Provokator bebal
Pagi yang cerah tak
selalu indah untuk manusia. Kicauan burung merdu tidak selalu merdu bagi
manusia. Roda perpolitikan berjalan seperti biasa tidak menandakan bahwa itu
aman-aman saja. Semua harus dicurigai! Betulkah segala sesuatu berjalan baik
adanya, benar semestinya, atau indah sesuai idealnya. Tidak!!!
Di
suatu pagi, segelintir orang bebal tertawa ria merayakan kebodohan mereka. Ada provokator
ulung di situ, juga manipulator kelas satu, tetapi juga beberapa pengkhianat, yang
selalu berkonspirasi untuk menyusahkan “orang
aneh”.[1]
Segelintir orang bebal ini bukanlah ens yang secara kognitif diragukan,
tetapi episteme mereka penuh dengan filosofi
busuk yang gagal diaplikasikan dala realitas.
Oh, segelintir
manusia malang yang amat disayangkan, aku suka logika busukmu yang jika
dilakonkan justeru nyata menunjukan kebebalanmu yang sungguh malang. Air mataku
jatuh menangisi nasibmu, sedih melihat anda menari diatas kemunafikanmu. Seratus
persen baik dihadapan atasan, tetapi seratus satu persen buruk dalam kenyataan.
Ha…ha…ha… manusia
modern yang katanya kritis, tapi saying rationalitas anda justeru menyesatkan. “Jika tidak anda curigai!” manusia
modern yang bangga dengan kenyamanan tatanan kapitalistik, sehingga tidak mampu
lagi menyadari ketertindasan dirinya.
Max Horkheimer dan
Theodor Wiesengrund Adorno bigbossku, mari kita tertawa atas rasional-irationalitas
segelintir manusia modern di atas.
Penulis: Sintus Bezy
Penfui, Kupang,
Minggu 14-10-2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar