BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Teologi
agama – agama dan komparatif adalah salah satu bidang study yang diajarkan di
Fakltas Teologi Wedabhakti Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam perkuliahan ini mahasiswa diperkenalkan tentang
teologi agama-agama dan komparatifnya. Fakta bahwa dunia sekarang semakin
kompleks, maka jangan heran jika kita menemukan dalam satu daerah penduduknya
terkomposisi dari berbagai latar belakang agama yang berbeda. Pluralitas agama
ini menjadi tantangan dalam menemkan keharmonisan hidup bersama. Bertolak dari
paham dan praktek agama-agama yang berbeda cendrung tidak menciptkan
keharmonisan. Terlebih jika orang menjadi sangat eksklusif dengan paham
agamanya sendiri akan sangat sulit membuka ruang bagi dialog dengan agama lain.
Fakta
tentang pluralitas agama persis kita temukan di Indonesia. Walau sejauh ini
belum banyak khasus tentang konflik antara agama, namun saya berpikir bahwa
kasus –kasus seperti itu akan selalu berpotensi untuk tampil ke permukaan. Kita
tentu tidak pernah menginginkan hal demikian. Maka menurut saya melalui
perkuliahan tentang teologi agama-agama dan komparatif ini bisa memberi
kontribusi positif teristimewa bagi para mahasiswa dalam menyikapi pluralitas
agama yang kita nyata dalam keseharian hidup kita. Sasaran utama sejauh yang
saya pahami adalah agar mahasiswa bisa membangun dialog dengan agama lain
dengan memahami ajaran-ajaran agama Katolik yang kiranya sebagai jalan terbuka
untuk dialog itu. Akhirnya masyarakat yang harmonis idaman kita bersama
tercapai.
Melalui
tuntunan pertanyaan berikut yang senyatanya diberikan oleh dosen pengampuh mata
kuliah ini saya akan menarasikan dalam bentuk artikel sederhana ini. Tulisan
ini kiranya mewakili pemahaman saya tentang semua materi yang telah diajarkan
selama semester ini. Sumber-sumber saya untuk menjawab pertanyaan tersebut
tentu pertama dari perkuliahan langsung via zoom meeting dan juga bacaan-bacaan
wajib yang dosen pengampuh tampilkan di LMS kita. Berikut adalah rumusan
masalahnya;
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Jelaskan
tiga jembatan dalam pendekatan pluralis.
1.2.2
Jelaskan inti pokok perdebatan antara Rm
Magnis Suseno dan Eggi Sujana! Uraikanlah pendekatan teologi yang tepat agar
bisa ada perdamaian.
1.2.3
Pokok-pokok pemikiran
apa yang ada dalam Kitab Suci (PL dan PB) yang relevan dan menarik untuk
menjawab persoalan teologi agama-agama zaman sekarang, khususnya di masyarakat
plural seperti Indonesia.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Agar bisa memahami tiga jembatan dalam
pendekatan pluralis.
1.3.2
Agar bisa memahami inti perdebatan antara
Rm Magnis Suseno dengan Eggi Sujina, serta
memahami tawaran teologi yang cocok sebagai jebatan perbedaan tersebut.
1.3.3
Agar bisa memahami pokok-pokok pemikiran
yang ada dalam Kitab Suci (PL dan PB) yang relevan dan menarik untuk menjawab
persoalan teologi agama-agama zaman sekarang khususnya di masyarakat plural
seperti Indonesia.
BAB II
ULASAN
2.1 Tiga Jembatan Dalam Pendekatan
Pluralis
2.1.1
Filosofis-Historis
Keterbatasan historis dan
kemungkinan filosofis bahwa ada satu realitas di balik semua agama. Dalam
posisi pluralis ini diajarkan bahwa agama-agama bersumber dari satu Allah yang
sama tapi dalam praktek keagamaan berbeda-beda satu sama lain. Kristus hanya
dilihat sebagai salah satu dari pewarta agama seperti Muhamad bagi agama Islam,
atau Sidarta Gautama bagi agama Budha. Penekanannya bahwa walau agama-agama itu
berbeda tetapi tetap mengarah kepada Allah yang satu dan sama.
Paham unitary pluralists ini bisa
juga sebagai dasar untuk dialog, tapi menurut saya kita dari posisi Kristen
sangat sulit dengan paham ini. Kita memang tetap yakin bahwa Allah yang
disembah oleh setiap agama itu satu dan sama. Pengungkapan boleh berbeda tetapi
tetap yang dimaksud adalah Allah yang memang kita maksudkan juga. Bagi agama Islam
atau Budha hal ini tidak ada masalahnya, bagi agama Kristen justeru ini menjadi
masalah sebab peran Kristus hanya selevel dengan Muhamad atau Sidarta Gautama.
Kristus bagi kita bukan saja pewarta agama tetapi Ia adalah Tuhan. Ia adalah
jalan, kebenaran dan hidup. semua yang akan menuju Allah harus melalui Dia. Persoalannya
agama lain tida akui peran Kristus seperti ini.
Tokoh-tokoh teologi yang membela
paham ini seperti John Hick akan menawarkan bagi kita cara memahami keunikan
Kristus. Baginya penekanan bukan lagi pada Christosentris
tetapi pada Theosentris. Kristus
tidak dilihat dalam semangat Inkarnasi atau Logos Kristologi tetepi pada Spirit
Kristologi, yang mana menekankan karya Roh pada Yesus bukan iinkarnasi sang
sabda.
2.1.2
Religius-Mistik (Spiritual)
Dalam jembatan religious mistik ini
kita akan menemukan ajaran bahwa Yang Ilahi itu dapat dialami oleh semua orang
dalam agamanya masing-masing. Agama-agama itu berbeda satu dengan yang lain. Hal
ini bisa mengarahkan orang pada keyakinan bahwa Allah yang mereka sembah juga
berbeda satu dengan yang lain. Paham pluralis seperti ini menurut saya agak
sulit untuk dijadikan dasar bagi dialog agama-agama.
Teolog-teolog yang mengembangkan
ajaran ini datang dari Asia, dan yang paling menonjol adalah Pannikar. Beliau dan
beberapa teolog Asia lainya meyakini bahwa Allah itu memang melampaui daya
nalar manusia. Walau pengungkapannya dapat kita temukan dalam agama-agama,
namun agama-agama itu berbeda satu sama lain. Maka baginya pluralitas agama ini
tidak harus disatukan sebab memang begitu. Ia melihat Kristus itu plural hadir
dalam agama-agama lain juga. Sebab particular Kristus ini adalah bagian dari
Allah sendiri.
Bagi saya ajaran ini juga cocok bagi
kita umat Kristen dalam melakukan dialog antara agama. Tetapi itu semu hanya
bisa jika kita tetap yakin bahwa pluralitas pengungkapan akan realitas Ilahi
ini memeng bersumber dari Allah satu dan sama. Sebab dala paham ini akan sangat
banyak peluang untuk menafsirkan bahwa karena pengungkapannya berbeda pasti
Allah yang disembah juga berbeda. Ini menjadi catatatan bagi kita.
2.1.3
Etis Praktis
Dalam jembatan etis praktis ini
penekanan utama justeru pada apa buah dari agam itu. Apa ajaran praktisnya
dalam menjawab realitas dunia yang penuh masalah ini. Semua agama memiliki
keprihatianan etis yang sama dan mirip berhubugan dengan penderitaan manusia. Posisi
pluralists sesuai konsep ini mengajarkan bahwa yang terpenting itu nilai etika
keagaamannya. Agama-agama akan meresa terhubung ke realitas tertinggi atau Allah
sejauh agama tersebut memiliki nilai etikanya yang luhur. Sehingga penilaian
suatu kelompok beragama ditinjua dari etikanya bukan konsep mereka tentang
Allah. Posisi agama Kristen digambarkan sebagai
salah satu agama yang mempraktekkan nilai etika yang luhur terlebih kita
kenal melalui ajaran tentang Cinta Kasih dan lemah lembut.
Pada posisi ini justeru dialog bisa
sangat mendalam, sebab orang tidak lagi terperangkap dalam ekslusivisme
agamanya namun apa ajaran utama yang bisa menjawab persoalan dunia. Orang akan
merasa sebagai saudara sebab memiliki perhatian yang sama untuk kemanusiaan
universal. Fungsi agama seharusnya seperti itu, bukan memecah belah. Krinsten eksklusiv
justeru dikritik sebab melihat Yesus seolah-olah sebagai diktator. Padahal Yesus
datang untuk membebaskan manusia. Saya sangat tertarik dengan paham ini.
Bagaimana kita bisa memahami
Kristus? Pieris akan mengajarkan bahwa Yesus adalah tokoh pengejawanah antara
Allah yang membebaskan dan kaum miskin. Tidak ada keselamatan di luar
pengejawantahan ini, artinya sesuai yang saya pahami Yesus justeru mendapat
tempat sebagai pengejawantah, model, contoh, dalam memperhatikan kaum miskin. Saya
sangat yakin bahwa memang Kerajaan Allah berpusat pada Allah, berkarya lewat
Yesus, dengan tujuan penataan kembali masyarakat yang adil, penuh cinta, bebas
dan damai.
Dialog antara agama dengan
pendekatan ini sangat cocok, sebab kita tidak akan pernah melecehkan agama
lain, agama berbeda ditermia sebagai fakta bahwa Allah juga berkarya dalam
agama mereka, tokoh-tokoh agamanya juga kita terima dan sejauh agama adalah
ajaran yang membebaskan penuh cinta kasih. Peran Yesus tidak pernah berkurang
dalam metode dialog ini.
2.2 Perdebatan Antara Rm Magnis
Suseno Melawan Eggi sujina
2.2.1
Pokok Persoalan
Eggi Sudjana adalah seorang aktivis
Indonesia, Ia menjadi sangat terkenal ketika Ia terjun sebagai penggerak massa
dan yang berpeluang makar, sambil memepengaruhi masa untuk terlibat dalam
politik people power. Eggi boleh
dikatakan sebagai seorang tokoh Muslim konservativ dan ekslusiv, berbagai
ucapannya selalu memantik perdebatan dan hanya berpihak pada kaum muslim saja. Bagi
saya yang sangat menarik ialah ketika Ia membela paham monotesitik absolut yang
pancasilais hanyalah Ilsam. Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa,
merujuk pada monoteisme, maka agama yang pancasilais hanyalah Islam, sebab
Islam itu monoteisme absolut sesuai rumusan Pancasila. Ia menambahkan bahwa
agama-agama lain tidak berpaham monoteisme, hal ini yang menampik reaksi dari
agama lain. Saya tidak menampilkan data-data kronologis tetapi menurut saya
inilah yang menjadi inti pokok untuk kita ulas pada bagian ini.
Pernyataan Eggi justeru ditanggapi
oleh Rm Magnis. Rm Magnis mengatakan Eggi bodoh jika mengatakan seperti itu. Kisah
selanjutnya akaan diwarnai saling lapor atas penghinaan nama baik Eggi oleh Rm
Magnis dan Rm Magnis tidak pernah menarik kembali ucapannya. Pertanyaannya mengapa Rm Magnis tidak mau
menarik kembali ucapannya yang mengatakan Eggi bodoh. Saya menganalisa bahwa :
a. Pernyataan Eggi yang bisa menimbulak keterpecahan antara agama. B. Eggi
tidak paham teologi Kristen yang monoteistik.
Berangkat dari pernyataan ke dua di
atas, memang Rm Magnis tepat mebela monoteisme Kristen. Kita orang Kristen
percaya pada Allah yang Satu, percaya pada Satu Allah. Allah yang kita sembah
ini juga kita kenal melalui tiga pribadi yakni Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah
Roh Kudus. walau tiga pribadi semunya adalah satu Allah. Eggi pasti meyakini
bahwa kita orang Kristen menyembah tiga Allah yang berbeda sehingga kita
disebut polities. Inilah kesalahpahamannya, maka tepatlah jika Rm Magnis
mengatakannya bodoh.
2.2.2
Teologi Yang Cocok
Bagi saya dalam menghadapi persoalan
sepeti di atas akan sangat sulit bagi kita untuk melakukan dialog. Sebab utama
paham Eggi yang sangat ekslusiv tentang keyakinan agamanya. Dari persepektiv eggi
tidak ada jalan untuk bisa berjumpa dengan agama lain. Tapi bagi kita tidak
menutup kemungkinan dialog itu bisa terjadi.
Pertama,
dari posisi pluralis filosfis historis. Dalam jembatan ini kita temukan
bahwa agama-agama itu boleh berbeda dalam pengungkapannya tetapi kita yakin
bahwa ada sesuatu yang menggerakan orang umat beragama. Itulah Allah. Allah pengerak
ini tentu satu dan sama. Bibit monoteisme bisa kita temukan di sini. Islam dan
Kristen memang sangat berbeda, tapai apakah kita tidak yaki bahwa ada sesuatu
yang menjadi inspirasi kita beragama, bukankah itu Allah yang sama?
Kedua, dalam
jembatan etis praktis kita diajarkan bahwa jika berdialog dengan agama lain,
akan sangat sulit untuk saling menyatukan paham teologi yang saling
bertentangan. Namun melalui jembatan etis praktis ini yang mesti menjadi
konsern kita adalah buah dari agama itu sendiri, menciptakan perdamaian. Tindakan
Rm Magnis juga tepat, bahwa Eggi mesti menampilkan buah dari keberimannannya
dalam kenyataan hidup yang saling menghargai dan menciptakan keadilan serta
perdamaian. Saya tidak sedang membela monoteisme agama katolik tapi saya
berusaha menampilkan jembatan yang mungkin untuk dialog dalam realitas
kehidupan keberagamaan orang Indonesia yang sangat plural ini.
2.4 Pokok-Pokok Pemikiran Dalam Kitab
Suci (PL dan PB) Yang Relevan Dalam Menjawabi Persoalan Pluralitas Agama Saat
Ini
2.4.1
Pokok-Pokok Pemikiran Dalam Perjanjian Lama
Dari Perjanjian Lama kita juga dapat
menemukan banyak inspirasi untuk pendasarn kita dalam dialog antara agama, apa
saja pokok-pokok ajarannya. Bagi saya tentu dari Kisah Perjanjian Lama kita menemuka hmpir
sebagian besar tetang orang Israel yang menaklukan agama lain.
a. Eksklusivisme
Israel
Kisah Orang Israel menaklukan bangsa lain hamper
kita temukan di sepanjang Perjanjian Lama. Apa alasannya, tentu selain persoala
perebutan kekuatan politis, perebutan territorial geografis, tapi juga ada
persoalan teologis di sana. Orang Israel merasa diri sebagai bangsa pilihan,
maka klaim kebenaran ada dalam diri mereka. Penaklukan bangsa lain yang kafir
semata agar mereka menyembah Yahwe Tuhannya Israel.
Saya tidak bisa katakana bahwa sikap
eksklusifisme Israel ini patut kita contohi, tetapi pada zamannya memah hal itu
sangat lazim. Ajran ini mungkin tidak membantu kita dalam berdialog di zaman
ini, tapi dari kisah ini kita mendapatkan pengetahuan bahwa sikap ekslusifisme
tidak terlalu tepat untuk mengdakan dialog.
b. Kisah Abraham
Abraham dipanggil keluar dari negrinya
Urkasdim dan pergi ke Kanaan. Ia berbaur berbaur dengan orang-orang setempat. Mereka
bisa hidup berdampingan walau paham Tuhan Abraham tentu berbeda dengan paham
Tuhan penduduk setempat. Hanya sikap fleksibilitas dari Abraham yang mampu mengadaptasi
dengan situasi dan ruang di mana Ia hidup itulah yang sangat penting. Sulit merubah
paham teologi seseorang dan juga paham kita yang sudah kita anggap benar, tapi
apakah itu menghalangi kita untuk tetap eksis, tetap hidup berdampingan degan
harmonis? Tentu kisah Abraham sangat cocok kita pelajari.
c. Kitab
Rut
Dalam kitab Rut ini kita menemukan
bagaiamana harus bersikap ketika berjmpa dengan orang lain yang berbeda
sekalipun. Fakta kita terkini diliputi dengan persoalan imigran dan tentu
mereka adalah orang orang yang berbeda pandagan iman dengan kita. Dari kitab
Rut kita temukan pendasaran etis dalam bertindak. Boas adalah represesntasi
dari orang beragama, sedangkan Rut sendiri adalah represnetasi dari imigran dan
berkeyakinan lain. Boas menerima Rut dan menjadikan Rut bagian dari dirinya,
sebab Rut menujukan kualitas-kualitas terbaik dari dirinya. Hal ini patut kita
contohi dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa bayak orang yang
datang dan berinteraksi dengan kita, mereka menunjukan sikap yang baik terhadap
kita, walau mereka beragama lain. Apakah itu menghalangi kita untuk membuka
diri dan mencintainya. Tentu saya tidak mengarahkan untuk bersikap seolah-olah
agama menjadi tidak penting, tetapi agama adalah landasan iman yang berpuncak pada tindakan nyata yang mendukung
nilai-nilai kemanusiaan universal. Agama yang benar pasti akan selalu
mendukung.
2.4.2
Pokok-Pokok Pemikiran Dalam Perjanjian Baru
Menurut saya pokok-pokok pemikiran
dalam Perjanjian Baru yang sangat relevan bagi dialog antara agama dapat kita
pelajari dari berbagai pengajaran dan tindakan Yesus. Isi pokok ajaran Yesus
tentu tidak menindas, Ia ekslusif. Karya-karyannya diwarnai dengan tindakan
penyembuhan yang diarahkan kepada semua, tidak tertutup hanya kepada orang
Yahudi. Ajaran dan karya Yesus ini sangat cocok dikatakan inspirasi untuk kita
dalam berdialog dengan agama lain. Berikut adalah contoh-contoh yang saya
temukan:
a.
Yesus memuji iman seorang Perwira Romawi di Kapernaum (Mat 8: 5-13)
Dari kisah ini Yesus sangat memuji iman
seorang perwira Romawi yang percaya bahwa Yesuslah yang menyembuhkan anak
buahnya. Yesus memuji imannya. Menurut saya ini bisa menjadi inspirasi bagi
kita bawasannya tida peduli entah orang itu harus seagama dengan kita atau
tidak tetapi selama Ia percaya pada Allah maka kita sama sebagai orang beriman.
Ini posisi pluralis filosfosis historis.
b. Perumpamaan tentang Orang Samaria
yang baik hati ( Luk 10: 29-37)
Kisah ini menujukan bagaimana seorang Samaria
yang memang tidak sealiran dengan orang Yahudi tetapi Ia justeru menunjukan
kualitas keagamaannya entah apa agamanya, dalam perbuatan nyata membantu orang
lain yang susah. Bagi kita memang inspirasi kisah ini sangat cocok dalam
membangun dialog bahwa selama kita sama dalam pandangan membantu yang susah
tertindas, dan lemah. Maka mari kita dialog tidak peduli dengan teologi yang
menghambat.
c. Prinsip Inklusif Yesus (Mar 9:40)
Ajaran Yesus yang mengatakan bahwa siapa
yang tidak melawan kita, Ia bersama kita. Sikap inklusif ini penting, bahwa
fakta agama-agama itu plural tidak bisa dipungkiri, tapi bagaiamana kita mesti
bersikap di hadapan pluralitas agama ini. Sifat inklusif ini sangat cocok sebab
banyak juga agama yang sangat baik dalam membangun dialog dengan agama kita. Apakah
kita tetap menaruh prasangka buruk terhadap mereka tentu tidak boleh. Gunakan sikap
inklusif bahwa mereka selagi tidak melawan kita adalah bagian dari kita juga.
d. Sabda Bahagia Yesus (Mat : 3-12)
Menurut saya ini ajran Yesus yang sangat
bernilai universal. Ditujukan kepada semua agama. Prinsip dasar yang Yesus
ajarkan bukan harus seagama denganku barulah anda selamat tetapi di sana
ditampilkan bahwa yang akan diselamatkan juteru mereka yang miskin dalam Tuhan,
mereka yang kekurangan, yang menderita demi keadilan dan kebenaran dan
lain-lain. Saya melihat banyak dari pemeluk agama lain justeru mempraktekan
ajaran Yesus ini, orang-orang yang menderita demi keadilan dan kebenaran
universal. Apakah kita harus menghakimi agamanya. Dalam posisi ini kita mampu
menemukan benang merah antara ajaran agama kita dan praktek nyata orang-oran
tersebut.
BAB III
PENUTUP
Where there is wish there is way. Pepetah
ini sebagai ucapan yang tepat dari saya untuk merangkum semua pembelajaran
tentang teologi agama-agama dan komparatif, bahwa di mana ada keinginan di sana
ada jalan. Pada dasarnya manusia itu selalu terarah kepada yang baik, yang
benar dan yang indah. Faka bahwa manusia sangat plural dengan latar belakang
suku, agama, dan ras yang berbeda tidak dapat kita pungkiri. Akan sangatlah
indah jika perbedaan itu menjadi bersatu dan memberikan keharmonisan. Salju
sewarna itu indah, langit yang biru itu indah, tapi lebih indah bunga yang
berwarna warni, lebih indah pelangi yang berkombinasi warna.
Dari uraian di atas kita bisa
menemukan sumber-sumber ajaran kita yang cocok untuk dasar bagi dialog antara
agama. Tentu tulisan ini adalah ungkapan ulang dari yakni pemaparan pengetahuan
saya saja. Yang sangat menguntungkan dari tulisan ini adalah saya sendiri yang
justeru diberi kesempatan untuk mendalami secara pribadi semua pokok-pokok
ajaran Teologi agama-agama dan komparatif yang telah diterangkan selama ini. Tentu
tetap banyak kekurangan dan saya sadari itu maka dengannya saya semakin
semangat untuk mendalami pokok-pokok ajaran ini baik di kelas maupun secara
otodidak dengan tujuan utama supaya saya secara pribadi bisa mendapatkan insight yang mengakar kuat dalam
membangund dialog dengan agama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar