Memitoskan Diri Sendiri
Sebab lebih baik membaca sedikit buku
dan menulis,
Daripada membaca banyak buku tetapi
tidak pernah menulis.
Banyak
orang membuat mitos tentang dirinya sendiri. Mengatakan bahwa dirinya hebat
tetapi belum tentu seperti yang itu kenyataanya. Seseorang menganggap bahwa
dirinya telah mengetahui banyak hal, padahal pengethuan tersebut dangkal. Ketika
diinterogasi ketahuan dangkalnya. Banyak mahasiswa yang menganggap diri sudah
tahu hanya karena dia rajin ikut kuliah, atau ada yang menganggap sudah paham
hanya karena memiliki diktat (bahan ajar), beberapa juga menganggap dirinya
paham karena sudah membaca sebuah buku sampai selesai. Coba kita bertanya
kepada orang-orang tersebut, ternyata semua hanya cover saja. Isinya tetap nol
bulat.
Santiago
lalu terkenang dengan ungkapan Pramoedya Ananta Toer, “anda boleh cerdas,
selagi tidak menulis, lambat laun kecerdasan anda akan hilang, dan pengetahaun
anda akan lenyap”. Dari sini Santiago merefleksikan betapa pentingnya menulis
itu. Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit, bahkan jika menulis itu sudah
menjadi hobby akan sangat menarik untuk dilakukan. Bagi pelajar, setiap
perkuliahan usahakan agar selalu menulis hal-hal pokok dari penjelasan guru
atau dosen. Jika anda selesai membaca sebuah buku, usahakan agar menulis revew
buku tersebut. Fakta menunjukan bahwa dengan menulis ulang apa yang anda baca berarti
anda membantu dirimu menyerap semua bacaan dan berpikir dua kali untuk memahami
tema tertentu.
Rm.
Haryotmoko, dalam seminarnya di komunitas “jurnal
perempuan” mengungkapkan bagaimana
pentingnya menulis. Beliua pernah diinterogasi oleh dosennya gara-gara dia
memprotes, “mengapa tidak pernah memberi saya kesempatan untuk berargumen” dalam
kelas. Dosennya lalu menimpali dia, anda memang rajin membaca tetapi
pengetahuan anda dangkal karena anda tidak pernah menulis kembali hasil bacaan
anda”. Sejak saat itu rm. Haryotmoko mengubah cara belajarnya, dan terbukit
bahwa beliau saat ini menjadi penulis berbakat, banyak karyanya telah
diterbitkan di Indonesia, berupa buku, artikel di majalah-majalah seperti
kompas dan basis, serta belaiu diundang untuk ceramah dimana-mana. Bagi
Santiago yang adalah pelajar filsafat, rm. Haryotmoko telah menyumbang banyak
pemikiran filsafat yang kritis, dalam bidang etika juga. Satu kebiasaannya
ialah selalu menyiapkan power point dan diktat setiap kali beliau memberi ceramah,
tentu itu semua karena beliua menulis.
Sokrates
memang tidak pernah menulis, asumsi dasarnya bahwa dengan menulis berarti saya
membatasi pemikiran saya, padahal pemikiran saya masih lebih luas darui tulisan
saya. Tetapi apakah kita tidak boleh menulis? Tacitus seorang sejarahwan Romawi
juga mengungkapkan nada yang sama, “jangan menulis supaya anda mengerti, tetapi
tulislah supaya anda tidak salah mengerti”. Menulis dalam kasus Sokrates adalah
ekspresi dari pengetahuan, sejauh mana seseorang memahami suatu hal. Namun menulis
yang dimaksudkan di sini ialah sebagai sarana membantu anda untuk memahami suatu
hal. Jika tidak ingin salah memahami suatu hal tertentu maka tulislah.
Santiago
menyadari, ternyata dia adalah salah satu orang yang suka memitoskan diri
sendiri, Santiago memang oleh teman-temannya dijuluki sebagai kutu buku, sebab
dia rajin membaca buku, bahkan kamarnya dipenuhi dengan berbagai buku. Namun dia
tetap merasa dirinya masih dangkal dalam ilmu pengetahuan. Kemanakah semua
yang dia baca? Dia menyadari ternyata,
dia jarang menulis. Santiago boleh baca banyak buku namun karena jarang menulis
maka, semua yang dia baca seolah sirna seketika. Santiaogo tidak kecil hati sebab
setiap kalia ada diskusi atau perdebatan dia selalu bisa mengikutinya secara
baik dan banyak konsep yang dia kuasai berkat membaca. Namun, lebih baik lagi
jika dia menulis apa yang dia ketahui. Sebab dengan menulis, Santiago melatih
otaknya untuk mengingat dan melatih otaknya untuk berpikir. Sebab lebih baik
membaca sedikit buku tetapi menulis daripada membaca banyak buku tetapi tidak
menulis.
Santiago lalu menulis semua pengalamannya, bukan saja apa yang dia dapat di ruang kuliah, tetapi semua pengalaman hidupnya, soal intelek, rasa dan kehendak. Dia menulis tentang hidup. dari segi relasi dengan orang lain, memang banyak yang salah memahami kepribadian Santiago. Beliau adalah orang yang aneh, antara genius dan misterius sulit dipahami. Santiago hanya ingin agar orang tidak memahami dirinya, dari segi relasi, dari segi tulisan semua tidak beraturan dan aforisme, semua itu adalah gambaran kepribadiannya yang sersan, serius tapi santai. Santiago walau menyadari dirinya bahwa dia bisa melakukan banyak hal yang dituntut oleh orang lain, namun dia tidak mau terlihat seprti itu.
Santiago ingin terus agar dirinya tidak bisa dipahami.
Santiago mengikuti Albert Einstein, "banyak yang tidak memahami saya, hanya satu orang yang bisa memahami saya, tetapi dia salah memahami." Keingina Einstein yang diikuti oleh Santiago agar menjadi pribadi yang sulit dipahami, sebab jika orang sudah memahami dirinya dengan serta merta orang akan bisa mendefensikan dirinya. Padahal bagi Sartre, manusia adalah kebebasan, Aku adalah aku,aku bukan seperti yang orang katakan, aku tidak ingin diobyekkan oleh orang lain. Aku tetap bebas dari segala penilaian. Karena kecintaanya kepada buku-buku Santiago memuja filsafat Nietzche, bagi Nietzche "aku sangat sedih jika orang dapat memahami diriku, sebab jika orang memahami diriku, betapa kasihannya aku akan dirinya, sebab orang itu akan memahami betapa sedihnya diriku, betapa deritanya aku." Itulah Santiago.
semua terinventaris dalam tulisan-tulisan dan tingkah lakunya. mengikuti Nietzche, "disalahpahami lebih baik daripada dipahami." sesuatu yang dalam mau tidak mau akan menopengi dirinya sendiri." sebab seorang yang bergulat dengan kedalaman mau tidak mau akan berbicara dengan dongeng, sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan realitas, sebab pengalaman seperti itu tidak semua orang bisa masuk kedalamannya. Santiago hanya berusaha mencari sesuatu yang sangat dalam-sedalamnya.
Terima Kasihhhh... hehehehe
Santiago lalu menulis semua pengalamannya, bukan saja apa yang dia dapat di ruang kuliah, tetapi semua pengalaman hidupnya, soal intelek, rasa dan kehendak. Dia menulis tentang hidup. dari segi relasi dengan orang lain, memang banyak yang salah memahami kepribadian Santiago. Beliau adalah orang yang aneh, antara genius dan misterius sulit dipahami. Santiago hanya ingin agar orang tidak memahami dirinya, dari segi relasi, dari segi tulisan semua tidak beraturan dan aforisme, semua itu adalah gambaran kepribadiannya yang sersan, serius tapi santai. Santiago walau menyadari dirinya bahwa dia bisa melakukan banyak hal yang dituntut oleh orang lain, namun dia tidak mau terlihat seprti itu.
Santiago ingin terus agar dirinya tidak bisa dipahami.
Santiago mengikuti Albert Einstein, "banyak yang tidak memahami saya, hanya satu orang yang bisa memahami saya, tetapi dia salah memahami." Keingina Einstein yang diikuti oleh Santiago agar menjadi pribadi yang sulit dipahami, sebab jika orang sudah memahami dirinya dengan serta merta orang akan bisa mendefensikan dirinya. Padahal bagi Sartre, manusia adalah kebebasan, Aku adalah aku,aku bukan seperti yang orang katakan, aku tidak ingin diobyekkan oleh orang lain. Aku tetap bebas dari segala penilaian. Karena kecintaanya kepada buku-buku Santiago memuja filsafat Nietzche, bagi Nietzche "aku sangat sedih jika orang dapat memahami diriku, sebab jika orang memahami diriku, betapa kasihannya aku akan dirinya, sebab orang itu akan memahami betapa sedihnya diriku, betapa deritanya aku." Itulah Santiago.
semua terinventaris dalam tulisan-tulisan dan tingkah lakunya. mengikuti Nietzche, "disalahpahami lebih baik daripada dipahami." sesuatu yang dalam mau tidak mau akan menopengi dirinya sendiri." sebab seorang yang bergulat dengan kedalaman mau tidak mau akan berbicara dengan dongeng, sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan realitas, sebab pengalaman seperti itu tidak semua orang bisa masuk kedalamannya. Santiago hanya berusaha mencari sesuatu yang sangat dalam-sedalamnya.
Terima Kasihhhh... hehehehe
Sintus
Bezy,
Kamis
21/03/2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar