalah akibat dari kebabalasan remaja.
Fakta-fakta
ini yang meyakinkanku bahwa pilihan hidupku sebenarnya sudah sangat tepat. Aku
tidak tahu apa yang terjadi jika aku tidak bergabung menjadi biarawan, apa aku masih
menikmati masa remaja hingga saat ini? Atau jangan sampai aku sudah terjebak
dalam narkotika, atau mungkin aku telah membangun suatu keluarga dengan
pasangan yang ternyata tidak aku sukai lagi, tapi tetap harus mempertahankannya
sebab itulah komitmen? Atau jangan sampai aku ternyata sedang berada di bui oleh karena kasus
pemerkosaan, pencurian? Aku tidak tahu! Denganya aku bersyukur sebab pilihanku
tepat, bahwa aku tidak mengalami semua kejadian terburuk yang tidak pernah aku
bayangkan. Pihak keluarga dan kenalan bahkan sangat men-support aku, bahwa setidaknya aku dididik di biara, tempat yang
ideal dalam bayangan mereka, tempat seorang remaja tidak mungkin melakukan hal
terburuk yang bisa dilakuakn oleh seorang remaja biasa. Tapi apakah hidup membiaraku ini adalah
pelarian dari realitas masa muda yang mungki saja suram bagiku? Pada tataran ini akupun tidak
tahu! Aku tahu bahwa aku tidak tahu.
Hidup
memang suatu misteri, orang bisa merencanakan tetapi Ia tidak dapat memastikan
bahwa itu akan terjadi seratu persen. Aku mungkin beruntung memilih hidup
membiara, terhindar dari segala kemungkinan buruk yang bisa aku lakukan jika
aku tidak menjadi biarawan. Tapi dalam refleksiku, pencarianku dan permenungan
yang terus menerus terkadang aku bertanya, apakah memang jika aku di luar maka
segala hal buruk itu bisa terjadi padaku? Teryata itupun belum tentu pasti
terjadi. Hari-hari ini aku semakin ragu dengan panggilanku ini. Benarkah
pembentukan karakter seorang anak muda Khatolik yang paling tepat adalah di seminari?
Belum tentu benar. Banyak orang-orang suskses yang tidak pernah mengalami masa
formasi seminari. Tapi suteru banyak seminarian atau biarawan yang buruk dan
bahkan lebih buruk dari kemungkinan buruk yang dapat orang luar lakukan. Fakta membuktikan
bahwa pernah terjadi ada pastor yang membunuh suster karena ketahuan suster sudah
hamil hasil dari hubungan gelap mereka berdua. Lalu Ia menguburkan suster itu
secara diam-diam tanpa seorangpun yang tahu. Sedangkan pastor tersebut tetap
menjalani tugas-tugas pastoralnya dengan santai, hhingga kasusnya diketahui publik
barulah Ia mengakuinya. Bayangkan sekian lama pastor tersebut hidup dalam dua
pribadi yang berbeda, sebagai orang baik dan suci sekaligus penjahat
kemanusiaan kelas kakap. Padahal Ia tetap mengajaran umatnya tentang pentingnya
kejujuran. Ada uskup yang memiliki isteri simpanan, ada banyak biarawana yang
memiliki gaya hidup berbeda 180 derajat dari ajaran Yesus. Terkadang aku menyimpulkan
secara naka “Menjadi seminarian atau biarawan tidak mutlak karakternya baik.”
Selain
kesimpulan kecil itu, aku juga mengafirmasi banyak hal lain, yang tentu akan
aku bahas pada kesempatan berbeda, yakni “Menjadi kudus tidak harus masuk
biara”. Menjadi orang baik tidak harus jadi seorang biarawan. Tanggal manis
sebagai tahun baru Cina hari ini 12022021 meninggalkan kenangan serba absurd
bagiku, sebab aku tidak memaknainya sebagai tanggal manis seperti anak-anak
remaja seumuranku. Pada tanggal ini aku justeru memikirkan ulang panggilanku
dan berniat untuk berbalik arah. Maaf ini bukan refleksi rohani, bukan analisis
filosfis-teologis ini cuman ungkapan isi hati dari seorang musafir cinta yang
terjebak dalam pilihannya untuk menemukan Sang Cinta Sejati dengan kehidupan
membiara. Ini goresan akhir hari dariku di penjara suci ini yang merasa perlu
untuk menguji kehidupan panggilanku. Sebab hidup yang tidak direfleksikan
adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. (Platon)
Sintuz Bezy, Jumad 12022021
Biara Karmel Jogja.