Selasa, 10 November 2020

Teologi Agama-Agama dan Komparatif


BAB I

PENDAHULUAN 

1.1  Pengantar

Teologi agama – agama dan komparatif adalah salah satu bidang study yang diajarkan di Fakltas Teologi Wedabhakti  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam perkuliahan ini mahasiswa diperkenalkan tentang teologi agama-agama dan komparatifnya. Fakta bahwa dunia sekarang semakin kompleks, maka jangan heran jika kita menemukan dalam satu daerah penduduknya terkomposisi dari berbagai latar belakang agama yang berbeda. Pluralitas agama ini menjadi tantangan dalam menemkan keharmonisan hidup bersama. Bertolak dari paham dan praktek agama-agama yang berbeda cendrung tidak menciptkan keharmonisan. Terlebih jika orang menjadi sangat eksklusif dengan paham agamanya sendiri akan sangat sulit membuka ruang bagi dialog dengan agama lain.

Fakta tentang pluralitas agama persis kita temukan di Indonesia. Walau sejauh ini belum banyak khasus tentang konflik antara agama, namun saya berpikir bahwa kasus –kasus seperti itu akan selalu berpotensi untuk tampil ke permukaan. Kita tentu tidak pernah menginginkan hal demikian. Maka menurut saya melalui perkuliahan tentang teologi agama-agama dan komparatif ini bisa memberi kontribusi positif teristimewa bagi para mahasiswa dalam menyikapi pluralitas agama yang kita nyata dalam keseharian hidup kita. Sasaran utama sejauh yang saya pahami adalah agar mahasiswa bisa membangun dialog dengan agama lain dengan memahami ajaran-ajaran agama Katolik yang kiranya sebagai jalan terbuka untuk dialog itu. Akhirnya masyarakat yang harmonis idaman kita bersama tercapai.

Melalui tuntunan pertanyaan berikut yang senyatanya diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah ini saya akan menarasikan dalam bentuk artikel sederhana ini. Tulisan ini kiranya mewakili pemahaman saya tentang semua materi yang telah diajarkan selama semester ini. Sumber-sumber saya untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu pertama dari perkuliahan langsung via zoom meeting dan juga bacaan-bacaan wajib yang dosen pengampuh tampilkan di LMS kita. Berikut adalah rumusan masalahnya;

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Jelaskan tiga jembatan dalam pendekatan pluralis.

1.2.2        Jelaskan inti pokok perdebatan antara Rm Magnis Suseno dan Eggi Sujana! Uraikanlah pendekatan teologi yang tepat agar bisa ada perdamaian.

1.2.3        Pokok-pokok pemikiran apa  yang ada dalam Kitab Suci (PL dan PB) yang relevan dan menarik untuk menjawab persoalan teologi agama-agama zaman sekarang, khususnya di masyarakat plural seperti Indonesia.

 

1.3  Tujuan Penulisan

1.3.1        Agar bisa memahami tiga jembatan dalam pendekatan pluralis.

1.3.2        Agar bisa memahami inti perdebatan antara Rm Magnis Suseno dengan Eggi Sujina, serta  memahami tawaran teologi yang cocok sebagai jebatan perbedaan tersebut.

1.3.3        Agar bisa memahami pokok-pokok pemikiran yang ada dalam Kitab Suci (PL dan PB) yang relevan dan menarik untuk menjawab persoalan teologi agama-agama zaman sekarang khususnya di masyarakat plural seperti Indonesia.

 

BAB II

 ULASAN

2.1 Tiga Jembatan Dalam Pendekatan Pluralis

2.1.1 Filosofis-Historis

            Keterbatasan historis dan kemungkinan filosofis bahwa ada satu realitas di balik semua agama. Dalam posisi pluralis ini diajarkan bahwa agama-agama bersumber dari satu Allah yang sama tapi dalam praktek keagamaan berbeda-beda satu sama lain. Kristus hanya dilihat sebagai salah satu dari pewarta agama seperti Muhamad bagi agama Islam, atau Sidarta Gautama bagi agama Budha. Penekanannya bahwa walau agama-agama itu berbeda tetapi tetap mengarah kepada Allah yang satu dan sama.

            Paham unitary pluralists ini bisa juga sebagai dasar untuk dialog, tapi menurut saya kita dari posisi Kristen sangat sulit dengan paham ini. Kita memang tetap yakin bahwa Allah yang disembah oleh setiap agama itu satu dan sama. Pengungkapan boleh berbeda tetapi tetap yang dimaksud adalah Allah yang memang kita maksudkan juga. Bagi agama Islam atau Budha hal ini tidak ada masalahnya, bagi agama Kristen justeru ini menjadi masalah sebab peran Kristus hanya selevel dengan Muhamad atau Sidarta Gautama. Kristus bagi kita bukan saja pewarta agama tetapi Ia adalah Tuhan. Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup. semua yang akan menuju Allah harus melalui Dia. Persoalannya agama lain tida akui peran Kristus seperti ini.

            Tokoh-tokoh teologi yang membela paham ini seperti John Hick akan menawarkan bagi kita cara memahami keunikan Kristus. Baginya penekanan bukan lagi pada Christosentris tetapi pada Theosentris. Kristus tidak dilihat dalam semangat Inkarnasi atau Logos Kristologi tetepi pada Spirit Kristologi, yang mana menekankan karya Roh pada Yesus bukan iinkarnasi sang sabda.

2.1.2 Religius-Mistik (Spiritual)

            Dalam jembatan religious mistik ini kita akan menemukan ajaran bahwa Yang Ilahi itu dapat dialami oleh semua orang dalam agamanya masing-masing. Agama-agama itu berbeda satu dengan yang lain. Hal ini bisa mengarahkan orang pada keyakinan bahwa Allah yang mereka sembah juga berbeda satu dengan yang lain. Paham pluralis seperti ini menurut saya agak sulit untuk dijadikan dasar bagi dialog agama-agama.

            Teolog-teolog yang mengembangkan ajaran ini datang dari Asia, dan yang paling menonjol adalah Pannikar. Beliau dan beberapa teolog Asia lainya meyakini bahwa Allah itu memang melampaui daya nalar manusia. Walau pengungkapannya dapat kita temukan dalam agama-agama, namun agama-agama itu berbeda satu sama lain. Maka baginya pluralitas agama ini tidak harus disatukan sebab memang begitu. Ia melihat Kristus itu plural hadir dalam agama-agama lain juga. Sebab particular Kristus ini adalah bagian dari Allah sendiri.

            Bagi saya ajaran ini juga cocok bagi kita umat Kristen dalam melakukan dialog antara agama. Tetapi itu semu hanya bisa jika kita tetap yakin bahwa pluralitas pengungkapan akan realitas Ilahi ini memeng bersumber dari Allah satu dan sama. Sebab dala paham ini akan sangat banyak peluang untuk menafsirkan bahwa karena pengungkapannya berbeda pasti Allah yang disembah juga berbeda. Ini menjadi catatatan bagi kita.

2.1.3 Etis Praktis

            Dalam jembatan etis praktis ini penekanan utama justeru pada apa buah dari agam itu. Apa ajaran praktisnya dalam menjawab realitas dunia yang penuh masalah ini. Semua agama memiliki keprihatianan etis yang sama dan mirip berhubugan dengan penderitaan manusia. Posisi pluralists sesuai konsep ini mengajarkan bahwa yang terpenting itu nilai etika keagaamannya. Agama-agama akan meresa terhubung ke realitas tertinggi atau Allah sejauh agama tersebut memiliki nilai etikanya yang luhur. Sehingga penilaian suatu kelompok beragama ditinjua dari etikanya bukan konsep mereka tentang Allah. Posisi agama Kristen digambarkan sebagai  salah satu agama yang mempraktekkan nilai etika yang luhur terlebih kita kenal melalui ajaran tentang Cinta Kasih dan lemah lembut.

            Pada posisi ini justeru dialog bisa sangat mendalam, sebab orang tidak lagi terperangkap dalam ekslusivisme agamanya namun apa ajaran utama yang bisa menjawab persoalan dunia. Orang akan merasa sebagai saudara sebab memiliki perhatian yang sama untuk kemanusiaan universal. Fungsi agama seharusnya seperti itu, bukan memecah belah. Krinsten eksklusiv justeru dikritik sebab melihat Yesus seolah-olah sebagai diktator. Padahal Yesus datang untuk membebaskan manusia. Saya sangat tertarik dengan paham ini.

            Bagaimana kita bisa memahami Kristus? Pieris akan mengajarkan bahwa Yesus adalah tokoh pengejawanah antara Allah yang membebaskan dan kaum miskin. Tidak ada keselamatan di luar pengejawantahan ini, artinya sesuai yang saya pahami Yesus justeru mendapat tempat sebagai pengejawantah, model, contoh, dalam memperhatikan kaum miskin. Saya sangat yakin bahwa memang Kerajaan Allah berpusat pada Allah, berkarya lewat Yesus, dengan tujuan penataan kembali masyarakat yang adil, penuh cinta, bebas dan damai.

            Dialog antara agama dengan pendekatan ini sangat cocok, sebab kita tidak akan pernah melecehkan agama lain, agama berbeda ditermia sebagai fakta bahwa Allah juga berkarya dalam agama mereka, tokoh-tokoh agamanya juga kita terima dan sejauh agama adalah ajaran yang membebaskan penuh cinta kasih. Peran Yesus tidak pernah berkurang dalam metode dialog ini.

2.2 Perdebatan Antara Rm Magnis Suseno Melawan Eggi sujina

2.2.1 Pokok Persoalan

            Eggi Sudjana adalah seorang aktivis Indonesia, Ia menjadi sangat terkenal ketika Ia terjun sebagai penggerak massa dan yang berpeluang makar, sambil memepengaruhi masa untuk terlibat dalam politik people power. Eggi boleh dikatakan sebagai seorang tokoh Muslim konservativ dan ekslusiv, berbagai ucapannya selalu memantik perdebatan dan hanya berpihak pada kaum muslim saja. Bagi saya yang sangat menarik ialah ketika Ia membela paham monotesitik absolut yang pancasilais hanyalah Ilsam. Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, merujuk pada monoteisme, maka agama yang pancasilais hanyalah Islam, sebab Islam itu monoteisme absolut sesuai rumusan Pancasila. Ia menambahkan bahwa agama-agama lain tidak berpaham monoteisme, hal ini yang menampik reaksi dari agama lain. Saya tidak menampilkan data-data kronologis tetapi menurut saya inilah yang menjadi inti pokok untuk kita ulas pada bagian ini.

            Pernyataan Eggi justeru ditanggapi oleh Rm Magnis. Rm Magnis mengatakan Eggi bodoh jika mengatakan seperti itu. Kisah selanjutnya akaan diwarnai saling lapor atas penghinaan nama baik Eggi oleh Rm Magnis dan Rm Magnis tidak pernah menarik kembali ucapannya.  Pertanyaannya mengapa Rm Magnis tidak mau menarik kembali ucapannya yang mengatakan Eggi bodoh. Saya menganalisa bahwa : a. Pernyataan Eggi yang bisa menimbulak keterpecahan antara agama. B. Eggi tidak paham teologi Kristen yang monoteistik.

            Berangkat dari pernyataan ke dua di atas, memang Rm Magnis tepat mebela monoteisme Kristen. Kita orang Kristen percaya pada Allah yang Satu, percaya pada Satu Allah. Allah yang kita sembah ini juga kita kenal melalui tiga pribadi yakni Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus. walau tiga pribadi semunya adalah satu Allah. Eggi pasti meyakini bahwa kita orang Kristen menyembah tiga Allah yang berbeda sehingga kita disebut polities. Inilah kesalahpahamannya, maka tepatlah jika Rm Magnis mengatakannya bodoh.

2.2.2 Teologi Yang Cocok

            Bagi saya dalam menghadapi persoalan sepeti di atas akan sangat sulit bagi kita untuk melakukan dialog. Sebab utama paham Eggi yang sangat ekslusiv tentang keyakinan agamanya. Dari persepektiv eggi tidak ada jalan untuk bisa berjumpa dengan agama lain. Tapi bagi kita tidak menutup kemungkinan dialog itu bisa  terjadi.

            Pertama, dari posisi pluralis filosfis historis. Dalam jembatan ini kita temukan bahwa agama-agama itu boleh berbeda dalam pengungkapannya tetapi kita yakin bahwa ada sesuatu yang menggerakan orang umat beragama. Itulah Allah. Allah pengerak ini tentu satu dan sama. Bibit monoteisme bisa kita temukan di sini. Islam dan Kristen memang sangat berbeda, tapai apakah kita tidak yaki bahwa ada sesuatu yang menjadi inspirasi kita beragama, bukankah itu Allah yang sama?

Kedua, dalam jembatan etis praktis kita diajarkan bahwa jika berdialog dengan agama lain, akan sangat sulit untuk saling menyatukan paham teologi yang saling bertentangan. Namun melalui jembatan etis praktis ini yang mesti menjadi konsern kita adalah buah dari agama itu sendiri, menciptakan perdamaian. Tindakan Rm Magnis juga tepat, bahwa Eggi mesti menampilkan buah dari keberimannannya dalam kenyataan hidup yang saling menghargai dan menciptakan keadilan serta perdamaian. Saya tidak sedang membela monoteisme agama katolik tapi saya berusaha menampilkan jembatan yang mungkin untuk dialog dalam realitas kehidupan keberagamaan orang Indonesia yang sangat plural ini.

2.4 Pokok-Pokok Pemikiran Dalam Kitab Suci (PL dan PB) Yang Relevan Dalam Menjawabi Persoalan Pluralitas Agama Saat Ini

2.4.1 Pokok-Pokok Pemikiran Dalam Perjanjian Lama

            Dari Perjanjian Lama kita juga dapat menemukan banyak inspirasi untuk pendasarn kita dalam dialog antara agama, apa saja pokok-pokok ajarannya. Bagi saya tentu dari  Kisah Perjanjian Lama kita menemuka hmpir sebagian besar tetang orang Israel yang menaklukan agama lain.

a.       Eksklusivisme Israel

Kisah Orang Israel menaklukan bangsa lain hamper kita temukan di sepanjang Perjanjian Lama. Apa alasannya, tentu selain persoala perebutan kekuatan politis, perebutan territorial geografis, tapi juga ada persoalan teologis di sana. Orang Israel merasa diri sebagai bangsa pilihan, maka klaim kebenaran ada dalam diri mereka. Penaklukan bangsa lain yang kafir semata agar mereka menyembah Yahwe Tuhannya Israel.

Saya tidak bisa katakana bahwa sikap eksklusifisme Israel ini patut kita contohi, tetapi pada zamannya memah hal itu sangat lazim. Ajran ini mungkin tidak membantu kita dalam berdialog di zaman ini, tapi dari kisah ini kita mendapatkan pengetahuan bahwa sikap ekslusifisme tidak terlalu tepat untuk mengdakan dialog.

b.       Kisah Abraham

Abraham dipanggil keluar dari negrinya Urkasdim dan pergi ke Kanaan. Ia berbaur berbaur dengan orang-orang setempat. Mereka bisa hidup berdampingan walau paham Tuhan Abraham tentu berbeda dengan paham Tuhan penduduk setempat. Hanya sikap fleksibilitas dari Abraham yang mampu mengadaptasi dengan situasi dan ruang di mana Ia hidup itulah yang sangat penting. Sulit merubah paham teologi seseorang dan juga paham kita yang sudah kita anggap benar, tapi apakah itu menghalangi kita untuk tetap eksis, tetap hidup berdampingan degan harmonis? Tentu kisah Abraham sangat cocok kita pelajari.

c.       Kitab Rut

Dalam kitab Rut ini kita menemukan bagaiamana harus bersikap ketika berjmpa dengan orang lain yang berbeda sekalipun. Fakta kita terkini diliputi dengan persoalan imigran dan tentu mereka adalah orang orang yang berbeda pandagan iman dengan kita. Dari kitab Rut kita temukan pendasaran etis dalam bertindak. Boas adalah represesntasi dari orang beragama, sedangkan Rut sendiri adalah represnetasi dari imigran dan berkeyakinan lain. Boas menerima Rut dan menjadikan Rut bagian dari dirinya, sebab Rut menujukan kualitas-kualitas terbaik dari dirinya. Hal ini patut kita contohi dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa bayak orang yang datang dan berinteraksi dengan kita, mereka menunjukan sikap yang baik terhadap kita, walau mereka beragama lain. Apakah itu menghalangi kita untuk membuka diri dan mencintainya. Tentu saya tidak mengarahkan untuk bersikap seolah-olah agama menjadi tidak penting, tetapi agama adalah landasan iman yang  berpuncak pada tindakan nyata yang mendukung nilai-nilai kemanusiaan universal. Agama yang benar pasti akan selalu mendukung.

2.4.2 Pokok-Pokok Pemikiran Dalam Perjanjian Baru

            Menurut saya pokok-pokok pemikiran dalam Perjanjian Baru yang sangat relevan bagi dialog antara agama dapat kita pelajari dari berbagai pengajaran dan tindakan Yesus. Isi pokok ajaran Yesus tentu tidak menindas, Ia ekslusif. Karya-karyannya diwarnai dengan tindakan penyembuhan yang diarahkan kepada semua, tidak tertutup hanya kepada orang Yahudi. Ajaran dan karya Yesus ini sangat cocok dikatakan inspirasi untuk kita dalam berdialog dengan agama lain. Berikut adalah contoh-contoh yang saya temukan:

a. Yesus memuji iman seorang Perwira Romawi di Kapernaum (Mat 8: 5-13)

Dari kisah ini Yesus sangat memuji iman seorang perwira Romawi yang percaya bahwa Yesuslah yang menyembuhkan anak buahnya. Yesus memuji imannya. Menurut saya ini bisa menjadi inspirasi bagi kita bawasannya tida peduli entah orang itu harus seagama dengan kita atau tidak tetapi selama Ia percaya pada Allah maka kita sama sebagai orang beriman. Ini posisi pluralis filosfosis historis.

            b. Perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik hati ( Luk 10: 29-37)

Kisah ini menujukan bagaimana seorang Samaria yang memang tidak sealiran dengan orang Yahudi tetapi Ia justeru menunjukan kualitas keagamaannya entah apa agamanya, dalam perbuatan nyata membantu orang lain yang susah. Bagi kita memang inspirasi kisah ini sangat cocok dalam membangun dialog bahwa selama kita sama dalam pandangan membantu yang susah tertindas, dan lemah. Maka mari kita dialog tidak peduli dengan teologi yang menghambat.

            c. Prinsip Inklusif Yesus (Mar 9:40)

Ajaran Yesus yang mengatakan bahwa siapa yang tidak melawan kita, Ia bersama kita. Sikap inklusif ini penting, bahwa fakta agama-agama itu plural tidak bisa dipungkiri, tapi bagaiamana kita mesti bersikap di hadapan pluralitas agama ini. Sifat inklusif ini sangat cocok sebab banyak juga agama yang sangat baik dalam membangun dialog dengan agama kita. Apakah kita tetap menaruh prasangka buruk terhadap mereka tentu tidak boleh. Gunakan sikap inklusif bahwa mereka selagi tidak melawan kita adalah bagian dari kita juga.

            d. Sabda Bahagia Yesus (Mat : 3-12)

Menurut saya ini ajran Yesus yang sangat bernilai universal. Ditujukan kepada semua agama. Prinsip dasar yang Yesus ajarkan bukan harus seagama denganku barulah anda selamat tetapi di sana ditampilkan bahwa yang akan diselamatkan juteru mereka yang miskin dalam Tuhan, mereka yang kekurangan, yang menderita demi keadilan dan kebenaran dan lain-lain. Saya melihat banyak dari pemeluk agama lain justeru mempraktekan ajaran Yesus ini, orang-orang yang menderita demi keadilan dan kebenaran universal. Apakah kita harus menghakimi agamanya. Dalam posisi ini kita mampu menemukan benang merah antara ajaran agama kita dan praktek nyata orang-oran tersebut.

       

BAB III

 PENUTUP

            Where there is wish there is way. Pepetah ini sebagai ucapan yang tepat dari saya untuk merangkum semua pembelajaran tentang teologi agama-agama dan komparatif, bahwa di mana ada keinginan di sana ada jalan. Pada dasarnya manusia itu selalu terarah kepada yang baik, yang benar dan yang indah. Faka bahwa manusia sangat plural dengan latar belakang suku, agama, dan ras yang berbeda tidak dapat kita pungkiri. Akan sangatlah indah jika perbedaan itu menjadi bersatu dan memberikan keharmonisan. Salju sewarna itu indah, langit yang biru itu indah, tapi lebih indah bunga yang berwarna warni, lebih indah pelangi yang berkombinasi warna.

            Dari uraian di atas kita bisa menemukan sumber-sumber ajaran kita yang cocok untuk dasar bagi dialog antara agama. Tentu tulisan ini adalah ungkapan ulang dari yakni pemaparan pengetahuan saya saja. Yang sangat menguntungkan dari tulisan ini adalah saya sendiri yang justeru diberi kesempatan untuk mendalami secara pribadi semua pokok-pokok ajaran Teologi agama-agama dan komparatif yang telah diterangkan selama ini. Tentu tetap banyak kekurangan dan saya sadari itu maka dengannya saya semakin semangat untuk mendalami pokok-pokok ajaran ini baik di kelas maupun secara otodidak dengan tujuan utama supaya saya secara pribadi bisa mendapatkan insight yang mengakar kuat dalam membangund dialog dengan agama lain.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Perihal Hidup: Sejak awal 2023, saya sudah disibukkan dengan satu pekerjaan baru yakni penyelenggara Pemilu persisnya panwaslu desa (PKD...