Sabtu, 13 Oktober 2018

Panajerik Maria



Maria Menghadirkan TUHAN Bagi Siapa Saja Yang DijumpaiNya.

Dikatakan bahwa di bawah altar utama Basilika St Petrus tersimpan tulang belulang sang santo, sehingga banyak orang datang untuk berziarah ke kota Roma demi mendapat rahmat dari santo Petrus. Tradisi juga menceritakan bahwa St. Thomas rasul setelah mewartakan Injil di India mati  dan dikuburkan di sana, begitupun St. Yakobus yang kuburnya terdapat di Spanyol yakni di kota Santiago. Negara-negara baik Roma, India maupun Spanyol mengklaim bahwa ada relikwi St. Petrus, Thomas, dan Yakobus yang tersimpan di tempat mereka dan kemudian dijadikan obyek wisata.
 Pada abad-abad lalu dan bahkan sampai sekarang banyak peziarah Kristiani  dari belahan dunia datang mengunjungi tempat-tempat kudus tersebut. Pesrsoalah tentang apakah tulang-belulang itu betul-betul milik sang Santo atau cuman replikasi, itu persoalan kemudian tetapi yang pasti bagi kita bahwa ada negara tertentu yang mengklaim menjaga dan menyimpan tulang-belulang para Santo tersebut dan kita meyakininya. Namun tidak dengan Maria Ibu Yesus. Kita tidak pernah dengar satu kotapun yang mengklaim bahwa menyimpan tulang belulangnya. Dan jikapun di Efesus atau di Yerusalem tempat Maria mengakhiri hidupnya diklaim bahwa ada makam Maria tetapi tidak dapat dipercaya seratus persen, karena tidak ada orang yang berziarh ke sana.
Gereja tidak memberi defenisi yang pasti apakah Maria sempat mati atau tidak. Jika memang Maria pernah mati berarati Ia juga pernah dikuburkan dan klaim bahwa ada makam Maria bisa benar juga. Namun jika Maria tidak sempat mati, hal tersebutpun dapat dipercaya. Banyak teolog yang meyakini bahwa Maria memang pernah mati. Jika Yesus yang adalah Allah saja wafat, mengapa Maria tidak  mengalami kematian, itu argument mereka. Dalam sebuah refleksi di Katolik life, Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa "Bunda tidak lebih tinggi dari Putera". Pernyataannya itu memperkuat keyakinan bahwa Maria mengalami kematian jasmani. Karena Yesus sendiri harus wafat, maka logis sekali jika kita beranggapan bahwa Bunda Maria juga wafat secara fisik sebelum ia diangkat ke surga. Karena kita yakin bahwa Bunda Maria dikandung tanpa dosa dan tetap "penuh rahmat" sepanjang hidupnya di dunia, logis juga jika kita beranggapan bahwa tubuh jasmaninya dihindarkan dari kerusakan setelah kematiannya.
Tetapi  bisa benar juga kalau kita meyakini bahwa Mari tidak mati secara fisik.. Dogma Santa Perawan Maria diangkat ke surga dirayakan untuk menghormati suatu kebenaran, yaitu bahwa setelah akhir hidupnya di dunia, Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Dalam Kitab Kejadian 5:24 dan 2 Raja-raja 2:1-12 Kitab Suci menceritakan bagaimana tubuh Henokh dan Elia diangkat ke surga. Jadi hal diangkat ke surga bukanlah hal baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Walau  Gereja tidak pernah menegaskan secara resmi apakah Bunda Maria benar-benar meninggal secara jasmani, meskipun banyak ahli yang beranggapan demikian. Tetapi yang harus digaris bawahi di sini ialah bahwa Maria telah mengakhiri pesiarahanNya di dunia ini. Dia telah diangkat ke dalam kemuliaan Surga.
             Bukti lain tentang Maria diangkat ke Surga dengan jiwa dan badanya ialah bahwa Maria menampakan diri. Hanya orang yang telah mengakhiri peziarahan di dunia ini yang dapat menampakan diri. Henok setelah hidup bergaul dengan Allah, tidak ada lagi. Ia telah diangkat ke Surga. Ataupun Elia yang setelah selesai hidup di dunia ini dihantar dengan kereta kuda berapi menuju Surga dan disaksikan oleh Elisa muridnya. Elia memang tidak mengalami mati fisik, tetapi karena Ia telah hidup pada ratusan tahun sebelum Yesus dan pada zaman Yesus Ia menampakan diri. Ataupun juga tentang Musa. Musa mati sebelum memasuki Israel dan sampai sekarang para arkeolog mencoba untuk menemukan kuburnya tetapi tidak berhasil. Bisa disimpulkan bahwa Musa juga memang telah bangkit dengan jiwa dan raganya. Saya tegaskan lagi hanya mereka yang telah mengahiri peziarahan di dunia ini yang dapat menampakan diri. Pada pesta transfigurasi ada tokoh Musa dan Elia yang bercakap-cakap dengan-Nya. 2 nabi perjanjian lama ini menampakan diri. Yesus juga setelah bangkit, menampakan diri kepada murid-murid-Nya. Mariapun seperti itu. Kita tahu Maria menampakan diri di  berbagai tempat dan yang paling terkenal di Lourdes, Fatima dan juga di Gaudalupe. Jika Maria sempat mati fisik, berbarti dia telah dibangkitkan dan seperti Yesus atau Musa yang menampakan diri lagi. Dan jika Maria tidak mengalami mati fisik Dia sama seperti Elia yang menampakan diri lagi. Elia, Musa Yesus menjadi contoh dalam Kitab Suci dan karena Maria juga menampakan diri berarti memaang Maria telah diangkat ke surga jiwa dan raganya.
Berpedoman pada bukti di atas maka gereja Mendogmakan keyakinan Maria diangkat ke Surga dengan jiwa dan raganya, tetapi bukan ini satu-satunya ada alasan lain yang lebih spekulatif teologis untuk menjawabi mengapa Gereja menepatkan dogma Maria diangkat kesurga. Memang kata “Diangkat ke Surga” tidak ada dalam Kitab Suci. Sehingga banyak orang yang menafsir secara harafiah mengalami kesulitan dalam memamahami keyakina ini. Namun demikian, pertama-tama kita patut berdiam diri dan merenungkan peran Bunda Maria dalam Misteri keselamatan, sebab inilah yang menjdai dasar dari keyakinan Santa Perawan Maria diangkat ke Surga. Kita yakin bahwa sejak awal perkandungnya, karena kasih karunia dari Allah, Maria bebas dari segala noda dosa termasuk dosa asal. Malaikat Gabriel menyapanya sebagi penuh rahmat. Sementara Elisabet memujinya melebihi semua wanita yang ada di kolong langit ini. Maria telah dipilih untuk menjadi Bunda dari juruselamat kita. Dari kuasa Roh Kudus ia mengandung Yesus Kristus Putera Allah, melalui dirinyalah Allah merubah rupa seperti manusia. Maria kemudian disebut sebagai Theotokos (yang melahirkan Allah).
Ada seorang penulis mengungkapkan bahwa jika kita menelusuri hidupnya. Tokoh Maria memang betul-betul menghadirkan Tuhan kita kepada orang-orang yang dijumpainya. Seperti kepada Elisabet dan puteranya, sehingga Yohanes Pembaptis yang masih dalam kandungan Elisabet melonjak kegirangan atas kehadiran Tuhan. Demikian juga menghadirkan Tuhan kepada para gembala sederhaana tetapi juga kepada 3 majus dari Timur yang bijaksana. Juga kepada warga Kana yang kehabisan anggur saat pesta, Tuhan meluluskan kehendak Maria dan melakukan mukjizatnya yang pertama. Terlebih lagi Maria berdiri di kaki Salib Putera-Nya memberi-Nya dukungan dan berbagi derita lewat kasihnya seperti yang halnya diberikan oleh seorang ibu. Dan akhirnya Maria ada bersama para rasul pada hari pentakosta ketika roh kudus turun atas para rasul dan kelahiran Gereja. Kita masing-masing dapat melihat serta merenungkan Maria sebagai hamba Allah yang setia, yang ikut ambil bagian secara intim dalam kelahiran, kehidupan, wafat dan kebangkitan Tuhan.
Dari sini kita yakin sebagaimana yang diajarkan dalam kekatolikan bahwa janji Tuhan yang diberikan kepada setiap kita akan ikut serta dalam kehidupan yang kekal, termasuk kebangkitan badan, digenapi dalam diri Maria. Maria diangkat ke surga sebenarnya sebagai konsekwensi dari perkandungannya tanpa noda.  Kita meykini bahwa mati dan kehancuran badan adalah akibat dosa. Dan karena Maria tidak berdosa maka pasti Maria kalaupun mati itu berarti sebagai keikut sertaannya dalam kematian Kristus dan Dia tidak akan mengalami kerusakan badan. Maria turut serta dalam kematian Puterra-Nya dan juga turut serta dalam kebangkitnanya. Uskup Theoteknos dari Livias menyampaikan “Sebab Kristus mengambil kemanusian-Nya yang tak bernoda dari kemanusiaan Maria yang tak bernoda, dan apabila Ia telah mempersiapkan satu tempat di surga bagi para rasulnya, betapa terlebih lagi Dia mempersiapkan bagi Bunda-Nya, jika Henok telah diangkat dan Elia telah naik ke surga betapa lebih lagi Maria, yang bagaikan bulan bercahaya cemerlang diantara bintang-bintang dan mengungguli segala nabi dan rasul.
Dari bukti-bukti analogis dan teologis tentang Maria diangkat ke surga maka pada tanggal 1 November 1950 Paus Pius XII dalam Munificentissimus Deus memaklumkan bahwa “Bunda Allah yang tak bernoda dosa, Maria yang tetap perawan selamanya, sesudah menyelesaikan hidupnya di dunia ini, diangkat memasuki kemuliaan surga beserta badan dan jiwanya”. Dengan dogma yang baru ditetapkan ini maka  penghormatan kepada Maria yang semulanya muncul dari kalangan umat dan bukan dari para pemimpin Gereja semakin berkembang pesat. Gambar-gambar Maria telah dijumpai di dalam katakombe-katakombe Roma tempat umat Kristen bertemu, bahkan sejak abad keempat, dan  sejak saat itu devosi kepada Maria secara eksplisit berkembang dengan baik. Maria dipuja oleh umat Katolik Roma Ortodoks Timur dan Anglikan Agung.
 Satu hal yang perlu kita teladani dari tokoh Maria ialah bagaiman dengan kesederhanaan, kemurnian dan ketaatannya dalam menghadirkan Tuhan bagi semua orang. Kepada para gembala miskin sederhana dan juga kepada 3 majus dari Timur yang bijak. Kita sebagai pengikut Kristus sebenarnya diperkenankan meneladani contoh baik ini. Dalam pelayanan kita setiap hari tidak membatasi diri hanya bagi orang-orang tertentu tetapi untuk siapa saja. Mewartakan Injil Tuhan untuk mereka yang lemah tetapi juga untuk mereka yang kuat. Berani melayani mereka yang bijak bestari tetapi juga untuk orang yang pas-pasan. Menghadirkan Tuhan juga untuk yang miskin papa dan juga untuk yang kaya raya. Kehadiran kita jika itu membawa nama Tuhan pasti sangat berbahagia bagi mereka yang kita jumpai.
            Semoga permenungan ini semakin menambah wawasan kita tentang Maria yang di angkat ke surga dan kita juga terinspirasi untuk meneladani sikapnya teristimewa dalam menghadirkan Tuhan kepada sesama dengan tidak memandang status.. .. Mungkin dengan cara ini kita juga diakhirat nanti termasuk salah satu orang yang ditebus Tuhan dan menjadi orang yang juga mengalami kebangkitan badan seperti Maria. Amminnnn.


Penulis, Sintuz Bezy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...