AKTIVIS SOSIAL DAN INTELEKTUAL :
ARIEF BUDIMAN
1. Biografi Arief Budiman
Arief
Budiman lahir di Jakarta, 3 Januari 1941 dengan nama asli Soe Hok Djin. Ayahnya
adalah Soe Lie Piet. Dia memiliki adik yang dikenal sebagai aktivis bernama Soe
Hok Gie. Kakak beradik ini ketika masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (UI) kerap menyuarakan
gagasan-gagasan terkait pergerakan.
Selain menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi UI,
Arief pernah mengenyam pendidikan di College
d’Europe Brugge, Belgia (1964). Dia
juga meraih gelar doktor di bidang sosiologi Univeritas Harvard (1980). Penulis
buku Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah Pembahasan Sosiologis tentang
Peran Wanita di dalam Masyarakat (Gramedia, 1982) ini menjadi dosen di
Universitas Kristen Duta Wacana (UKSW) Salatiga dari 1985-1995 usai pulang dari
Harvard.
Arief
sempat mogok mengajar di UKSW setelah mengetahui proses pemilihan rektor
terindikasi korup. Dia pun kemudian dipecat. Arief kemudian pindah ke
Australia. Di sana, dia kembali menjadi dosen dan profesor di Universitas
Melbourne.
Selain
mengajar, Arief pernah menjabat redaktur majalah
sastra Horison (1966-1972), anggota Dewan Kesenian Jakarta
(1968-1971), dan anggota Badan Sensor Film (1968-1971). Pada masa pemerintahan
Orde Baru, Arief dikenal sebagai tokoh yang kritis terhadap model-model
perpolitikan yang korup di masa itu. Di bawah pemerintahan Soeharto yang
otoriter dan membungkam demokrasi, Arief mencetuskan ide Golongan Putih
(Golput) sebagai oposisi dari partai Golkar. Arief Budiman meninggal di Salatiga, Jawa Tengah, 23 April 2020 pada
umur 79 tahun .
Karya Karya Arief Budiman
Arief
budiman juga banyak menulis buku buku
dan karya karyanya sebagai
berikut Chairil Anwar
: Sebuah Pertemuan (skripsi sarjana psikologi UI) (Pustaka Jaya, 1976).
Perdebatan Sastra
Kontekstual (editor Ariel Heryanto; memuat tulisan Arief Budiman tentang
topik ini) (1985).
Transmigrasi
di Indonesia: Ringkasan Tulisan dan Hasil-Hasil Penelitian (1985).
Jalan Demokrasi ke Sosialisme:
Pengalaman Chile di Bawah Allende (Desertasi untuk gelar Doktor sosiologi
pada Universitas Harvard) (terbit 1986)
Pembagian kerja secara seksual:
sebuah pembahasan sosiologis tentang peran wanita di dalam
masyarakat (Gramedia, 1982)
Sistem Perekonomian Pancasila Dan Ideologi Ilmu
Sosial Di Indonesia yang menjadi presentase kami pada hari ini.
2. Ideologi-Ideologi
Yang Dikembangkan Dan Dilawan Oleh Arief Budiman
Sebelum
masuk ke pemikiran Arief Budima baiklah kita melihat dahulu ideologi yang aan
ditentangngnya yakni leberalisme dan neoliberalisme yang melahirkan
kapitalisme.
Neoliberalisme
adalah kelanjutan dari paham liberalisme klasik.
Liberalisme
itu sendiri merupakan ekonomi pasar yang mempunyai kebebasan untuk melakukan
langkah-langkah kegiatan ekonomi kepada pelaku-pelaku ekonomi bertransaksi.
Dalam sistem ekonomi liberal, campur tangan pemerintah tidak ada, kecuali hanya
sebagai kontrol agar terlaksananya interaksi ekonomi. Semua orang diberi
kebebasan untuk memilih usahanya.
Maka
dalam hal ini tentu saja persaingan dagang akan sangat terasa. Bagi masyarakat
yang tidak sanggup bersaing akan selalu tertindas karena bisa dieksploitasi
bagi yang kuat, baik dari segi modal atau kapital maupun knowledge.
Kapitalisme
mempertahankan sistem liberal karena kebebasan seperti ini sebagai hakikat dari
penciptaannya. Dalam perjalanannya, kapitalisme selalu menyesuaikan dan menjaga
kebebasan tersebut. Misalnya masalah upah pekerja, menurut konsepsi kapitalis
semua keputusan pemerintah atau tuntutan publik adalah tidak relevan. Kemudian
paham yang terbentuk bagi kaum liberal adalah kebebasan, berarti ada sejumlah
orang yang akan menang dan sejumlah orang yg akan kalah. Kemenangan dan
kekalahan ini terjadi karena persaingan. Kebebasan akan diartikan sebagai
memiliki hak-hak dan mampu menggunakan hak-hak tersebut dengan memperkecil
turut campurnya aturan pihak lain seperti “Kita berhak menjalankan kehidupan
sendiri.” Konsep ekonomi liberalis berdasar dari sistem ekonomi kapitalisme
yang mengandalkan secara penuh perputaran roda ekonomi melalui mekanisme pasar
bebas serta perpindahan modal secara bebas di dalam negeri maupun antarnegara
(pasar global).
Namun
pada kenyataannya di negara-negara maju di Eropa, Amerika, dan sebagian Asia
yang berlabel kapitalis, tidaklah sepenuhnya menerapkan perekonomian dengan
mekanisme pasar bebas karena masih ada bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi,
tunjangan, dan fasilitas sosial bagi masyarakat golongan menengah ke bawah,
melindungi industri atau produk lokal dari persaingan dengan produk-produk
impor. Pemerintah juga menguasai saham seluruhnya atau sebagian dari saham
perusahaan-perusahaan yang dinilai strategis bagi kepentingan nasional atau
kesejahteraan rakyat.
Ekonomi
Liberalisme menekankan bahwa perdagangan bebas dan persaingan bebas adalah cara
terbaik bagi ekonomi nasional untuk berkembang. Dengan demikian, liberalisme di
sini berkonotasi “bebas dari kontrol pemerintah”, atau kebebasan individu untuk
menjalankan persaingan bebas, termasuk kebebasan bagi kaum kapitalis untuk
mencari keuntungan sebesar-besarnya. Ekonomi model liberalisme inilah yang
menjadi dasar bagi ekonomi Amerika pada tahun 1800-an sampai awal 1900-an.
Akan
tetapi, konsep tersebut akhirnya runtuh saat bencana depresi (The Great
Depression) di tahun 1930-an melanda dunia. Ketika depresi ekonomi melanda
dunia, muncul seorang ekonom Inggris yang bernama John Maynard Keynes, yang
menantang paham liberal. Keynes mengembangkan gagasan alternatif bahwa
pemerintah dapat dan harus melakukan intervensi dalam perekonomian, dan
membangun sebuah model yang sama sekali baru.
Ekonomi
Keynessian yang sering disamakan dengan Welfare State (Negara Sejahtera). Sejak
itulah peran pemerintah atau negara dalam ekonomi makin dapat diterima, makin
menguat, dan menenggelamkan paham liberalisme. Kebanyakan negara berkembang
juga menganut strategi pembangunan yang didominasi oleh negara (welfare state).
Namun,
krisis kapitalisme di akhir 1970-an menyebabkan semakin berkurangnya tingkat
keuntungan kaum kapitalis yang berakibat pada jatuhnya akumulasi kapital mereka
sehingga meneguhkan mereka untuk kembali pada sistem liberalisme. Doktrin
ekonomi Keynessian dianggap sebagai penyebab kehancuran kapitalisme waktu itu
yang dimotori oleh ekonom Milton Friedman dan Friederich Hayek. Mereka meyakini
bahwa pasar bebas mampu memajukan ekonomi dibandingkan negara dan usaha negara
dalam mengatasi kegagalan ekonomi yang lebih mendatangkan kerugian daripada
keuntungan. Mereka ingin negara kembali pada fungsi dasarnya dengan cara
melakukan deregulasi, privatisasi atau mengkontrakkan sejumlah fungsi negara
kepada swasta.
Modifikasi
baru ataupun perkembangan dari sistem ekonomi liberalisme dan kapitalisme
inilah yang memunculkan Neoliberal. Melaui corporate globalization, mereka
merebut kembali ekonomi dan berhasil mengembalikan paham liberalisme, bahkan
dalam skala global. Paham liberalisme lama itu kini dihidupkan kembali secara
global, yang dikembangkan melalui sebuah “konsensus” yang dipaksakan., yaitu
Konsensus 1980-an yang dikenal dengan The Washington Consensus yang dirumuskan
oleh John Williamson, seorang ekonom Amerika. Konsensus ini didukung oleh para
pembela ekonomi pasar bebas yang berasal dari wakil perusahaan-perusahaan besar
Transnasional Corporations (TNC’s) atau Multi Nasional Corporations (MNC’s),
Bank Dunia, IMF serta wakil negara-negara kaya. Mereka menyebut kesepakatan itu
sebagai “reformasi” ekonomi dengan kebijakan pasar bebas di era global. Intinya
adalah negara harus melayani dan memberi kebebasan swasta untuk memperoleh
superprofit (bukan sekedar profit).
John
Williamson, merumuskan Washington Consensus ke dalam sepuluh butir kebijakan
yaitu sebagai berikut.
1. Disiplin
fiskal
Dalam
hal ini, hampir semua negara menerapkan sistem budget deficit (deficit anggaran)
untuk menyeimbangkan krisis neraca pembayaran dan tingkat inflasi yang tinggi.
Hal ini banyak dialami oleh negara-negara miskin karena kelompok orang kaya
menyimpan uangnya di luar negeri.
2. Prioritas
pengeluaran publik
Dalam
hal ini, konsensus memilih untuk mengalokasikan pengeluaran pemerintah pada
program-program yang berpihak kepada rakyat miskin seperti subsidi pendidikan
dan kesehatan.
3.
Reformasi pajak, yaitu membuat suatu model yang mengkombinasikan basis pajak
yang luas dengan tingkat pajak yang rendah.
4.
Liberalisasi suku bunga, yaitu tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar dan
positif secara riil.
5.
Tingkat nilai tukar yang kompetitif.
6.
Liberalisasi perdagangan terutama penghapusan lisensi dan tarif tunggal.
7.
Liberalisasi investasi asing langsung.
8.
Privatisasi BUMN
9.
Deregulasi yaitu Penghapusan regulasi yang menghambat persaingan kecuali untuk
menjaga keamanan, lingkungan, perlindungan konsumen, dan pengawasan lembaga
keuangan.
10.
Perlindungan hak milik. Jadi, Konsep ekonomi Neoliberalisme berdasar dari
sistem ekonomi Kapitalisme yang mengandalkan secara penuh perputaran roda
ekonomi melalui mekanisme pasar bebas serta perpindahan modal secara bebas di
dalam negeri maupun antarnegara atau disebut dengan pasar global dan bertujuan
untuk kesejahteraan bersama.
3. Inti Pemikiran Arief Budiman.
Berikut
kami akan mempreetasikan pemikiran Arief Budiman berdasarkan sumber yang terdapat
di LMS
A. Spp
Sebagai Polemik
SPP adalah sinkatan dari Sistem
Perekonomian Pancasila. Dijelaskan bahwa Mubyarto adalah seorang ahli ekonmi
dari UGM yang mecetuskan SPP. Spp secara resmi di pubilaksikan oleh Mubyarto
pada saat pidato pengukuhannya sebagai guru besar ekonomi UGM pada bulan mei
1979. Pada September 1980
dalam rangka peringatan dies natalis ke 25 fakulatas Ekonomi UGM maka
diselenggarakan seminar tentang SPP dan makalah-malakah tersebut dibukukan
dengan judulnya adalah ekonomi Pancasila (Mubyarto dan Boediono 1981).
Tahun 1970-an
adalah dasawarsa yang penuh kontradiksi: pertumbahan ekonomi yang tinggi
bersamaan dengan tuntutan pemerataan. Spp yang ditawarkan oleh mubyarto adalah suatu system yang berbicara tentang
pertumbuhan ekonomi dan juga suatu
system yang memecahkan persoalan
seputar pemerataan. Spp adalah system ekonomi yang tidak mengandung aspek-aspek
kepitalisme-liberalisme, statisme, dan feodalisme.
B. 5
ciri utama SPP
1. Koperasi
sebagai soko guru .
2. Roda
perekonimian digerakan oleh rangsangan ekonomis, social dan moral.
3. Adanya
kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah kemeratan social.
4. Nasionalisme
menjiwai tiap kebijakan ekonomi.
5. Adanya
keseimbangan yang jelas antara pelaksanaan di tingkat nasioanal dengan
desentralisasai di bidang ekonomi.
6. Berhadapan
dengan konsep spp ini, muncul pertanyaan : dapatkah sistem koperasi yang menekankan kesehteraan Bersama
dihidupkan ditengah-tengah system kapitalis yang menekankan keuntungan pribadi
atau di sini kita mempersoalkan hakekat manusia apa itu hakekat manusia?
C. Membentuk
Manusia Sosial Menurut Arief Budiman
1. Hakekat
manusia dan keserakahan : pokok persoalan kita adalah mencari system perekonomian
yang berkeadilan sosial bukan hanya menekankan pertumbuhan saja maka dibutuhkan
manusia-manusia sosial yang memiliki nilai solidaritas yang tinggi terhadap
manusia lainnya dan juga manusia yang tidak mengutamakan keserakahan.
2. Keserakahan
adalah tingkah laku manusia yang mengutamakan kepnetingan diri secara
berlebihan.
3. Ada
3 macam keserakahan yakni keserakahan akan kekuasaan, seksual dan harta benda
(st. Agustinus). Yang menjadi fokus perhatian kita adalah keserakahan akan
harta benda sebab bertumbuh bersamaan dengan system kapitalis di Eropa, dimana
para pemilik modal terus-menerus mengumpulkan kekayaan bagi dirinya tanpa
memperhatikan manusia lainnya. Bagaimanakah asal mula dari keserakahan diri
tersebut?
4. Ada dua tonggak sejarah lahirnya system
kapitalis : pertama, munculnya buku the wealth of nation dari Adam Smith pada
tahun 1776. buku mengaskan bahwa keserakahan individu tidak bertentangan dengan
kepentingan umum sebab keserakahan individu dengan mengumpulkan harta benda
sebanyak-banyaknya berguna bagi kemajuan masyarakat seluruhnya. Kedua, revolusi perancis yang meledak pada
tahun 1789 dengan semboyannya adalah kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan.
Pengaruhnya adalah fedalisme eropa diruntuhkan dan system kapaitalis berkuasa.
D. Karl
Marx Dan Sosialisme
1. Das
kapital karl marx : Akhlak manusia ditentukan oleh materi.
2. Teori
marxisme berprinsipkan pada sosialisme maka digunakan oleh kaum komunis
Indonesia untuk berpikir tentang ekonomi yang berlandaskan pada sosialisme
Pancasila yang mencari keseimbangan antara hidup rohani dan raga.
3. Tujuan
sosialisme adalah penegembangan kepribadian dari masing-masing individu.
E. Manusia
Pancasila Dan Cara Membentuknya
Manusia Pancasila adalah manusia yang
tidak serakah atas harta benda.
3
tahap pemebentukan manusia Indonesia : pertama, mereka yang mengelak
membicarakan persoalan ini karena terlalu rumit, tahap kedua, mereka yang
beraggapan bahwa manusia Pancasila dapat dibentuk melalui proses Pendidikan.
Ketiga, manusia Pancasila dibentuk melalui
penertiban oleh suatu kekuatan penguasa. Tahap ketiga inilah yang
memiliki kesamaan dengan penganut teori kapitalisme sebab pada kapaitalisme
juga diusahakan bahwa fungsi negara adalah membatasi keserakahan yang
merajalela di sektor swasta.
F. Kesimpulan
Kapitalisme,
SPP dan sosialisme usahanya mengekang keserakahan manusia.
1. Kapitalisme
: Manusia serakah merupakan kodrat atau hakekat dari manusia sehingga untuk
mengatasinya diperlukan persaingan bebas dan campur tangan negara sehingga
terjadi pembatasan keserakahan manusia.
2. SPP
: manusia serakah itu dapat diubah menjadi manusia social caranya adalah dengan
melakukan pendekatan secara psikologis atau ilmu kejiwaan
melalui Pendidikan dan rangsangan moral sehingga mencapai manusia
sosial.
3. Sosialisme
melihat manusia serakah dibentuk oleh system kapitalisme yang memberi ruang
kepada individu-individu mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan alat-alat
produksi yang dimilikinya. Oleh karena itu, suapaya dapat diubah menjadi manusia social caranya
adalah menggunakan pendekatan sosiologis. Yang digarap adalah masyarakat dengan
cara mengubah kondisi material manusia bukan individu secara pribadi.
4. Kapitalisme,
SPP dan sosialisme usahanya mengekang keserakahan manusia.
Kapitalisme : Manusia
serakah merupakan kodrat atau hakekat dari manusia sehingga untuk
mengatasinya diperlukan persaingan bebas dan campur tangan negara sehingga
terjadi pembatasan keserakahan manusia.
SPP : manusia serakah itu
dapat diubah menjadi manusia social caranya adalah dengan melakukan pendekatan
secara psikologis atau ilmu
kejiwaan melalui Pendidikan dan
rangsangan moral sehingga mencapai manusia sosial.
Sosialisme melihat manusia serakah
dibentuk oleh system kapitalisme yang memberi ruang kepada individu-individu
mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan alat-alat produksi yang
dimilikinya. Oleh karena itu, suapaya
dapat diubah menjadi manusia social caranya adalah menggunakan
pendekatan sosiologis. Yang digarap adalah masyarakat dengan cara mengubah
kondisi material manusia bukan individu secara pribadi.
4. Hubungan Pemikiran Arief Budiman
dan Teologi:
Sebelumnya
kita telah melihat sumbangan pemikitan Arief Budiman teristimewa melawan
realitas ekonomi neoliberal d Indonesia, kali ini kita akan melihaht hubugan
pemikitan Arif Budiman dgn teologi. Kami kelompok menemukan kesamaan antara
pemikiran Arief Budiman dan teologi Katolik. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa Arif adalah seorang marxis, bahkan ia juga dijuluki penyebar
ajaran neo marxime di Indonesia. Berbicara tentang marxisme secara sederhana
berarti berbicara tentang perjuangan kaum lemah yang ditindas oleh kaum kuat
bernama kapitalis. Tujuan utamanya yakni kesamaan dan keadilan sosial. Arief
Budiman adalah marxis yakni pejuang keadilan sosial atas dasar ajaran Marx.
a. Inti
pmikiran Arief Budiman tentang sosialitas manusia, (Budiman seorg marxis),
Arif
Budiman mengkritik keserakahan man usia. Kapitalisme it semua adaah akibat
keserakahn. Ia memperjuangkan keadilan sosial.
b.
Teologi Pembebasan Sebagai Pengaruh Dari Marxisme.
Pertama, Teologi pembebasan,
adalah sebuah paham akan peran agama dalam lingkup sosial,yakni
pengontekstualisasian ajaran-ajaran dan nilai agama pada masyarakat konkret di
sekitarnya. Bisa dikatakan sebagai upaya-upaya untuk merealisasikan pengajaran
Alkitab di tengah-tengah kondisi dan situasi praksis, tentunya dalam kondisi
dan situasi rakyat yang miskin dan tertindas.
Beberapa teks Alkitab yang sering
digunakan sebagai landasan teologi pembebasan yakni : pertama, Kisah yg tercantum dlm kitab keluaran tatkala bani Israel
berada di tanah mesir, Tuhan telah mndegarkan jeritan mereka dan mebebaskan
mereka dari perbudakan dan penderitaan.
Kedua, nyanyian
pujian maria yg terdapat dalam injil Lukas 1:46-55.. Iamemperlihatkan
kekuasaanya dengan perbuatan tanganya dan mencerai beraikan orang-orang yang
congkak hatinya, Ia menurunkan orang-orang yg berkuasa dari tahtanya dan
meninggikan orang-orang rendah, Ia melimpahkan segala yg baik kepada
orang-orang lapar dan menyuruh orang yang kaya pergi dgn tangan hampa.
Ketiga nubuat
Yesaya tentang pekerjaan Mesias “untuk menyampaikan kabar baik kepada orang yang
miskin dan Ia telah mengutus aku untuk mmbebaskan paratawanan, penglihatan bagi
orang buta, pembebasan bagi yg tertindas
Keempat, penghakimat
terakhir yg terdapat dlm Injil (Mateus 25:31-46) dimana penghakiman tuhan
berdasrkan sikap seseorg terhadap yg menderita dan miskin.
Menurut Gutierez pmbebasan sejati
mempunyai tiga dimensi pertama, mencaku
pembebasan politik dan sosial, penghapusan hal2 yg langsung menyebabkan
kemiskinan danketidakadilan. Kedua, pembebasan
mencakup emansipasi kaum miskin, kaum marjinal,
merek yg terinjak2 dari segala sesuatu yg membatasi kemampuan mereka
utuk mengembangkn diri dgn bebas dan bermartabat. Ketiga, teologi pembebasan mencakup pembebsan dari egoism dan dosa,
[mbentukan kembali hubungan dgn Allah dan org lain.
Kedua, kesamaan pemikiran
teologi pembebasan dan rumusan Karl Marx yaitu :
Pertama,
Teologi pembebasan tidak ingin hanya menafsirkan dunia, melainkan mengubah
dunia. Persis seperti ungkapan Karl Marx bahwa para filsuf hanya
menginterpretasi tentang dunia padahal yang terpenting adalah mengubahnya.
Kedua,
Keadaan masyarakat dianggap sebagai perjuangan kelas.
Ketiga,
di dalam teologi pembebasan sama seperti di dalam marxisme, bahwa kelas yang
ditindas dibedakan dari kelas yang menindas.
Keempat,
sama seperti marxisme bahwa teologi pembebasan berpikir struktur-struktur
masyarakat harus dirubah..
c.
Konklusi
Kami melihat bahwa pemikiran dan
perjuangan Arief Budiman yang Marxis ini bisa dihubungkan dengan teologi
teristimewa teologi pembebasan sama-sama mengkiritk sistem yang tidak adil dan
keserakahan kaum kapitalis, serta memperjuangkan keadilan sosial. Arief
memperjuangkan manusia Pancasila yakni bebas dari keserakahan.
Nama
Kelompok : OCD
1. Krisantus
Yustus Ft.4068
2. Yuventus
Bere Seran Ft.4070
3. Kristoforus
Leba Ft. 4069
4. Yohanes
Lende Ft.4071
Tidak ada komentar:
Posting Komentar