Rabu, 20 Maret 2019

Memitoskan Diri Sendiri


Memitoskan Diri Sendiri

Sebab lebih baik membaca sedikit buku dan menulis,
Daripada membaca banyak buku tetapi tidak pernah menulis.

Banyak orang membuat mitos tentang dirinya sendiri. Mengatakan bahwa dirinya hebat tetapi belum tentu seperti yang itu kenyataanya. Seseorang menganggap bahwa dirinya telah mengetahui banyak hal, padahal pengethuan tersebut dangkal. Ketika diinterogasi ketahuan dangkalnya. Banyak mahasiswa yang menganggap diri sudah tahu hanya karena dia rajin ikut kuliah, atau ada yang menganggap sudah paham hanya karena memiliki diktat (bahan ajar), beberapa juga menganggap dirinya paham karena sudah membaca sebuah buku sampai selesai. Coba kita bertanya kepada orang-orang tersebut, ternyata semua hanya cover saja. Isinya tetap nol bulat.
Santiago lalu terkenang dengan ungkapan Pramoedya Ananta Toer, “anda boleh cerdas, selagi tidak menulis, lambat laun kecerdasan anda akan hilang, dan pengetahaun anda akan lenyap”. Dari sini Santiago merefleksikan betapa pentingnya menulis itu. Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit, bahkan jika menulis itu sudah menjadi hobby akan sangat menarik untuk dilakukan. Bagi pelajar, setiap perkuliahan usahakan agar selalu menulis hal-hal pokok dari penjelasan guru atau dosen. Jika anda selesai membaca sebuah buku, usahakan agar menulis revew buku tersebut. Fakta menunjukan bahwa dengan menulis ulang apa yang anda baca berarti anda membantu dirimu menyerap semua bacaan dan berpikir dua kali untuk memahami tema tertentu.
Rm. Haryotmoko, dalam seminarnya di komunitas “jurnal perempuan” mengungkapkan bagaimana pentingnya menulis. Beliua pernah diinterogasi oleh dosennya gara-gara dia memprotes, “mengapa tidak pernah memberi saya kesempatan untuk berargumen” dalam kelas. Dosennya lalu menimpali dia, anda memang rajin membaca tetapi pengetahuan anda dangkal karena anda tidak pernah menulis kembali hasil bacaan anda”. Sejak saat itu rm. Haryotmoko mengubah cara belajarnya, dan terbukit bahwa beliau saat ini menjadi penulis berbakat, banyak karyanya telah diterbitkan di Indonesia, berupa buku, artikel di majalah-majalah seperti kompas dan basis, serta belaiu diundang untuk ceramah dimana-mana. Bagi Santiago yang adalah pelajar filsafat, rm. Haryotmoko telah menyumbang banyak pemikiran filsafat yang kritis, dalam bidang etika juga. Satu kebiasaannya ialah selalu menyiapkan power point dan diktat setiap kali beliau memberi ceramah, tentu itu semua karena beliua menulis.
Sokrates memang tidak pernah menulis, asumsi dasarnya bahwa dengan menulis berarti saya membatasi pemikiran saya, padahal pemikiran saya masih lebih luas darui tulisan saya. Tetapi apakah kita tidak boleh menulis? Tacitus seorang sejarahwan Romawi juga mengungkapkan nada yang sama, “jangan menulis supaya anda mengerti, tetapi tulislah supaya anda tidak salah mengerti”. Menulis dalam kasus Sokrates adalah ekspresi dari pengetahuan, sejauh mana seseorang memahami suatu hal. Namun menulis yang dimaksudkan di sini ialah sebagai sarana membantu anda untuk memahami suatu hal. Jika tidak ingin salah memahami suatu hal tertentu maka tulislah.
Santiago menyadari, ternyata dia adalah salah satu orang yang suka memitoskan diri sendiri, Santiago memang oleh teman-temannya dijuluki sebagai kutu buku, sebab dia rajin membaca buku, bahkan kamarnya dipenuhi dengan berbagai buku. Namun dia tetap merasa dirinya masih dangkal dalam ilmu pengetahuan. Kemanakah semua yang  dia baca? Dia menyadari ternyata, dia jarang menulis. Santiago boleh baca banyak buku namun karena jarang menulis maka, semua yang dia baca seolah sirna seketika. Santiaogo tidak kecil hati sebab setiap kalia ada diskusi atau perdebatan dia selalu bisa mengikutinya secara baik dan banyak konsep yang dia kuasai berkat membaca. Namun, lebih baik lagi jika dia menulis apa yang dia ketahui. Sebab dengan menulis, Santiago melatih otaknya untuk mengingat dan melatih otaknya untuk berpikir. Sebab lebih baik membaca sedikit buku tetapi menulis daripada membaca banyak buku tetapi tidak menulis.
Santiago lalu menulis semua pengalamannya, bukan saja apa yang dia dapat di ruang kuliah, tetapi semua pengalaman hidupnya, soal intelek, rasa dan kehendak. Dia menulis tentang hidup. dari segi relasi dengan orang lain, memang banyak yang salah memahami kepribadian Santiago. Beliau adalah orang yang aneh, antara genius dan misterius sulit dipahami. Santiago hanya ingin agar orang tidak memahami dirinya, dari segi relasi, dari segi tulisan semua tidak beraturan dan aforisme, semua itu adalah gambaran kepribadiannya yang sersan, serius tapi santai. Santiago walau menyadari dirinya bahwa dia bisa melakukan banyak hal yang dituntut oleh orang lain, namun dia tidak mau terlihat seprti itu. 
Santiago ingin terus agar dirinya tidak bisa dipahami. 
Santiago mengikuti Albert Einstein, "banyak yang tidak memahami saya, hanya satu orang yang bisa memahami saya, tetapi dia salah memahami." Keingina Einstein yang diikuti oleh Santiago agar menjadi pribadi yang sulit dipahami, sebab jika orang sudah memahami dirinya dengan serta merta orang akan bisa mendefensikan dirinya. Padahal bagi Sartre, manusia adalah kebebasan, Aku adalah aku,aku bukan seperti yang orang katakan, aku tidak ingin diobyekkan oleh orang lain. Aku tetap bebas dari segala penilaian. Karena kecintaanya kepada buku-buku Santiago memuja filsafat Nietzche, bagi Nietzche "aku sangat sedih jika orang dapat memahami diriku, sebab jika orang memahami diriku, betapa kasihannya aku akan dirinya, sebab orang itu akan memahami betapa sedihnya diriku, betapa deritanya aku." Itulah Santiago.
semua terinventaris dalam tulisan-tulisan dan tingkah lakunya. mengikuti Nietzche, "disalahpahami lebih baik daripada dipahami." sesuatu yang dalam mau tidak mau akan menopengi dirinya sendiri." sebab seorang yang bergulat dengan kedalaman mau tidak mau akan berbicara dengan dongeng, sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan realitas, sebab pengalaman seperti itu tidak semua orang bisa masuk kedalamannya. Santiago hanya berusaha mencari sesuatu yang sangat dalam-sedalamnya. 
Terima Kasihhhh... hehehehe
Sintus Bezy,
Kamis 21/03/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...