Manusia adalah mahluk paradox. Hingga kini
tidak pernah tahu kepastian tentang siapa dirinya. Apakah ciptaan, atau bentuk
sempurna dari evolusi kera? Jika dia
adalah mahluk ciptaan, siapakah penciptanya. Namun kalaupun dirinya adalah kera
sempurna hasil evolusi, mengapa kera-kera yang sekarang tidak pernah menjadi
manusia? Bingung….. kan??? Kesimpulan sementara, manusia bukan kera sempurna
dan bukan juga ciptaan, jika dilihat dari kacamata oposisi masing-masing
pandangan. Manusia adalah mahluk paradox.
Terlepas dari itu semua, entah mengikuti
ajaran agama, atau tertarik pada saintis, bahwa manusia itu “ada”. Dan adanya manusia sangat nyata,
tidak bisa dipungkiri, menyisahkan suatu pertanyaan, “mengapa
harus “ada” dan bukan “tiada?”.. Mengapa harus terlahir
sebagai manusia dan bukan salah satu dari spesies lain? Mengapa harus diberi
akal budi? Dan tidak hanya insting saja/? Aneh …. Tapi ,,,,,… nyata ….
18 tahun lalu, yakni 4 hari setelah Pesta
Jiwa-jiwa orang beriman, sesosok bayi perempuan mungil, terlahir ke dunia. Terjadi
melalui persalinan yang sangat biologis, ada seorang ibu yang melahirkan dan
ada seorang ayah yang menemani, ada juga dukun bersalin. Semua mereka adalah
manusia, dan sosok yang terlahir juga bayi manusia. Bukan kera….!!!! Dan,
karena terlahir secara mnusiawi, lalu apa intervensi Tuhan?????
Yah.yah.yah… di kota kecil bernama Maronggela,
tertanggal 06-November-1999. Ibu bilang aku menangis setelah terlahir ke dunia.
Tanda bahwa, aku tidak pernah ingin dilahirkan. Tanda bahwa aku begitu rapuh,
begitu lemah… tidak bisa hidup tanpa ibu dan ayah, tanpa paman dan bibi, tanpa
teman-teman, tanpa kakak dan adik. Aku menangis,,, aku menangis, takut untuk
hidup…. Takut akan masa depan yang tidak tentu…
Lima hari setelah aku dilahirkan, keluarga
lalu memberi nama MIMA’ kepadaku. Itu nama nenek, ibunda dari bapakku. Kata bapa
supaya aku jangan takut lagi dengan hidup, jangan takut lagi dengan masa depan,
jangan takut bahwa akan ditinggalkan sendirian, jangan takut bahwa akan terpisah
jauh dari bapa dan ibu. “Belajarlah dari nenek MIMA’” bahwa apapun yang
terjadi, aku tidak bisa lari dari kenyataan. Hidpu ini paradox, tidak bermakna,
tetapi aku harus menjalaninya. … hehehe… serius sekali, bacanya yah… nah,
karena aku seorang penganut Katolik Roma, meneruska iman ortuku, maka bapa dan
ibu lalu memberiku nama “ELVY”
Siapa bilang hidup ini tanpa makna? Aku
justeru sangat gembira ketika adikku yang kedua lahir, dan tambah gembira lagi
saat bungsu lahir. Kami bertiga semua perempuan. Bapak seorang pegawai kantor,
bagitupun ibu. Dengan pendapatannya, mereka berusaha untuk menggembirakan aku,
dengan menyekolahkan aku supaya aku mengerti apa itu manusia/… dan sekarang aku
tahu, apa dan siapa diriku… Aku adalah aku, dan aku bukalah bukan aku, Aku ada
dan bukan tiada. Aku gembira dan bukan tidak gembira.
Sekarang aku sebagai mahasiswi Bahasa Inggris semester I, UNDANA. Karena
bapa dan mama selalu mengajarku untuk berdoa maka aku sadar bahwa, Tuhan itu
ada. Aku harus mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan melalui sesama yang
kelihatan…. Setiap malam aku selalu berjanji untuk menjadi seorang gadis yang
selalu rajin berdoa, rajin berbuat baik terhadap sesama. Rendah hati, tidak sombong.
Hari ini, 06-November-2018, ultahku ke 19…
sederhana saja, cuman ingin mengucapkan terima kasih bapa dan ibu yang telah
melahirkanku, terima kasih kedua adikku yang mengajarkanku apa arti menjadi
seorang kakak, terima kasih teman-temanku. Tanpa kamu mungkin aku tidak bisa
seperti sekarang ini. Terima kasih Tuhan. Engkau penyelenggara hidupku. Tak ada
kado istimewa, seindah untaian doa ini.
Kupang-Penfui, 05-November-2018. Oleh Sintus
Bezy…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar