Kamis, 03 Desember 2020

Komunitas Ne'e

 

Untuk Sahabat Ne’e

Tulisan ini kupersembahkan kepada tiga sahabat baikku, yang baru minggat.

         

“Manusia adalah mahluk sosial. Para sosiolog sering mengumandangkan hal ini. Siapa yang tidak tahu bahwa manusia adalah mahluk sosial? Semua kita tahu dan tidak dapat dipungkiri karena ini adalah fakta dan kenyataan. Manusia adalah mahluk sosial (ens sociale).”

          Pablo tercengang dengan selembar kertas di genggamannya. Kebetulan saja pagi tadi Pablo memilih jalan belakang menuju kampus. Hmm, ternyata itu catatan tercecer milik anak Filsafat. Karena Pablo melihat ada gambar Sokrates di begian belakang kertas. Katanya orang tua itu adalah bapak filsafat. Kertas tercecer rupanya dari gerombolan tadi.

Anak Filsafat, yah Pablo sering menyebut gerombolan itu sebagai anak Filsafat. Mereka mudah sekali dikenal, sebab mereka sering bergerombolan menuju kampus. Jalan bersama-sama sebagai saudara seperjuangan, itulah mereka, bukan karena apa2 tapi mereka keluar dari rumah yang sama. Yah, anak filsafat tapi juga biarawan. Sebagai biarawan wajarlah mereka harus berkomunitas, bukti persaudaraan mereka juga ilalah ketika ke kampus selalu bersama, dan fakultas sasaran para biarawan calon imam ini adalah filsafat, sebab filsafat menjadi pelajaran wajib bagi calon imam.

Satu-satunya ilmu sekuler yang wajib dipelajari oleh calon imam adalah filsafat. Siapa saja calon imam, dia harus belajar filsafat. Sejak awal perkembangannya sebenarnya Kekristenan tidak pernah jauh dari filsafat. Teologi Kristen juga banyak dipengaruhi filsafat Yunani, bahkan saat ini dipengaruhi oleh filsafat Jerman. Bagi orang Katolik, fides et ratio itu penting. Iman membutuhkan pemahaman, dan pemahaman yang mendalam hanya dalam iman. Anselmus Canterbury sudah mengumandangkannya. Hehehe

Namun bukan soal siapa pemilik kertas tersebut, tetapi isi tulisannya. Santiago bukan pelajar filsafat tetapi itu bukan menjadi masalah untuk memahami tulisan pendek ini.

“Aku anak FISIP” gumamnya dalam hati. Persoalan sosial itulah pembahasan kami setiap hari dalam kelas.

          Perlahan Santiago merenung dan memahami penggalan baris demi baris. Tidak susah, yang paling inti adalah bahwa “manusia itu mahluk sosial”. Sejak lahir manusia sudah disebut mahluk sosial, (ens sociale). Ini fakta, tak ada seorangpun yang tidak dilahirkan dari seorang ibu, dan ibupun tak bisa mengandung serta melahirkan tanpa peran serta seorang ayah (kecuali rekayasa). Secara natural, sejak lahir memang manusia adalah mahluk sosial. Berbagai kebutuhan dasar hanya dapat terpenuhi jika berinteraksi dengan orang lain. Sosilaitas bisa terbangun karena interaksi sosial, subyek yang satu membutuhkan subyek yang lain, dalam memenuhi berbagai kebutuhan dasar, seperti kebutuhan hidup, makanan, minuman, pakaian dsb. Semua bisa terpenuhi hanya karena manusia adalah mahluk sosial.

 “Ini yang saya pahami” gumam Pablo.

          Setelah berjalan sepuluh meter dari tempat ia menemukan kertas di atas, Pablo berjumpa dengan seorang pelajar yang kebingungan. Ternyata Dialah pemilik kertas. Pablo langsung menunjukkan kertas tersebut kepadanya.

“Huuuh. Syukurlah pencarianku tidak sia2. Aku menemukan kertas penuh kenangan ini” sambar Marlina penuh kegirangan. “Ini halamaan tengah dari tulisanku, aku terlalu buru-buru ke kampus tadi, hingga kertas jatuh berhamburan, dan sudah aku pungut semua, tertinggal satu yang belum, ternyata kamu yang menemukan. Trima  kasih yah.”

Marlina mendapatkan tulisan itu dari Ansy. Kebetulan Marilina hobby membaca cerpen. Marlina sering mendapatkan banyak cerpen dari Ansy si cowok anak Filsafat yang katanya calon imam itu. Tulisan itu tidak pernah diselesaikan oleh Santiago, sebab malam tadi Santiago begitu kesal, dan stress dengan keputusan yang dibuat oleh formator.. pater superior rumah bina. Walau tidak sempat selesai tapi karena janjinya kepada Marlina untuk menuliskan cerpen yah, daripada Marlina tidak percaya kepada saya, mendingan saya kasih saja cerita yang belum selesai ini.

Malam tadi, beberapa teman Santiago, harus meninggalkan rumah bina ini. Padahal mereka adalah teman dekat, sahabat dari komunitas ne’e. Ne'e adalah istilah baru yang dibuat beberapa hari terakhir. Padahal semua akan sirna, semua harus dijaga dalam kondisi yang aman. Santiago sulit menyebut nama-nama mereka, sebab Santiago tahu bahwa orang juga tahu siapa mereka. Santiago kesal dengan keputusan, mengapa mereka harus dikeluarkan dari komunitas ? apa alasan mereka? Apa salahnya ? tapi itu sudah terlambat, mereka sudah dikeluarkan. Sadisya adalah ketika mer................


sintuz bezy

Penfui, Kupang 19/02/19





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...